KABARBURSA.COM - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono, mengungkapkan bahwa ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan produk turunannya mengalami penurunan yang signifikan karena meningkatnya permintaan untuk biodiesel di dalam negeri.
"Eksportasi menurun seiring dengan peningkatan konsumsi untuk biodiesel. Pada Februari 2024, porsi ekspor terhadap produksi hanya mencapai 50,9 persen, sementara biasanya dapat mencapai 70,9 persen," jelas Eddy, dikutip, Rabu, 1 Mei 2024.
Menurut Eddy, penurunan ekspor tersebut terjadi sejak September 2023, karena konsumsi CPO dalam negeri untuk biodiesel telah melampaui penggunaan untuk keperluan pangan sejak Juni tahun sebelumnya.
"Dengan mandatori B35 saja, kebutuhan CPO untuk biodiesel sudah melebihi yang seharusnya untuk ekspor. Jika naik menjadi B40, diperkirakan akan lebih tinggi lagi," tambahnya.
Untuk diketahui, sejak Desember 2022, pemerintah Indonesia mulai gencar menyuarakan transisi B30 menjadi B35 untuk digunakan masyarakat luas.
Komposisi B35 terdiri atas 35 persen bahan bakar nabati (BBN) dan 65 persen solar, dengan mulai diadopsi oleh masyarakat umum pada 1 Februari 2023, dengan alokasi kebutuhan sebanyak 13 juta kiloliter (kl). Untuk peningkatan mandatori menjadi B40, diperlukan produksi biodiesel sebanyak 15 juta kl.
Dari sisi produksi CPO, Gapki mencatat realisasi per Februari 2024 mencapai 3,88 juta ton, mengalami kontraksi sebesar 8,24 persen dari bulan sebelumnya (mtm), tetapi meningkat 4,38 persen dibandingkan dengan Februari 2023 (yoy).
"Konsumsi juga mengalami penurunan sebesar 4,72 persen (mtm) menjadi 1,84 juta ton, namun secara year on year positif sebesar 2,57 persen," ujar Eddy.
Di sisi lain, volume ekspor CPO pada bulan tersebut mencapai 1,80 juta ton, mengalami penurunan signifikan sebesar 26,48 persen (mtm) dan 2,68 persen (yoy).
Stok akhir CPO per Februari meningkat menjadi 3,25 juta ton, naik sebesar 7,24 persen (mtm) dan 17,78 persen (yoy).