Logo
>

Ekspor-Impor RI ke Negara Tujuan Utama Melorot pada April

Ditulis oleh Syahrianto
Ekspor-Impor RI ke Negara Tujuan Utama Melorot pada April

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor dan impor Indonesia ke sebagian besar negara tujuan utama dilaporkan merosot pada April 2024. Negara-negara tersebut adalah China, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Australia serta India.

    Menurut laporan terbaru, nilai impor Indonesia dari China, sebagai pemasok utama barang non-migas, mengalami penurunan pada April 2024, mencapai USD4,33 miliar, turun dari angka bulan sebelumnya sebesar USD4,57 miliar. Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengungkapkan bahwa impor barang non-migas dari China mengalami penurunan secara bulanan (mtm), tetapi mengalami peningkatan secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar USD4,14 miliar.

    "Pada bulan April 2024, China tetap menjadi pemasok utama barang non-migas bagi Indonesia, berkontribusi sebesar 33,06 persen dari total impor non-migas Indonesia atau mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 31,25 persen," ujar Pudji.

    Selain itu, Jepang menempati posisi kedua sebagai pemasok utama barang non-migas pada April 2024 dengan nilai impor sebesar USD0,96 miliar. Jumlah ini menunjukkan penurunan dari bulan Maret 2024 yang mencapai USD1,06 miliar. Secara tahunan (yoy), impor barang non-migas dari Jepang juga mengalami penurunan dari nilai yang sama pada bulan yang sama tahun sebelumnya, yakni sebesar USD0,99 miliar.

    “Sementara itu impor non migas dari Jepang dan Australia masing-masing mencapai USD0,96 miliar dan USD0,78 miliar,” katanya.

    Australia, kata Pudji menjadi posisi ketiga negara asal utama impor pada April 2024 dengan besaran senilai USD0,78 miliar. Capaian itu tercatat mengalami kenaikan baik secara bulanan (mtm) ataupun tahunan (yoy), dengan besaran masing-masing USD0,74 pada Maret 2024 dan USD0,61 pada April 2023.

    Selain itu, impor dari ASEAN juga tercatat turun menjadi USD2,16 miliar, dari yang bulan sebelumnya sebesar USD2,76 miliar. Meskipun begitu jika dibandingkan bulan April 2023 tercatat mengalami kenaikan yang kala itu sebesar USD1,90 miliar.

    Sementara impor non-migas dari Uni Eropa juga mengalami penurunan, pada bulan April 2024 tercatat sebesar USD0,85 yang pada bulan Maret 2024 senilai USD0,87 miliar dan pada April 2023 sebesar 0,98 miliar. Sebagai tambahan, nilai impor bulan April adalah USD16,06 miliar, naik 4,62 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).

    Meski tumbuh, tetapi laju kenaikan impor jauh melambat karena pada Maret mencapai 12,76 persen (yoy). Sementara jika dibandingkan Maret (mtm), impor turun 10,6 persen.

    Menurut laporan BPS, ekspor barang non-migas ke sebagian besar negara tujuan utama, seperti China dan Amerika Serikat, mengalami penurunan pada bulan April 2024. Namun, terdapat peningkatan dalam ekspor non-migas ke India.

    “Tiga negara yang menjadi tujuan utama ekspor adalah China, India, dan Amerika Serikat, di mana nilai ekspor ke ketiga negara ini menyumbang sebanyak 42,98 persen dari total ekspor non-migas Indonesia pada bulan April 2024,” ujar Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini.

    Dia mengungkapkan bahwa nilai ekspor barang non-migas ke Amerika Serikat tercatat sebesar USD1,75 miliar, menunjukkan penurunan sebesar 19,89 persen dibandingkan dengan pencapaian pada bulan Maret 2024 yang mencapai USD2,19 miliar.

    Sementara itu, nilai ekspor barang non-migas ke Tiongkok tercatat sebesar USD4,28 miliar, mengalami penurunan sebesar 9,83 persen dibandingkan dengan Maret 2024. Dia menyebutkan bahwa penurunan ini disebabkan oleh penurunan nilai ekspor dari beberapa jenis komoditas. "Seperti bahan bakar mineral, bijih terak, abu logam, serta lemak dan minyak nabati," ujar Pudji.

    Pada sisi lain, ekspor non-migas Indonesia ke India mencatat kenaikan sebesar 2,03 persen (month-to-month/mtm) menjadi mencapai USD1,81 miliar. Dia juga menginformasikan tentang performa ekspor non-migas ke kawasan ASEAN yang mengalami penurunan menjadi USD3,35 miliar, menurun dari posisi sebelumnya pada Maret yang mencapai USD3,89 miliar.

    Selain itu, ekspor non-migas ke Uni Eropa juga tercatat mengalami penurunan menjadi USD1,24 miliar dari yang sebelumnya pada bulan Maret tercatat sebesar USD1,43 miliar. “Kedua kawasan itu, ASEAN dan Uni Eropa, mengalami penurunan nilai ekspor non-migas Indonesia secara bulanan,” tambah Pudji.

    Perlu dicatat bahwa nilai ekspor Indonesia pada bulan April 2024 turun sebesar 12,97 persen dalam perbandingan bulan ke bulan (mtm) dibandingkan dengan Maret 2024. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan ekspor logam mulia dan perhiasan atau permata, ekspor mesin dan perlengkapannya, serta kendaraan dan bagian-bagiannya.

    Pudji Ismartini menyatakan bahwa nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar USD19,62 miliar pada bulan April 2024, turun 12,97 persen dibandingkan dengan nilai ekspor pada Maret 2024. Detailnya, ekspor minyak dan gas (migas) mencapai USD1,35 miliar atau naik 5,03 persen, sedangkan ekspor non-migas turun 14,06 persen dengan nilai USD18,27 miliar.

    "Penurunan nilai ekspor bulan April didorong oleh penurunan ekspor non-migas, terutama logam mulia dan perhiasan atau permata, dengan kontribusi penurunan sebesar 2,12 persen," ungkap Pudji.

    Selain logam mulia dan perhiasan, penurunan dalam ekspor juga dipengaruhi oleh ekspor mesin dan perlengkapannya, dengan andil penurunan 1,44 persen. Selanjutnya, ekspor kendaraan dan bagiannya juga berkontribusi pada penurunan sebesar 0,77 persen.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.