KABARBURSA.COM - Emiten batu bara asuhan konglomerat Hary Tanoesoedibjo, PT NC Energy Investments Tbk, berkode saham IATA, berencana melakukan right issue. Sepertinya, batu bara masih menjadi aset menarik untuk dikembangkan.
IATA merupakan alah satu perusahaan pertambangan batu bara yang berada di bawah kendali Hary Tanoesoedibjo. Saat ini, perusahaan sedang bersiap melakukan aksi korporasi penting, berupa penerbitan saham baru melalui skema rights issue.
Dalam keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Senin, 23 Desember 2024, IATA berencana akan menerbitkan hingga 20,19 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp50 per saham. Langkah strategis ini ditujukan untuk memperkuat modal kerja serta mendanai investasi anak usaha, dalam upaya memperkokoh posisinya di industri energi.
Rencana ini telah mendapatkan persetujuan dari para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada 18 Desember 2024. Dalam rapat tersebut, hampir seluruh pemegang saham yang hadir mendukung aksi korporasi ini, dengan suara persetujuan mencapai 99,89 persen atau setara dengan 19,96 miliar saham. Tingkat kehadiran investor yang mencapai 100 persen pada rapat tersebut menunjukkan besarnya perhatian dan dukungan terhadap langkah strategis yang diambil perusahaan.
Pelaksanaan rights issue ini akan berdampak pada perubahan struktur kepemilikan saham perusahaan. Dengan penambahan saham baru yang mencapai maksimal 44,44 persen dari jumlah saham yang ada sebelumnya, pemegang saham eksisting akan mengalami dilusi kepemilikan secara proporsional.
Sebelum aksi korporasi ini, jumlah modal ditempatkan dan disetor IATA tercatat sebanyak 25,23 miliar saham. Setelah rights issue dilakukan, jumlah tersebut akan meningkat signifikan menjadi maksimal 45,42 miliar saham.
Saat ini, aksi korporasi tersebut masih menunggu izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) setelah mendapatkan dukungan pemegang saham. Pernyataan efektif dari OJK menjadi tahapan penting sebelum pelaksanaan rights issue bisa dimulai. Namun, dengan restu yang telah diberikan oleh para pemodal dalam RUPSLB, IATA menunjukkan keyakinan bahwa proses ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.
Aksi rights issue ini mencerminkan ambisi IATA untuk memperbesar kapasitasnya dalam menghadapi dinamika industri energi yang terus berkembang. Dalam situasi ekonomi global yang masih penuh tantangan, keputusan ini juga menjadi sinyal optimisme perusahaan terhadap prospek pertumbuhan bisnisnya di masa depan. Bagi pemegang saham, aksi ini menghadirkan peluang untuk meningkatkan partisipasi dalam perjalanan ekspansi perusahaan, meskipun di sisi lain, mereka perlu mengantisipasi potensi dilusi yang akan terjadi.
Dengan strategi ini, IATA diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan nilai perusahaan, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi seluruh pemangku kepentingan.
Fundamental IATA
Sementara itu, mengutip data fundamental IATA dari IDX.com, hari ini, saham IATA sebelumnya ditutup pada harga Rp49, menunjukkan posisi yang cukup stabil dalam beberapa waktu terakhir. Rentang harga tahunannya berkisar antara Rp24 hingga Rp61, yang mencerminkan volatilitas saham ini sekaligus peluang bagi investor yang berorientasi pada pertumbuhan dan pergerakan pasar.
Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp1,24 triliun, IATA termasuk dalam kategori perusahaan besar yang memainkan peran penting dalam sektor energi nasional. Sebagai emiten dengan fokus pada pertambangan batu bara, IATA memiliki prospek yang erat kaitannya dengan dinamika pasar komoditas, terutama harga batu bara di pasar global.
Sementara itu, rata-rata volume perdagangan sahamnya mencapai 9,34 juta, menggambarkan tingkat likuiditas yang cukup menarik bagi pelaku pasar.
Dari sisi valuasi, rasio harga terhadap laba (P/E ratio) berada di angka 4,30. Angka ini terbilang rendah dibandingkan dengan rata-rata P/E ratio sektor energi, yang menunjukkan bahwa saham IATA relatif murah. Hal ini bisa menjadi daya tarik tambahan bagi investor yang mencari peluang investasi undervalued di tengah persaingan industri energi yang ketat. Meski demikian, perseroan tidak memberikan dividen, menandakan bahwa laba yang dihasilkan mungkin sepenuhnya digunakan untuk mendukung ekspansi dan operasional perusahaan.
Bursa Efek Indonesia sebagai pasar utama di mana saham IATA diperdagangkan, tetap menjadi arena strategis untuk meraih perhatian investor. Dengan kapitalisasi besar dan valuasi menarik, IATA memiliki potensi untuk menjadi pilihan utama bagi investor yang percaya pada prospek jangka panjang sektor batu bara di tengah transisi global menuju energi bersih.
Sementara itu, tantangan pasar tetap ada. Volatilitas harga batu bara, perubahan kebijakan pemerintah, dan pergeseran ke arah energi terbarukan menjadi faktor eksternal yang akan memengaruhi kinerja emiten ini. Namun, bagi investor yang memahami risiko tersebut, saham IATA menawarkan potensi pertumbuhan yang menarik, seiring dengan rencana strategis perusahaan untuk memperkuat posisinya di sektor pertambangan dan energi.
Rekomendasi Saham Versi Warren Buffett
Pendekatan investasi Warren Buffett umumnya berfokus pada mencari saham dari perusahaan dengan fundamental kuat, manajemen yang kompeten, keuntungan kompetitif berkelanjutan (moat), dan harga yang wajar dibandingkan nilai intrinsiknya. Berdasarkan data yang disajikan untuk PT MNC Energy Investments Tbk (IATA), tidak disarankan untuk mengoleksi sahamnya.
Pendekatan Buffett lebih menyukai perusahaan dengan bisnis stabil, keunggulan kompetitif jangka panjang, dan risiko minimal. Sektor batu bara dan volatilitas tinggi saham ini bertentangan dengan prinsip tersebut.
Namun, untuk investor yang memahami risiko sektor energi dan optimis terhadap harga batu bara di masa depan, saham ini mungkin cocok untuk strategi spekulatif. Sebaiknya lakukan analisis mendalam terhadap laporan keuangan terbaru IATA dan prospeknya dalam menghadapi transisi energi global sebelum memutuskan investasi.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.