KABARBURSA.COM - PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP), emiten milik Kejaksaan Agung atau Kejagung kembali berada di ujung tanduk setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan potensi delisting sahamnya pada Januari lalu. Kejaksaan Agung, yang turut memiliki saham di perusahaan ini, dan pemegang saham lainnya kini harus menghadapi kenyataan pahit atas kinerja keuangan yang terus memburuk.
Dengan kepemilikan masyarakat yang mencapai 71,5 persen, nasib para investor kecil di emiten budidaya ikan ini menggantung di benang tipis. Laporan keuangan terbaru perusahaan ini semakin menambah kekhawatiran dan memperlihatkan betapa rapuhnya kondisi finansial IIKP di tengah ancaman delisting.
Pendapatan Bersih
Perusahaan PT Inti Agri Resources Tbk mengalami fluktuasi pendapatan bersih atau net income selama beberapa tahun terakhir. Pada 2024, kuartal pertama dan kedua menunjukkan rugi sebesar Rp4 miliar masing-masing, sedangkan pada tahun 2023, kerugian tercatat sebesar Rp2 miliar di kuartal pertama dan Rp3 miliar di kuartal kedua.
Tahun 2022, rugi perusahaan lebih besar yaitu Rp4 miliar di kuartal pertama dan Rp5 miliar di kuartal kedua. Net income tahunan menunjukkan tren yang negatif dengan penurunan dari Rp48 miliar pada 2022 menjadi Rp35 miliar pada 2023, dan Rp 17 miliar pada tahun ini. Angka ini menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang terus merugi dalam beberapa tahun terakhir.
Valuasi
Valuasi perusahaan berdasarkan rasio PE (Price to Earnings) menunjukkan angka negatif, dengan PE tahunan sebesar -99,72 dan PE TTM (Trailing Twelve Months) sebesar -44,04. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan belum mencetak laba sehingga valuasinya tidak bisa dinilai positif. Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) TTM tercatat sangat tinggi di angka 260,05, menunjukkan bahwa harga saham perusahaan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan yang dihasilkan. Rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) berada di angka 9,19, menunjukkan bahwa investor membayar lebih tinggi dari nilai buku perusahaan.
Per Saham
Earnings Per Share (EPS) TTM perusahaan adalah -1,14, sementara EPS tahunan tercatat -0,50. Angka ini mengindikasikan kerugian per saham yang cukup signifikan. Revenue per share (pendapatan per saham) TTM hanya Rp0,19, menunjukkan pendapatan yang rendah per saham. Book value per share saat ini adalah Rp5,44.
Solvabilitas
Rasio solvabilitas perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio (rasio lancar) tercatat sangat tinggi di angka 61,79, menunjukkan likuiditas yang kuat. Quick ratio juga cukup tinggi di angka 4,50, mengindikasikan perusahaan memiliki aset likuid yang cukup untuk menutupi kewajiban jangka pendek. Tidak ada data untuk rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio).
Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan terlihat dari Return on Assets (ROA) yang tercatat -18,46 persen dan Return on Equity (ROE) sebesar -20,86 persen. Gross profit margin (marginal laba kotor) per kuartal menunjukkan angka negatif yaitu -183,08 persen, sedangkan operating profit margin (margin laba operasi) per kuartal sebesar -332,84 persen, dan net profit margin (margin laba bersih) per kuartal sebesar -283,31 persen. Angka-angka ini menunjukkan perusahaan mengalami kerugian operasional yang signifikan.
Dividen
Perusahaan tidak memberikan dividen, terlihat dari rasio payout (pembayaran) dan dividend yield yang tidak ada data.
Laporan Laba
Pendapatan perusahaan TTM adalah Rp6 miliar, dengan gross profit (laba kotor) TTM negatif Rp10 miliar, EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) TTM negatif Rp13 miliar, dan net income TTM negatif Rp38 miliar. Data ini menunjukkan perusahaan masih mengalami kerugian operasional.
Neraca Keuangan
Perusahaan tidak memiliki kas pada kuartal terakhir. Total aset tercatat Rp207 miliar dan total kewajiban sebesar Rp24 miliar, dengan total ekuitas mencapai Rp183 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun perusahaan memiliki aset yang cukup besar, likuiditasnya masih menjadi tantangan karena tidak adanya kas yang tersedia.
Arus Kas
Arus kas dari operasi (TTM) tercatat negatif Rp7 miliar, menunjukkan bahwa aktivitas operasional perusahaan mengeluarkan lebih banyak kas daripada yang dihasilkan. Sebaliknya, arus kas dari investasi (TTM) adalah positif Rp7 miliar, menunjukkan perusahaan mendapatkan kas dari kegiatan investasi. Tidak ada data mengenai arus kas dari pembiayaan dan belanja modal, dengan free cash flow (arus kas bebas) juga negatif Rp7 miliar. Angka ini menunjukkan bahwa perusahaan perlu meningkatkan efisiensi operasional untuk memperbaiki arus kas.
Pertumbuhan
Pertumbuhan pendapatan kuartalan tahun-ke-tahun (Quarter YoY Growth) menurun sebesar 44,39 persen, sementara pertumbuhan pendapatan tahunan (Annual YoY Growth) naik sebesar 61,18 persen. Net income kuartalan tahun-ke-tahun (Quarter YoY Growth) menurun sebesar 42,01 persen, sedangkan pertumbuhan net income tahunan (Annual YoY Growth) naik sebesar 27,75 persen. EPS (Earnings Per Share) kuartalan menurun 50,00 persen, dan EPS tahunan naik 27,97 persen. Data ini menunjukkan pertumbuhan yang fluktuatif dengan penurunan yang signifikan pada tingkat kuartalan tetapi peningkatan tahunan.
Performa Saham
Performa harga saham perusahaan dalam periode 10 tahun terakhir menunjukkan penurunan sebesar 60,94 persen. Tidak ada data untuk performa harga saham dalam periode 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dan 3 tahun, serta performa tahun-ke-tanggal (Year to Date Price Returns). Harga tertinggi saham selama 52 minggu terakhir adalah Rp50,00 dan harga terendah juga Rp50,00, menunjukkan volatilitas yang rendah dalam periode tersebut.
Secara keseluruhan, laporan keuangan dan performa harga saham PT Inti Agri Resources Tbk menunjukkan perusahaan mengalami kerugian akut dalam hal profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan. Perusahaan perlu mengambil langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memperbaiki kondisi keuangannya agar dapat memberikan nilai lebih bagi para pemegang saham.(*)