KABARBURSA.COM - Pengamat Pasar Modal Wahyu Tri Laksono menilai emiten di industri motor listrik masih menarik bagi investor. Menurutnya, penjualan motor listrik beberapa tahun belakangan ini ditopang oleh subsidi pemerintah sehingga pelaku industri diuntungkan.
“Penjualan sepeda motor listrik di Indonesia tahun 2024 umumnya didukung oleh kuota subsidi pemerintah. Tahun lalu, pemerintah memberikan subsidi pembelian sepeda motor listrik Rp7 juta per unit atau satu Kartu Tanda Penduduk (KTP),” kata Wahyu ketika dihubungi kabarbursa.com, Selasa, Januari 2025.
Wahyu menjelaskan, subsidi tersebut diberikan untuk 60 ribu unit kendaraan buatan lokal dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan motor listrik dari tahun 2017 hingga 2023 mencapai 54 ribu unit. Sementara dari data di laman Sisapira, motor listrik subsidi yang tersalurkan sepanjang tahun 2023 berjumlah 11.532 unit. Pada tahun 2024 angkanya berkembang menjadi 62.541 unit.
“Sebanyak 90 persen penjualan motor listrik ditopang oleh program subsidi pemerintah,” ucap Wahyu.
Sementara untuk tahun ini, insentif motor listrik belum ditetapkan oleh pemerintah. Namun, kemungkinan besar insentifnya tak sebesar dua tahun lalu.
Rencananya insentif motor listrik tahun 2025 juga bakal menerapkan skema yang berbeda dengan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).
Atas hal tersebut, Wahyu menyebut jika pemerintah tampaknya masih akan mendorong penjualan motor listrik meskipun insentifnya masih dalam proses penetapan.
“Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan bahwa pemberian insentif untuk konversi motor listrik dilanjutkan pada 2025, guna mendukung perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia," jelasnya.
Lebih lanjut, Wahyu menilai bahwa komitmen pemerintah masih bisa diharapkan dalam mendukung penjualan motor listrik. Menurutnya, dalam jangka panjang potensi motor listrik masih potensial dan strategis.
“Kendaraan listrik bukan hanya idealis green energy, tapi juga bisa jadi lifestyle konsumen terkait kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat,” paparnya.
Rekomendasi Saham Motor Listrik
Menurutnya ada beberapa emiten pemain motor listrik yang bisa diperhatikan investor, mulai dari INDY dari PT Indika Energy Tbk (INDY) lewat brand ALVA yang diproduksi Ilectra Motor Group.
Lalu ada emiten batu bara dari PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yang membuat perusahaan joint venture dengan perusahaan ride hailing Gojek untuk pengembangan motor listrik dengan merek Electrum.
Kemudian ada PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) sebagai anak usaha PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), MCAS diketahui sebagai pengembang Stasiun Ganti Baterai dan merek motor listrik Volta.
Berikutnya ada PT Gaya Abadi Sempurna Tbk yang bermain dalam bisnis kendaraan listrik dan dikenal dengan merek motor listrik Selis. Dari beberapa emiten tersebut, Wahyu menyebut bahwa INDY merupakan emiten yang paling baik performa sahamnya.
“INDY sangat rekomen. INDY merupakan perusahaan terintegrasi yang mencakup sumber daya energi, jasa energi, dan bisnis infrastruktur energi, khususnya di segmen batu bara. Beberapa waktu lalu, saham INDY sempat tiba-tiba melejit 22,11 persen dalam sepekan,” jelasnya.
Lebih lanjut kata Wahyu, naiknya saham Indika Energy akhirnya dikonfirmasi perusahaan dengan mengeluarkan keterbukaan informasi pada 10 Januari 2024.
Sekretaris Perusahaa Indika Energy (INDY), Adi Pramono mengungkapkan, PT Masmindo Dwi Area (MDA), anak perusahaan INDY, telah memilih Macmahon Holding Limited sebagai kontraktor jasa pertambangan untuk proyek emas Awak Mas yang berlokasi di Sulawesi Selatan.
Nilai yang disepakati untuk kontrak jasa pertambangan adalah sebesar 463 juta dolar Australia untuk jangka waktu tujuh tahun, dengan opsi dapat diperpanjang untuk lima tahun yang akan dimulai pada tengah tahun 2025.
“Jadi jelas secara fundamental dan sektor bisnisnya, INDY merupakan emiten strategis dan vital yang sangat potensial dalam jangka menengah dan panjang,” sebut Wahyu.
Kemudian ia mengatakan bahwa, INDY selain strategis juga cukup kreatif dan responsif terhadap perubahan global termasuk energi terbarukan dan kendaraan listrik.
“Diversifikasi bisnis Indika Energy ke sektor non-batubara cukup mantap. INDY fokus mengakselerasi pengembangan di bisnis non-batubara termasuk kendaraan listrik, tenaga surya, dan nature-based solutions atau solusi berbasis alam. INDY juga terus memacu diversifikasi bisnis,” ujarnya.
“Bisnis non-batubara telah berkontribusi hampir 14 persen terhadap pendapatan Perusahaan di tahun 2023. Kemudian pada 2025, portofolio hasil diversifikasi usaha INDY diharapkan menguat kontribusinya, hingga 50 persen terhadap pendapatan perusahaan di 2028,” lanjutnya.
Berdasarkan data perdagangan di Stockbit pada 23 Januari 2025 pukul 12.51, saham INDY mengalami koreksi 5 poin atau turun 0,29 persen ke level Rp1.710 per sahamnya. Dalam sepekan, terdapat penurunan 25 poin atau koreksi 1,44 persen. Namun dalam periode sebulan terakhir, saham INDY mengalami kenaikan 360 poin atau 26,67 persen. (*)
 
      