KABARBUSA.COM - PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli telah menggunakan dana dari penawaran umum saham perdana (IPO) sebesar Rp7,74 triliun. Sebagian besar dana ini, sekitar Rp5,5 triliun, digunakan untuk melunasi utang bank, termasuk kepada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Perusahaan niaga-el alias e-commerce yang merupakan bagian dari Grup Djarum ini melakukan pencatatan saham pertamanya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 8 November 2022. Dana yang diperoleh dari IPO habis dalam waktu 20 bulan setelah pencatatan.
Direktur BELI, Ronald Winardi, menjelaskan bahwa Rp1,27 triliun telah dialokasikan untuk modal kerja. Selain itu, Rp5,5 triliun dari dana IPO digunakan untuk melunasi utang kepada BBCA dan PT Bank BTPN Tbk (BTPN), dengan rincian masing-masing Rp2,75 triliun.
Pada saat IPO, harga saham BELI ditetapkan pada Rp450 per lembar. Hingga penutupan sesi pertama perdagangan pada Selasa, 16 Juli 2024, saham BELI berada di Rp452, mengalami kenaikan dua poin (0,44 persen) dibandingkan hari sebelumnya.
Volume perdagangan saham Blibli mencapai 3,08 juta dengan total nilai transaksi Rp1,38 miliar, dan tercatat 23 kali frekuensi perdagangan. Kapitalisasi pasar BELI kini mencapai Rp55,69 triliun. Pada kuartal I 2024, Blibli mencatatkan rugi bersih sebesar Rp691,29 miliar, yang menurun 21,28 persen dibandingkan rugi Rp878,17 miliar pada kuartal I 2023. Pendapatan bersih konsolidasi juga mengalami kenaikan sebesar 2 persen dari Rp3,83 triliun pada kuartal I 2023 menjadi Rp3,92 triliun pada kuartal I 2024.
Target BELI 2024
BELI pada tahun ini berupaya untuk memenuhi kebutuhan belanja pelanggan melalui strategi omnichannel yang inklusif. Tercatat hingga kini Blibli berevolusi dari e-commerce menjadi omnichannel commerce yang saat ini dilengkapi oleh lebih dari 172 toko fisik dan 63 gerai supermarket premium di seluruh Indonesia.
David Michum, Head of Value Added Service (VAS) Blibli, mengatakan selama 13 tahun berdiri, Blibli secara konsisten menghadirkan layanan belanja yang aman, menguntungkan dan berkelanjutan.
"Untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat Indonesia melalui inovasi beragam value-added services-nya sebagai enabler ekosistem perdagangan omnichannel Blibli Tiket. Beberapa solusi bernilai tambah yang ditawarkan Blibli adalah Click&Collect, Blibli In-store dan Trade-In, yang menjawab permasalahan sehari-hari para pelanggan,” ungkapnya dalam keterangan tertulis.
Langkah ini ungkap David juga didukung oleh pengukuran global dari NielsenIQ (NIQ) menunjukkan bahwa pertumbuhan belanja online mulai stabil di banyak pasar, dengan penjualan online tahun 2023 mencapai Rp347 triliun, tumbuh 37 persen dari tahun 2022. Meski belanja online terus bertumbuh, survei dari NIQ menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tetap tidak meninggalkan saluran offline, dimana 71 persen masyarakat Indonesia menggunakan kedua saluran online dan offline (omnichannel) dalam berbelanja pada tahun 2023.
Rusdy Sumantri, Direktur NielsenIQ (NIQ), mengatakan kebiasaan berbelanja masyarakat yang memadukan saluran online dan offline menunjukkan adanya kebutuhan belanja secara omnichannel yang tinggi di tengah masyarakat Indonesia.
"Oleh karenanya, dibutuhkan inovasi yang berkelanjutan untuk hadirkan pengalaman omnichannel dengan pilihan produk original yang ditunjang dengan metode pembayaran yang lebih lengkap, mudah dan aman,” ungkapnya.
Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan berbelanja masyarakat mulai bergeser, mendorong pentingnya kemampuan e-commerce dalam menghadirkan saluran berbelanja yang holistik bagi pelanggan.
Adapun, berdasarkan laporan tahunan Global Digital Niaga, Blibli InStore kini telah terintegrasi dengan lebih dari 8.900 mitra seller di lebih dari 14.000 lokasi di seluruh Indonesia. Adapun total transaksinya hingga saat ini disebut meningkat lebih dari 2.2 juta transaksi sejak tahun 2017.
Setelah itu, Blibli menambah dua solusi baru yang semakin diminati saat ini, yakni layanan Click&Collect dan program Trade-In (Tukar Tambah). Solusi Click&Collect saat ini didukung oleh lebih dari 2.500 mitra seller di lebih dari 10.100 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan total mencapai hampir 1,5 juta transaksi sejak 2018.
Sementara untuk program Trade-In (Tukar Tambah), Blibli mencatat antusiasme terhadap program ini cukup besar, yakni lebih dari 23,000 transaksi yang terjadi dari tahun 2019 hingga sekarang.
Aksi Korporasi BELI
Lebih lanjut BELI akan menggelar Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement dan program kepemilikan saham manajemen dan karyawan (MESOP).
Manajemen BELI dalam keterangan tertulisnya menuturkan bahwa BELI ini akan menerbitkan saham kepada peserta program MESOP dan private placement dengan total sebesar 9.400.240.527 saham baru dengan nilai nomimal Rp250 per saham setara dengan 7,63 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Lebih lanjut Manajemen BELI memaparkan dalam aksi korporasi ini BELI akan mengeluarkan sebanyak 4.900.240.527 lembar saham baru dalam private placement dengan nilai nominal Rp250 per saham setara dengan 3,98 persen dari modal ditempatkan dan disetor dan sebanyak 4.500.000.000 untuk program MESOP dengan nilai nomimal Rp250 per saham setara dengan 3,65 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Aksi korporasi ini akan digelar dengan tujuan untuk meningkatkan kepemilikan pada BELI dengan adanya kesempatan untuk berpartisipasi dalam menempatkan modal pada Perseroan bagi peserta program serta tercapainya keselarasan kepentingan antara BELI dengan kepentingan peserta program MESOP sedangkan private placement digelar dalam rangka memperkuat struktur permodalan untuk pengembangan kegiatan usahanya.
"Aksi korporasi ini akan direncanakan dilakukan pada 15 Desember 2024 hingga 14 Januari 2029," tulis manajemen.
Untuk melancarkan aksi korporasi ini BELI akan meminta persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Independen melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang akan digelar pada tanggal 13 Juni 2024. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.