KABARBURSA.COM - Emiten pelayaran milik Tommy Soeharto, yaitu PT GTS International Tbk (GTSI), menjadwalkan pembagian dividen kepada para investornya. Adapun pembagian dividen tunai bakal dilaksanakan pada akhir Januari 2025.
Pembagian dividen menunjukkan komitmen GTSJ dalam memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Pembagian dividen interim untuk periode tahun buku 2024 ini mengalokasikan dana sebesar Rp23,72 miliar, atau setara dengan Rp1,5 per saham. Kebijakan ini telah disepakati oleh direksi GTSI dengan persetujuan dewan komisaris pada 30 Desember 2024.
Dividen interim tersebut diambil dari perolehan laba bersih perusahaan per 30 September 2024 yang mencapai USD6,07 juta. Angka ini mencerminkan kinerja positif GTSI sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, dengan saldo laba ditahan yang belum ditentukan penggunaannya sebesar USD1,16 juta, serta total ekuitas senilai USD66,71 juta.
Berdasarkan jadwal yang telah ditentukan, investor dapat mencatatkan hak mereka melalui cum dividen pasar reguler dan pasar negosiasi pada 9 Januari 2025, diikuti oleh ex dividen pada 10 Januari 2025. Cum dividen pasar tunai akan berlangsung pada 13 Januari 2025, dengan ex dividen pasar tunai pada 14 Januari 2025. Recording date untuk daftar pemegang saham yang berhak atas dividen tunai dijadwalkan pada 13 Januari 2025 pukul 16.00 WIB, sementara pencairan dividen tunai akan dilakukan pada 30 Januari 2025.
Keputusan untuk membagikan dividen ini menjadi refleksi atas kinerja solid GTSI yang berhasil menjaga pertumbuhan laba serta memperkuat ekuitas perusahaan. Dengan langkah ini, GTSI tidak hanya memberikan keuntungan langsung kepada para pemegang saham, tetapi juga mempertegas posisinya sebagai salah satu emiten yang konsisten mengedepankan kesejahteraan investor.
Melalui strategi bisnis yang terarah, GTSI terus berkomitmen untuk mempertahankan pertumbuhan kinerja yang stabil sambil menjawab tantangan dalam industri. Dividen interim ini sekaligus menjadi salah satu bentuk nyata pengembalian hasil positif operasional perusahaan kepada para pemegang saham, sejalan dengan visi GTSI untuk terus menciptakan nilai jangka panjang.
Profil GTSI dan Kinerja Keuangan
GTSI didirikan pada 1986 dengan nama PT Humpuss Intermoda Transportasi (HIT). Merupakan sebuah perusahaan pelayaran yang bermitra dengan Mitsuo OSK Lines LTD untuk mengembangkan kapal gas alam cair (LNG) Indonesia dan layanan terkait.
Pada 2013, GTSI memutuskan untuk menjadi entitas terpisah yang berfokus pada bisnis pengiriman LNG, untuk mengembangkan sistem logistik dan infrastruktur komersial untuk LNG.
Sementara itu, pada semester I 2024, GTSI berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan usaha. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis pada Rabu, 24 Juli 2024, total pendapatan GTSI meningkat menjadi USD15,27 juta, dibandingkan dengan USD13,50 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, kinerja tersebut tidak cukup untuk mencegah penurunan laba bersih perusahaan hingga 150,32 persen, dari USD6,91 juta pada semester I 2023 menjadi USD2,76 juta pada semester I 2024.
Faktor utama yang menyebabkan tekanan pada laba bersih GTSI adalah kenaikan beban pokok pendapatan yang mencapai USD10 juta, naik dari USD6,90 juta. Hal ini menggerus laba kotor perusahaan menjadi USD5,26 juta, turun dari USD6,60 juta pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, kenaikan biaya keuangan turut memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
Pendapatan GTSI sebagian besar berasal dari segmen jasa sewa kapal untuk gas alam cair (LNG), yang mencatatkan pertumbuhan pendapatan menjadi USD14,86 juta dibandingkan dengan USD13,22 juta pada semester I 2023. Segmen ini tetap menjadi andalan perusahaan dalam menopang kinerja pendapatannya. Namun, segmen jasa sewa kapal untuk tug and barge mengalami penurunan, dengan pendapatan hanya sebesar USD44.415 dibandingkan USD74.619 pada periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, segmen jasa pengelolaan kapal menunjukkan pertumbuhan dengan pendapatan mencapai USD371.131, naik signifikan dari USD206.164.
Tantangan lain yang dihadapi GTSI adalah perubahan drastis dalam hasil operasi lainnya. Jika pada semester I 2023 perusahaan mencatat pendapatan operasi lainnya sebesar USD2,51 juta, tahun ini terjadi pembalikan menjadi beban operasi lainnya sebesar USD546.414. Hal ini turut berkontribusi pada defisit total beban usaha yang mencapai USD2,32 juta, berbalik arah dari surplus USD433.519 pada tahun lalu.
Situasi ini menggambarkan tekanan ganda yang dihadapi GTSI, yaitu meningkatnya biaya operasional serta pendapatan yang belum mampu mengimbangi kenaikan beban. Meski demikian, kenaikan pendapatan di segmen jasa utama menunjukkan potensi keberlanjutan dalam usaha inti perusahaan. Ke depan, GTSI perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengendalikan biaya dan memaksimalkan efisiensi operasional guna memulihkan profitabilitasnya di sisa tahun 2024.
Kinerja Saham GTSI
Kinerja saham PT GTS Internasional Tbk (GTSI) menunjukkan pergerakan yang cukup dinamis di tengah beragam tantangan makro dan mikro ekonomi. Pada penutupan perdagangan bursa, Senin, 30 Desember 2024, saham GTSI diperdagangkan di level Rp40, sementara harga terbaru menunjukkan penguatan di kisaran Rp43 hingga Rp44. Fluktuasi ini mencerminkan minat pasar yang tetap ada, meskipun volatilitas menjadi salah satu karakteristik yang mencolok dalam pergerakan saham GTSI.
Dalam satu tahun terakhir, saham GTSI telah bergerak dalam rentang harga Rp22 hingga Rp52, menunjukkan potensi yang cukup menarik bagi para investor yang memiliki strategi jangka menengah hingga panjang. Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp696,04 miliar, GTSI masih berada di kategori mid-cap, memberikan peluang pertumbuhan sekaligus risiko tertentu yang harus diperhatikan.
Salah satu indikator yang mendukung valuasi saham GTSI adalah rasio harga terhadap laba (P/E ratio) yang berada di level 9,06. Angka ini tergolong menarik dibandingkan dengan rata-rata pasar, mengindikasikan bahwa saham GTSI masih diperdagangkan dengan valuasi yang relatif wajar atau bahkan undervalued. Namun, tidak adanya dividen yield menunjukkan bahwa GTSI mungkin lebih fokus pada reinvestasi laba untuk mendukung pertumbuhan bisnis di masa depan, daripada membagikannya langsung kepada pemegang saham.
Volume perdagangan rata-rata sebesar 1,51 juta saham menunjukkan likuiditas yang cukup baik, memungkinkan investor untuk masuk dan keluar dari posisi mereka tanpa kesulitan yang berarti. Saham GTSI juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia (IDX), yang memberikan eksposur terhadap basis investor domestik maupun internasional.
Melihat tren kinerja saham yang ada, penguatan baru-baru ini mungkin mencerminkan optimisme investor terhadap strategi bisnis perusahaan atau prospek industri pelayaran yang lebih luas. Namun, risiko tetap ada, terutama dengan beban biaya yang meningkat dan laba bersih yang mengalami tekanan seperti tercatat dalam laporan keuangan terbaru. Kombinasi antara volatilitas harga dan ketidakpastian kinerja keuangan menjadi tantangan yang harus diantisipasi oleh investor.
Sebagai emiten dengan segmen bisnis yang terfokus pada jasa pelayaran LNG dan pengelolaan kapal, GTSI memiliki potensi pertumbuhan yang besar, terutama jika perusahaan berhasil mengoptimalkan efisiensi operasional dan menangkap peluang di pasar energi. Untuk itu, saham GTSI tetap menjadi pilihan menarik, namun dengan pendekatan investasi yang hati-hati dan berbasis data fundamental.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.