Logo
>

ESSA Kepakkan Sayap di Bisnis Produksi SAF, ini Targetnya

Ditulis oleh Hutama Prayoga
ESSA Kepakkan Sayap di Bisnis Produksi SAF, ini Targetnya

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) mulai mengepakkan sayapnya di bisnis produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF). Bisnis tersebut dijalankannya melalui dua anak usaha, yaitu PT ESSA Sustainable Indonesia (ESI) dan PT ESSA SAF Makmur (ESM).

    Presiden Direktur dan CEO ESSA Kanishk Laroya, mengatakan, ESSA sedang mendayagunakan keahlian di bidang energi dan kimia. Perusahaan memposisikan ESSA di garis depan revolusi penerbangan ramah lingkungan dengan menargetkan diri menjadi salah satu pabrik bersertifikasi ISCC CORSIA pertama di Indonesia.

    Dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 23 Desember 2024, Laroya menjelaskan, langkah perusahaan memfokuskan diri pada bisnis SAF ini sejalan dengan komitmen untuk membawa Indonesia dalam solusi energi ramah lingkungan. Dengan semakin meningkatnya tuntutan bagi industri penerbangan global untuk mengurangi emisi CO2 yang terus meningkat, proyek SAF yang digarap ESSA ini diharapkan bisa membawa perubahan global di sektor yang terus berkembang.

    Sementara, anak usaha ESEA, yakni ESM akan menjadi fasilitas manufaktur greenfield berteknologi termutakhir yang akan didirikan di Jawa Tengah dengan kapasitas produksi ±150.000 MT per tahun. Adapun operasi komersial diharapkan dimulai di antara Kuartal IV 2027 dan Kuartal I 2028.

    Keinginan ESSA untuk menjadi perusahaan pertama yang mendapatkan sertifikasi ISCC CORSIA ini sejalan dengan kinerja keuangannya yang moncer. Dalam laporannya per 30 September 2024 (9M24), ESSA berhasil mencatatkan laba bersih sebesar USD33,56 juta, meningkat 243 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai USD9,76 juta. Dengan hasil ini, laba per saham dasar dan dilusian meningkat menjadi USD1,948 dari sebelumnya USD0,567.

    Berdasarkan laporan keuangan interim tidak diaudit, pendapatan ESSA mencapai USD230,11 juta, mengalami penurunan tipis sebesar 1,08 persen dibandingkan tahun lalu yang tercatat USD232,63 juta. Beban pokok pendapatan sebesar USD148,74 juta, menurun dari USD184,26 juta pada periode yang sama tahun lalu. Laba kotor mencapai USD81,36 juta, menunjukkan lonjakan signifikan dari USD48,37 juta di tahun sebelumnya.

    Beban penjualan tercatat sebesar USD344,14 ribu, berkurang dari USD386,82 ribu. Beban umum dan administrasi naik menjadi USD18,12 juta dari USD17,02 juta. Penghasilan keuangan meningkat menjadi USD3,33 juta dari USD1,66 juta, sementara beban keuangan turun menjadi USD8,13 juta dari USD14,91 juta.

    Keuntungan dan kerugian lainnya tercatat USD381,66 ribu, menurun dari USD506,92 ribu. Laba sebelum pajak penghasilan mencapai USD57,71 juta, meningkat pesat dari USD17,20 juta. Beban pajak juga meningkat menjadi USD12,66 juta dari USD4,76 juta. Laba bersih untuk periode berjalan mencapai USD45,05 juta, melonjak signifikan dari USD12,44 juta.

    Total ekuitas perusahaan mencapai USD533,83 juta, naik dari USD497,74 juta di akhir tahun lalu. Total liabilitas terakumulasi mencapai USD161,82 juta, mengalami penurunan dari USD197,69 juta pada akhir 2023. Total aset perusahaan sebesar USD695,65 juta, sedikit meningkat dari USD695,44 juta di periode akhir tahun lalu.

    RI Bidik Produksi SAF 238 Juta Liter per Tahun di 2026

    Pemerintah menargetkan 238 juta liter per tahun produksi bahan bakar pesawat yang ramah lingkungan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) pada 2026. Adapun SAF sendiri dinilai menjadi solusi utama untuk mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dalam sektor penerbangan internasional.

    Diketahui, produksi SAF sendiri berbasis pada kelapa sawit. Pontensi Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit dinilai sangat memungkinkan untuk memproduksi bahan bakar tersebut. Di sisi lain, bahan bakar tersebut juga memiliki potensi besar dalam mendukung pencapaian target pengurangan emisi global.

    Sementara saat ini, Indonesia masuk dalam jajaran pasar industri penerbangan terbesar di dunia dengan 251 bandara yang ada dan 50 bandara baru dalam rencana. Sebagai produsen minyak kelapa sawit, Indonesia juga menjadi yang terbesar dengan total produksi 3,9 juta ton used cooking oil (UCO) pada 2023.

    “Manfaat dan tantangan SAF, bahan bakar itu dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan dianggap sebagai energi bersih. Namun, penggunaannya secara komersial masih menghadapi tantangan, seperti keterbatasan bahan baku, biaya tinggi, dan infrastruktur belum memadai,” kata Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Dida Gardera, dalam keterangannya, Jumat, 23 Agustus 2024.

    Sementara untuk jangka waktu uji coba SAF, tutur Dida, telah dilakukan di Indonesia sejak 2020 dengan hasil uji coba yang berhasil termasuk co-process J2.4 dan uji terbang pada berbagai jenis pesawat.

    Uji terbang terbaru pada kuartal ketiga 2023 di Garuda Boeing 737-800 menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja dibandingkan bahan bakar fosil konvensional.

    Di sisi lain, potensi Palm Kernel Expeller (PKE) atau bungkil sawit menjadi produk sampingan dari proses ekstraksi minyak kelapa sawit itu berpotensi diubah menjadi bioethanol yang dapat digunakan sebagai bahan baku SAF.

    Satu ton PKE dapat menghasilkan 250 liter bioethanol, dengan potensi PKE yang diperkirakan mencapai 6 juta ton per tahun. Indonesia sedang dalam proses mengusulkan PKE sebagai sumber bahan bakar SAF yang masuk dalam daftar CORSIA.

    Akan tetapi, Dida menegaskan upaya pemanfaatan SAF juga membutuhkam peran aktif semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, produsen bahan bakar, produsen pesawat, maskapai penerbangan, bandara, investor, hingga lembaga keuangan.

    Melalui seminar yang digelar International Civil Aviation Organization (ICAO) di Bangkok awal bulan Agustus lalu, Dida menekankan komitmen Indonesia dalam pengembangan SAF. Adapun gelaran itu juga diikuti perwakilan industri dan lembaga internasional, termasuk Civil Aviation Authority dari beberapa negara Asia Pasifik.

    “Ini menegaskan komitmen Indonesia untuk berkontribusi dalam pengembangan SAF dan pengurangan emisi global. Dengan langkah-langkah strategis yang diambil, diharapkan SAF akan memainkan peran penting dalam masa depan penerbangan yang lebih berkelanjutan,” tutupnya.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.