Logo
>

FILM Ambil Alih NETV dengan Reverse Stock Split, Akankah Berhasil?

Ditulis oleh Syahrianto
FILM Ambil Alih NETV dengan Reverse Stock Split, Akankah Berhasil?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Berita mengejutkan datang dari PT Net Visi Media Tbk (NETV), yang dikabarkan akan diakuisisi oleh PT MD Entertainment Tbk (FILM).

    Namun, sebelum akuisisi ini terlaksana, NETV perlu melakukan reverse stock split atau penggabungan saham. Lantas, bagaimana prospek saham NETV, serta peluang dan risiko bagi investor?

    Kabar mengenai rencana FILM untuk mengakuisisi NETV telah terdengar sejak Juni 2023, tetapi akuisisi baru resmi terjadi pada akhir Agustus 2024. Dalam hal ini, FILM diharapkan menjadi penyelamat bagi NETV yang sedang mengalami kesulitan keuangan akibat utang.

    FILM akan mengakuisisi 80 persen saham NETV dengan nilai total sekitar Rp1,65 triliun. Proses akuisisi ini akan dilakukan melalui penerbitan saham baru dengan skema private placement, yang berarti saham baru diterbitkan tanpa memberikan hak terlebih dahulu kepada pemegang saham yang sudah ada.

    Dana dari FILM akan digunakan dalam dua bentuk: konversi piutang dari Newton Capital sebesar Rp882 miliar dan setoran tunai Rp229 miliar yang akan digunakan untuk modal kerja dan pembayaran utang usaha, serta sisanya untuk melunasi utang kepada PT Gita Inti Investama.

    Pada semester I 2024, NETV mengalami masalah utang besar, sebagian besar di antaranya adalah utang jangka pendek yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun. Total utang jangka pendek tersebut mencapai Rp882 miliar (yang akan diselesaikan oleh FILM sebagai pemegang saham baru) dari total utang berbunga sebesar Rp1,25 triliun.

    Selain itu, risiko kredit NETV juga cukup tinggi, dengan kas dan setara kas hanya sebesar Rp3 miliar dan ekuitas negatif senilai Rp679 miliar.

    Secara operasional, NETV kesulitan membayar cicilan utang karena kerugian dari laba usaha. NETV hampir mengalami kebangkrutan pada akhir April 2024 karena tidak mampu membayar beberapa utang yang jatuh tempo. Untungnya, FILM datang sebagai penyelamat perusahaan televisi ini.

    Sebelum masuknya FILM, NETV telah melakukan beberapa upaya penyelamatan, termasuk penandatanganan perjanjian pinjaman dengan Newton Capital pada 5 April 2024 sebesar Rp882,6 miliar. Sebelumnya, Newton Capital telah membeli utang NETV dari PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dengan jumlah yang sama.

    Setelah bernegosiasi dengan Newton Capital, NETV mendapatkan penghapusan bunga yang ditangguhkan dan biaya restrukturisasi sebesar Rp269,4 miliar, serta diberikan pinjaman tanpa bunga oleh Newton Capital yang jatuh tempo pada Oktober 2024. Selama periode April hingga Oktober 2024, NETV diharapkan dapat merencanakan aksi korporasi selanjutnya.

    Hasilnya, seluruh utang NETV kepada Newton Capital diambil alih oleh FILM dan dikonversi menjadi kepemilikan saham. Setelah aksi korporasi private placement, utang NETV sebesar Rp882 miliar tersebut akan dihapuskan dan diubah menjadi ekuitas, sehingga ekuitas NETV tidak lagi negatif.

    Selain dengan Newton Capital, NETV juga bernegosiasi dengan PT Gita Inti Investama, pihak terafiliasi, untuk mendapatkan pinjaman sebesar Rp370 miliar. Pinjaman ini akan digunakan untuk melunasi utang dan kewajiban lainnya kepada PT Bank Artha Graha Internasional Tbk, sehingga NETV terhindar dari risiko gagal bayar sebelum akhir April 2024.

    Pinjaman dari pihak afiliasi ini bisa dibayar kembali antara 1 April 2025 hingga 1 April 2029, memberi NETV ruang untuk merencanakan aksi korporasinya. Setelah FILM menjadi pemegang saham, seluruh utang NETV kepada Gita Inti Investama juga dilunasi dengan dana yang disuntikkan oleh pemilik baru NETV.

    Namun, yang menjadi perhatian adalah bahwa untuk melakukan aksi korporasi ini, NETV harus melakukan reverse stock split atau penggabungan saham, yang akan meningkatkan nilai saham. NETV berencana melakukan reverse stock split dengan rasio 2:1, sehingga dengan harga saham saat ini di Rp106 per saham, setelah reverse stock split akan menjadi Rp212 per saham. Namun, jumlah saham pemegang saham lama akan berkurang karena penggabungan ini.

    Aksi korporasi seperti ini seringkali menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor, seperti kasus reverse stock split BEKS, di mana setelah penggabungan saham, jumlah lot berkurang, dan harga saham kembali turun ke gocap.

    Sesuai aturan OJK, harga pelaksanaan saham tidak boleh lebih rendah dari batasan harga terendah yang dapat diperdagangkan di pasar reguler dan tunai, yaitu Rp50 per saham. Sementara itu, harga saham NETV sempat beberapa kali di bawah Rp50 per saham, sehingga NETV diwajibkan melakukan reverse stock split sebelum melaksanakan private placement. Setelah reverse stock split, harga pelaksanaan private placement akan berada di angka Rp50 per saham sesuai ketentuan perjanjian.

    Namun, reverse stock split tidak selalu berakhir negatif, ada contoh sukses seperti yang terjadi pada SIPD di awal 2015. Saat itu, SIPD melakukan reverse stock split dengan rasio 10:1 untuk melaksanakan rights issue, yang mengakibatkan harga saham naik dari Rp50 per saham menjadi Rp500 per saham. Sampai 30 Agustus 2024, harga saham SIPD masih di Rp900 per saham.

    Kinerja keuangan NETV memang tidak memuaskan. Dari data yang dihimpun sejak 2018 hingga 2023, NETV terus mencatatkan kerugian, dan pendapatannya fluktuatif. Bahkan hingga pada laba usaha, NETV masih merugi, dengan hanya mencatat laba usaha sebesar Rp23 miliar pada tahun 2018.

    Dari sisi bisnis, NETV masih terbatas pada bisnis televisi yang sederhana, dengan sumber pendapatan utama dari televisi, serta sisanya dari pendapatan digital dan lainnya.

    Tren pendapatan NETV dari seluruh segmen juga menunjukkan penurunan, kecuali untuk segmen lain-lain yang mencatatkan peningkatan, meskipun tidak jelas apa saja sumber pendapatan segmen lain-lain tersebut. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.