KABARBURSA.COM – Sektor perbankan kembali mencuri perhatian dalam beberapa bulan terakhir. Sejumlah fund manager besar tercatat mengalihkan dana mereka dari aset pendapatan tetap ke saham-saham bank berkapitalisasi besar. Pergeseran strategi ini menjadi sinyal kuat bahwa sektor perbankan akan kembali menjadi motor penggerak IHSG hingga 2026.
Perkumpulan Analis Efek Indonesia (PAEI) menjelaskan bahwa pergerakan dana ke perbankan terjadi karena kombinasi beberapa faktor. Pertama, posisi perbankan secara fundamental berada pada fase pemulihan yang kuat setelah tekanan besar pada awal 2025. Kedua, penurunan imbal hasil obligasi membuat investor mencari instrumen dengan potensi return lebih tinggi.
Anggota PAEI sekaligus Co Founder Pasardana, Yohanis Hans Kwee, menjelaskan bahwa dapat dilihat jelas bagaimana fund manager mengurangi porsi cash mereka dan mulai mengakumulasi saham bank. “Fund manager masuk ke saham-saham perbankan. Kontribusi bank besar ke indeks belum maksimal, jadi ruang naiknya besar,” ujarnya.
Perbankan merupakan sektor dengan bobot terbesar dalam IHSG. Jika saham-saham bank seperti BCA, BRI, Mandiri, dan BNI kembali menguat ke level sebelum koreksi, dampaknya terhadap indeks akan sangat besar. Ia memperkirakan bahwa pemulihan harga saham bank besar bisa menjadi salah satu penentu kemampuan IHSG untuk mencapai target 8.500 pada akhir 2025 dan melangkah ke 9.300 pada 2026.
Kondisi likuiditas perbankan juga membaik setelah pemerintah meningkatkan penempatan dana. Kebijakan ini membuat bank memiliki ruang lebih luas untuk ekspansi kredit, terutama pada kuartal akhir 2025 hingga awal 2026. Penempatan dana pemerintah ke perbankan menjadi salah satu stimulus terbesar bagi pasar modal dalam beberapa bulan terakhir.
Penurunan suku bunga acuan memberikan dorongan positif bagi perbankan. Margin keuntungan bank berpotensi membaik, sementara kualitas aset diperkirakan stabil berkat perbaikan ekonomi riil. Kombinasi faktor ini membuat banyak investor institusi yakin terhadap prospek sektor bank dalam dua tahun mendatang.
Dinamika pasar global juga mempengaruhi strategi investasi. Investor asing terlihat melakukan penyesuaian portofolio, tetapi investor domestik tetap kuat membeli saham perbankan. Lonjakan minat investor ritel menjadi faktor penting yang menjaga stabilitas IHSG walaupun aliran dana asing tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya.
PAEI menyoroti risiko yang perlu diperhatikan, seperti ketidakpastian kebijakan global dan kemungkinan perlambatan ekonomi internasional. Namun para analis menegaskan bahwa fundamental perbankan Indonesia cukup kuat untuk menghadapi berbagai tekanan eksternal.
Dari berbagai faktor tersebut, sektor perbankan dinilai akan tetap menjadi penggerak utama IHSG hingga 2026. Para fund manager memperkirakan bahwa rotasi dana ke saham bank masih akan berlangsung selama beberapa bulan ke depan, terutama jika penurunan suku bunga berlanjut dan belanja pemerintah terealisasi lebih cepat pada 2026.(*)