Logo
>

Harga CPO Bangkit Setelah Penurunan Tiga Hari, Didukung Kenaikan Ekspor

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga CPO Bangkit Setelah Penurunan Tiga Hari, Didukung Kenaikan Ekspor

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) berhasil bangkit pada Jumat, 11 Oktober 2024, setelah sempat melemah selama tiga hari berturut-turut. Kenaikan ini dipicu oleh peningkatan ekspor, yang memberikan angin segar bagi pasar.

    Berdasarkan data dari BMD, kontrak berjangka CPO untuk Oktober 2024 mengalami penurunan sebesar 67 Ringgit Malaysia menjadi 4.283 Ringgit Malaysia per ton. Namun, kontrak berjangka untuk November 2024 justru menguat 116 Ringgit Malaysia, menjadi 4.385 Ringgit Malaysia per ton. Kenaikan juga tercatat pada kontrak Desember 2024 yang meningkat 117 Ringgit Malaysia, hingga mencapai 4.350 Ringgit Malaysia per ton.

    Kontrak berjangka untuk awal 2025 menunjukkan tren serupa. Pada Januari 2025, harga kontrak naik 119 Ringgit Malaysia menjadi 4.315 Ringgit Malaysia per ton, dan pada Februari 2025 meningkat 111 Ringgit Malaysia menjadi 4.278 Ringgit Malaysia per ton. Sedangkan kontrak Maret 2025 naik 101 Ringgit Malaysia menjadi 4.240 Ringgit Malaysia per ton.

    Menurut Girta Yoga dari ICDX, pergerakan harga CPO saat ini berada dalam tren bullish. Hal ini dipengaruhi oleh laporan dari Dewan Sawit Malaysia yang menunjukkan penurunan produksi sebesar 3,8 persen pada bulan September, sementara ekspor justru meningkat 0,93 persen. Kombinasi antara penurunan pasokan dan peningkatan permintaan ini memberikan tekanan yang mengangkat harga CPO.

    "Pergerakan harga CPO saat ini bergerak dalam rentang resistance di 4.350 Ringgit Malaysia per ton dan support di 4.250 Ringgit Malaysia per ton," ujar Yoga. Ia juga menambahkan bahwa tren bullish pada harga minyak kedelai turut mendukung kenaikan harga CPO, terutama karena potensi gangguan produksi di Amerika Serikat dan Argentina akibat cuaca kering.

    Sepanjang pekan ini, harga CPO sempat bergerak bearish dengan penurunan 1,27 persen. Namun, jika dilihat dari awal bulan Oktober hingga akhir pekan kedua, harga CPO telah menguat sekitar 7 persen. Sementara itu, secara keseluruhan tahun ini (year to date), harga CPO mencatatkan penguatan sebesar 17,21 persen, menandakan tren bullish yang kuat.

    Stok yang Meningkat Jadi Pemicu

    Pada Kamis, 10 Oktober 2024, harga CPO di BMD kembali melemah. Kondisi ini melanjutkan tren negatif selama tiga hari berturut-turut. Penurunan ini terjadi setelah rilis data penting dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) yang menunjukkan peningkatan stok minyak sawit di negara tersebut.

    Pada penutupan perdagangan Kamis, kontrak berjangka CPO untuk Oktober 2024 mencatat kenaikan tipis sebesar 7 Ringgit Malaysia menjadi 4.350 Ringgit Malaysia per ton. Namun, kontrak untuk November 2024 justru turun 24 Ringgit Malaysia menjadi 4.269 Ringgit Malaysia per ton. Penurunan serupa terjadi pada kontrak Desember dan Januari 2025, masing-masing terkoreksi 19 dan 13 Ringgit Malaysia.

    David Ng, seorang trader minyak sawit, mengungkapkan kenaikan stok minyak sawit menjadi pemicu utama penurunan harga. Stok minyak sawit pada bulan September meningkat hampir 7 persen dari bulan sebelumnya, mencapai 2,01 juta ton. Peningkatan stok ini sebagian besar disebabkan oleh ekspor yang lebih lemah dari perkiraan. "Tren ini kemungkinan akan memberi tekanan pada harga di masa mendatang," kata Ng.

    Laporan MPOB mencatat bahwa meski ekspor minyak sawit pada bulan September meningkat tipis 0,93 persen, penurunan produksi CPO sebesar 3,8 persen turut mempengaruhi dinamika pasar. Anilkumar Bagani dari Sunvin Group juga menyoroti bahwa meski stok minyak sawit naik, angka tersebut masih sesuai dengan perkiraan. Menurut Bagani, faktor-faktor lain seperti cuaca kering di Amerika Selatan turut mendukung kenaikan harga di pasar minyak sayur global.

    Meskipun data menunjukkan tren bearish, prospek ekspor minyak sawit di bulan Oktober diprediksi akan menunjukkan perbaikan. Namun, belum ada kejelasan mengenai produksi yang akan datang, sehingga pasar tetap waspada.

    Tertekan Jelang Rilis Data MPOB

    Pada Rabu, 9 Oktober 2024, harga kontrak CPO di BMD kembali merosot. Hal ini mencatatkan penurunan dua hari berturut-turut. Penurunan ini terjadi menjelang rilis data penting dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB), yang akan mempengaruhi dinamika pasar sawit global.

    Pada penutupan perdagangan Rabu, kontrak berjangka CPO untuk Oktober 2024 turun sebesar 6 Ringgit Malaysia menjadi 4.343 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak untuk November 2024 juga mengalami penurunan lebih dalam, turun 23 Ringgit Malaysia ke level 4.293 Ringgit Malaysia per ton. Penurunan serupa tercatat pada kontrak Desember dan Januari 2025, masing-masing terkoreksi 19 dan 17 Ringgit Malaysia.

    Menurut Dr. Sathia Varg dari Fastmarkets Palm Oil Analytics, penurunan ini disebabkan oleh aksi ambil untung yang dilakukan pelaku pasar menjelang rilis data MPOB untuk September 2024. Ia memprediksi bahwa produksi minyak sawit akan turun 1 persen, sementara ekspor akan meningkat sebesar 1 persen.

    “Persediaan minyak sawit diperkirakan akan meningkat ke level tertinggi dalam delapan bulan terakhir," ujar Varg. Ia mengimbuhkan, stok tinggi ini disebabkan oleh lemahnya ekspor dan rendahnya daya saing minyak sawit dibandingkan minyak kedelai.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).