KABARBURSA.COM - Sejumlah saham emas terpantau lesu pada awal sesi I perdagangan Kamis, 7 November 2024. Kondisi ini nampaknya tidak lepas dari harga emas dunia yang menurun.
Seperti diberitakan sebelumnya, harga emas dunia anjlok hingga 3 persen pada penutupan perdagangan Rabu, 6 November 2024 waktu setempat.
Penurunan harga tersebut sepertinya tidak lepas dari oleh penguatan dolar AS setelah Donald Trump dinyatakan kembali menjadi presiden Amerika Serikat.
Mengutip perdagangan Stockbit, saham-saham sektor emas seperti ANTM, PSAB, MDKA, BRMS, dan ARCI terpantau berada di zona merah.
ANTM tampak mengalami pelemahan sebesar 25 poin atau turun 1,62 persen ke level 1,515. Sementara PSAB mencatatkan penurunan enam poin atau sebanyak 1,95 persen ke level 302.
MDKA turut terkoreksi dengan turun hingga 30 poin atau 1,32 persen ke level 2,240. Sementara BRMS terpantau berada di level 404, turun 36 poin atau 8,18 persen.
Hal serupa juga dialami emiten ARCI yang mengalami penurunan 10 poin atau 3,52 persen ke level 274.
Performa Emiten Emas
Dari sisi performa, ANTM memang menunjukkan performa kurang menggembirakan. Masih melansir Stockbit, emiten ini mencatatkan performa -4,69 persen dalam satu pekan terakhir.
Pun dengan PSAB yang menunjukan kinerja kurang memuaskan dengan performa -5,63 persen dalam satu minggu.
Sementara MDKA dan ARCI turut mencatat kinerja kurang baik dalam periode serupa yang masing-masing mencatatkan performa -6,61 persen dan -3,52 persen.
Di sisi lain, hal berbeda ditorehkan BRMS. Emiten yang resmi melantai di bursa pada 2010 ini, konsisten dalam mempertahan kinerja positifnya.
Dalam satu pekan terakhir, BRMS mencatatkan performa 9,78 persen. Sedangkan dalam periode satu bulan, emiten ini juga menorehkan kinerja positif dengan 42,25 persen.
Penguatan Dolar AS dan Tekanan pada Emas
Sebelumnya diberitakan, penguatan dolar AS menjadi faktor utama yang menekan harga emas. Indeks dolar AS melonjak ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir setelah kemenangan Trump.
Penguatan ini membuat emas, yang diperdagangkan dalam dolar AS, menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri, sehingga mengurangi permintaan terhadap logam mulia tersebut.
Selain itu, kemenangan Trump juga memberikan keyakinan bahwa kebijakan ekonominya, yang pro-dolar dan lebih condong ke arah pertumbuhan domestik, akan memperkuat mata uang AS.
Namun, di sisi lain, hal ini bisa mengganggu kebijakan pelonggaran moneter yang selama ini menjadi salah satu faktor pendukung harga emas.
Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, menyatakan bahwa harga emas saat ini terjebak di antara dua faktor besar. Di satu sisi, risiko inflasi yang meningkat akibat kebijakan fiskal Trump bisa mendukung harga emas, namun di sisi lain, harapan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve mungkin akan tertunda.
“Emas berada dalam posisi yang sulit, antara risiko inflasi yang lebih tinggi dan kemungkinan perlambatan dalam pemangkasan suku bunga AS. Keputusan dan pernyataan dari Federal Reserve pada Kamis nanti akan menjadi fokus utama bagi investor,” kata Hansen.
Selain itu, pasar kini menantikan keputusan dari Federal Reserve terkait kebijakan suku bunga. Analis memprediksi The Fed akan mengumumkan pemangkasan suku bunga sebesar 0,25 persen pada pertemuan mendatang, setelah sebelumnya memangkas suku bunga sebesar 0,50 persen pada bulan September.
Keputusan ini akan sangat mempengaruhi pergerakan harga emas dalam jangka pendek, mengingat emas cenderung sensitif terhadap perubahan suku bunga.
Kebijakan suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung harga emas karena menurunkan biaya peluang untuk memegang aset tanpa imbal hasil seperti emas. Namun, jika The Fed menunda pemotongan suku bunga, ini bisa semakin menekan harga emas.
Selain emas, komoditas lainnya juga mengalami tekanan akibat penguatan dolar AS. Harga perak spot jatuh 4,6 persenmenjadi USD31,17 per ons.
Platinum turun sebesar 1,4 persen ke harga USD985,74 per ons, sementara paladium merosot 3,6 persen menjadi USD1.036,77 per ons. Ketiga logam mulia ini mencatatkan level terendah dalam minggu terakhir.
Penurunan harga emas yang tajam pada perdagangan pagi WIB ini mencerminkan respons pasar terhadap penguatan dolar AS yang dipicu oleh kemenangan Donald Trump dalam pemilu. Penguatan dolar dan harapan kebijakan ekonomi pro-pertumbuhan dari Trump memberikan tekanan besar pada logam mulia dan komoditas lainnya.
Dengan keputusan Federal Reserve terkait suku bunga yang akan diumumkan dalam waktu dekat, investor akan terus memantau pergerakan pasar dan memposisikan diri untuk menghadapi potensi volatilitas yang lebih besar di masa mendatang.
Pergerakan pasar komoditas ke depan akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter The Fed serta perkembangan lebih lanjut terkait kebijakan ekonomi pemerintahan Trump.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.