Logo
>

Harga Emas Dunia Melonjak, Ketidakpastian Tarif Trump Jadi Pemicu

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Emas Dunia Melonjak, Ketidakpastian Tarif Trump Jadi Pemicu

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas dunia kembali menyentuh level tertinggi dalam dua bulan pada Selasa waktu Amerika atau Rabu, 22 Januari 2025 WIB. Kenaikan ini terjadi di tengah melemahnya dolar AS dan ketidakpastian pasar soal rencana tarif universal yang digadang Presiden Donald Trump. Investor, seperti biasa, bergegas menuju emas sebagai aset safe-haven andalan di saat dunia sedang tidak pasti.

    Dilansir dari Reuters di Jakarta, Rabu, harga spot emas naik 1,3 persen menjadi USD2.742,48 per ons (sekitar Rp43,88 juta dengan kurs Rp16.000), mendekati rekor tertinggi sepanjang masa di USD2.790,15 (sekitar Rp44,64 juta) yang tercapai Oktober lalu. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup naik 0,4 persen di USD2.759,20 (sekitar Rp44,15 juta).

    Melemahnya dolar AS juga turut memberi dorongan. Indeks dolar (DXY) turun 1,2 persen, mendekati titik terendah dua minggu terakhir, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lain. “Lonjakan ini dipicu oleh ancaman tarif universal dari Trump setelah pelantikannya. Tapi informasinya masih sangat minim,” ujar analis komoditas di TD Securities, Daniel Ghali.

    Donald Trump, dalam gaya khasnya, memang belum memberikan detail konkret soal tarif universal atau bea tambahan untuk mitra dagang seperti Kanada dan Meksiko. Meski begitu, ia sempat memberi sinyal bahwa tarif untuk kedua negara ini bisa berlaku mulai 1 Februari.

    Situasi ini membawa nostalgia tahun pertama kepemimpinan Trump pada 2017, di mana harga emas naik 13 persen. Emas memang selalu menjadi pilihan di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

    Namun, kebijakan Trump yang cenderung memicu inflasi juga memunculkan kekhawatiran pasar. Jika inflasi meningkat, Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama yang bisa mengurangi daya tarik emas karena tidak memberikan imbal hasil.

    “Pasar sekarang sedang menunggu pertemuan FOMC minggu depan dan data PCE, terutama bacaan inflasi,” kata analis logam senior di Zaner Metals, Peter Grant.

    Ia menambahkan, meski The Fed diperkirakan tidak akan mengambil keputusan besar dalam waktu dekat, pernyataan kebijakan mereka tetap menjadi perhatian utama karena bisa memberi petunjuk soal langkah selanjutnya sepanjang tahun.

    Tidak hanya emas, logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan. Spot perak naik 0,9 persen menjadi USD30,77 per ons (sekitar Rp492 ribu). Palladium melonjak 1,1 persen ke USD955,50 (sekitar Rp15,29 juta), sementara platinum stagnan di USD942,40 (sekitar Rp15,08 juta).

    Naik Tipis usai Trump Dilantik

    [caption id="attachment_114729" align="alignnone" width="1179"] Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat dalam upacara pelantikan yang digelar di Rotunda Gedung Capitol, Washington, Senin, 20 Januari 2025. Foto: REUTERS/Evelyn Hockstein.[/caption]

    Harga emas dunia sebelumnya juga naik tipis pada Selasa, 21 Januari 2025 WIB karena didorong oleh melemahnya dolar AS, saat pasar menganalisis kemungkinan dampak ekonomi dari kebijakan Presiden AS Donald Trump di masa jabatan keduanya.

    Seperti dilaporkan oleh Reuters, harga emas spot naik 0,3 persen menjadi USD2.709,09 per ons, dengan volume perdagangan yang rendah karena pasar AS tutup untuk libur Martin Luther King Jr.

    Sebaliknya, emas berjangka AS turun 0,7 persen menjadi USD2.730,20, mempersempit selisih harga dengan emas spot, setelah seorang pejabat pemerintahan Trump menyebutkan bahwa Presiden akan mengeluarkan memorandum perdagangan luas tanpa menetapkan tarif baru.

    Dalam beberapa minggu terakhir, perbedaan harga antara emas berjangka New York dan harga spot semakin besar karena pedagang memperhitungkan dampak kemungkinan tarif impor AS dan menggenjot pengiriman ke gudang stok CME.

    “Saya percaya masa kepresidenan Donald Trump akan menyebabkan volatilitas pasar yang lebih tinggi. Beberapa kebijakannya mungkin juga mempertahankan inflasi pada level yang tinggi untuk jangka waktu yang lama, yang akan terus mendukung aset safe haven seperti emas,” ujar Giovanni Staunovo, analis UBS.

    Sebagai aset yang sering digunakan untuk lindung nilai terhadap inflasi, emas tetap diminati meskipun kebijakan tarif yang memicu inflasi dari Trump dapat mendorong Federal Reserve mempertahankan suku bunga lebih lama, sehingga mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.

    Trump sebelumnya menyebutkan rencana tarif sebesar 10 persen untuk impor global, 60 persen untuk barang asal China, dan tambahan 25 persen untuk produk dari Kanada dan Meksiko.

    “Karena status emas sebagai aset keuangan, kemungkinan besar emas tidak akan terkena tarif berbasis luas. Kami memperkirakan peluang 10 persen untuk penerapan tarif efektif sebesar 10 persen pada emas dalam 12 bulan ke depan,” kata Goldman Sachs.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).