Logo
>

Harga Emas Dunia Tergelincir, Investor Waspadai Sinyal The Fed soal Suku Bunga

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Emas Dunia Tergelincir, Investor Waspadai Sinyal The Fed soal Suku Bunga

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas dunia mengalami penurunan pada Rabu, 18 Desember 2024 dini hari WIB, seiring penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi AS. Investor kini menantikan hasil pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve (The Fed) tahun ini, di mana pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga akan berlangsung lebih lambat pada 2025.

    Mengutip Consumer News and Business Channel International, harga emas spot melemah 0,2 persen menjadi USD2.646,58 per ons, sedangkan kontrak berjangka AS turun 0,3 persen ke USD2.663,30 per ons. Penguatan dolar sebesar 0,1 persen membuat harga emas terasa lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, menekan daya tarik logam mulia tersebut.

    Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik mendekati level tertinggi dalam empat minggu. Kondisi ini terjadi menjelang keputusan The Fed yang diprediksi akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu hari ini.

    Fokus Pasar: Dot Plot dan Kebijakan 2025

    Saat ini, perhatian pasar tertuju pada proyeksi ekonomi terbaru The Fed dan “dot plot”, yang akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga di 2025 dan 2026.

    “Pertanyaannya adalah, apakah The Fed akan lebih hawkish atau dovish dibandingkan ekspektasi pasar saat ini. Mengingat kebijakan pemerintahan Trump yang pro-ekonomi tradisional, banyak yang memperkirakan The Fed akan lebih berhati-hati dalam memberikan sinyal pemangkasan suku bunga lanjutan,” ujar Fawad Razaqzada, analis pasar dari Forex.com.

    Berdasarkan CME FedWatch Tool, peluang The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pekan ini mencapai 95 persen. Namun, kemungkinan pemangkasan suku bunga di Januari hanya sebesar 18 persen.

    Menjelang keputusan The Fed, analis pasar dari MarketPulse OANDA, Zain Vawda, menilai risiko emas cenderung mengarah ke penurunan harga.

    Sebagai aset tanpa imbal hasil, emas cenderung menarik dalam lingkungan suku bunga rendah. Namun, data ekonomi AS yang kuat, seperti penjualan ritel pada November yang melebihi ekspektasi, memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan menunda pemangkasan suku bunga pada Januari 2025.

    Investor kini turut memantau rilis data PDB AS dan inflasi pekan ini untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut terkait kebijakan moneter The Fed.

    Logam Mulia Lainnya Ikut Terseret

    Tak hanya emas, logam mulia lainnya juga tertekan. Harga perak spot turun 0,4 persen ke USD30,39 per ons, sementara platinum melemah 0,5 persen menjadi USD931,17 per ons. Di sisi lain, palladium mengalami penurunan paling tajam, anjlok 1,2 persen ke level USD935,19 per ons.

    Tekanan di pasar logam mulia diperkirakan masih berlanjut hingga The Fed memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai arah kebijakan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.

    Sempat Menguat

    Pada perdagangan kemarin, harga emas spot menguat karena didorong oleh kekhawatiran geopolitik yang masih berlanjut dan pelemahan dolar AS. Sementara itu, pasar menantikan pertemuan kebijakan Federal Reserve (The Fed), yang diperkirakan akan mengumumkan pemangkasan suku bunga ketiga dan memberikan petunjuk terkait proyeksi ekonomi untuk tahun 2025.

    Seperti dikutip dari Reuters, harga emas spottercatat naik 0,2 persen menjadi USD2.654,27 per ons. Sementara itu, futures atau kontrak berjangka emas AS ditutup sedikit lebih rendah, dengan penurunan 0,2 persen menjadi USD2.670.

    Menurut Nitesh Shah, strategi komoditas di WisdomTree, “Keberlanjutan risiko geopolitik memberikan kontribusi besar terhadap kekuatan harga emas.”

    Selain itu, Shah menambahkan bahwa China, sebagai konsumen emas terbesar di dunia, telah melanjutkan pembelian emas. “China kemungkinan akan meningkatkan stimulus kebijakan untuk mendongkrak perekonomian, yang pada gilirannya akan memberikan dukungan lebih lanjut terhadap harga emas,” ujar Shah.

    Di sisi geopolitik, ketegangan meningkat setelah Israel pada Minggu, 15 Desember 2024, menyetujui rencana untuk menggandakan populasi pemukim di Dataran Tinggi Golan, dengan alasan ancaman dari Suriah, meskipun para pemimpin pemberontak yang menggulingkan Presiden Bashar al-Assad seminggu sebelumnya menunjukkan sikap moderat.

    Emas dikenal sebagai investasi yang aman (safe haven) di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Selain itu, suku bunga yang rendah juga menjadikan logam mulia ini semakin menarik, karena emas tidak memberikan imbal hasil seperti instrumen keuangan lainnya.

    The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar seperempat poin pada pertemuan dua hari yang dimulai pada hari Selasa ini, sembari memberikan pembaruan terkait proyeksi ekonomi untuk tahun 2025 dan seterusnya.

    Rhona O’Connell, analis dari StoneX, mengatakan, “Latar belakang ekonomi dan politik saat ini umumnya mendukung harga emas, namun The Fed mungkin membatasi potensi kenaikan harga jika mereka mengindikasikan adanya jeda panjang dalam pemangkasan suku bunga setelah bulan Desember.”

    Indeks dolar AS turun 0,1 persen, mundur dari level tertinggi dalam hampir tiga minggu yang tercatat pada Jumat, 13 Desember 2024. Hal ini membuat harga emas yang dihargai dalam dolar lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

    Citi memproyeksikan permintaan untuk emas dan perak yang kuat hingga suku bunga AS stabil. Mereka memperkirakan puncak permintaan untuk kedua logam mulia ini akan terjadi antara akhir 2025 hingga awal 2026.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).