Logo
>

Harga Emas Dunia Tertekan di Tengah Penguatan Dolar

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Emas Dunia Tertekan di Tengah Penguatan Dolar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas dunia melemah dari posisi tertingginya dalam tiga minggu terakhir pada Jumat, 3 Desember 2024 atau Sabtu dini hari WIB karena tertekan oleh penguatan dolar AS. Pasar bersiap menghadapi potensi perubahan ekonomi dan perdagangan di bawah presiden terpilih Donald Trump.

    Dilansir dari Consumer News and Business Channel International di Jakarta, Sabtu, harga emas spot turun 0,7 persen menjadi USD2.637,78 per ons (sekitar Rp42 juta per ons dengan kurs Rp16.000). Padahal, sebelumnya harga sempat mencapai level tertinggi sejak 13 Desember.

    Meski demikian, logam mulia ini tetap mencatat kenaikan sekitar 1 persen dalam sepekan terakhir. Sementara itu, kontrak emas berjangka AS turun 0,7 persen ke level USD2.651,10 per ons (sekitar Rp42,41 juta per ons).

    Menurut ahli strategi komoditas di WisdomTree, Nitesh Shah, agenda Trump yang mendukung kenaikan tarif impor mendorong penguatan dolar, sekaligus memberikan tekanan besar pada pasar logam. “Ketika perdagangan global melambat, biasanya ekonomi ikut melemah, yang kemudian menekan permintaan logam,” katanya.

    Indeks dolar menunjukkan performa mingguan terkuat sejak pertengahan November 2024. Hal ini yang membuat emas semakin mahal bagi pembeli internasional. Namun Shah menambahkan, meskipun dolar menguat, utang AS dan negara lain kemungkinan terus naik, sementara isu geopolitik tidak akan mereda dalam waktu dekat. Jadi, harga emas masih punya potensi bertahan.

    Trump dijadwalkan dilantik pada 20 Januari 2025. Rencana kebijakan proteksionisnya diperkirakan memicu inflasi yang bisa memperlambat penurunan suku bunga oleh Federal Reserve. Setelah menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2024, The Fed memperkirakan hanya akan ada dua penurunan lagi pada 2025 akibat tekanan inflasi yang bertahan.

    Sebagai aset yang bersinar di tengah suku bunga rendah, emas saat ini mendapat dorongan dari permintaan musiman. “Januari secara konsisten mencatat kenaikan harga terbaik selama 20 tahun terakhir, karena investor dan pengelola aset biasanya membuka posisi baru, ditambah pembelian perhiasan untuk musim perayaan,” kata analis independen, Ross Norman,

    Tidak hanya emas, logam mulia lainnya juga mencatat kenaikan. Harga perak spot naik tipis 0,2 persen ke USD29,619 per ons (sekitar Rp474 ribu), platinum menguat 1,7 persen menjadi USD938,25 (sekitar Rp15 juta), dan palladium bertambah 1,3 persen ke USD923 per ons (sekitar Rp14,76 juta).

    Melesat di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

    [caption id="attachment_87497" align="alignnone" width="2188"] ANTAM - PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Aneka Tambang (Antam) menandatangani kerja sama dalam hal jual beli logam mulia emas. (Foto: Abbas Sandji/Kabar Bursa)[/caption]

    Harga emas dunia sebelumnya mencatat kenaikan tajam pada Kamis, 2 Januari 2024, hingga menembus level tertinggi dalam lebih dari dua minggu. Lonjakan ini dipicu oleh aksi beli aset safe-haven di tengah bayang-bayang ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Pasar mulai berspekulasi mengenai arah kebijakan suku bunga Federal Reserve serta dampak tarif perdagangan yang direncanakan presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump.

    Mengutip Reuters, harga emas spot naik 1,2 persen menjadi USD2.654,24 per ons (sekitar Rp42,46 juta dengan kurs Rp16.000). Ini merupakan level tertinggi sejak 16 Desember. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup naik 1,1 persen di angka USD2.669 per ons (sekitar Rp42,7 juta).

    Menurut Rhona O’Connell, analis dari StoneX, tidak ada berita besar yang menjadi pemicu utama pergerakan ini. Namun, kombinasi ketegangan geopolitik dan ketidakpastian finansial menjelang pelantikan Trump menjadi faktor pendukung kenaikan harga emas. “Ketegangan internasional serta potensi risiko ekonomi menjadi elemen kunci,” katanya.

    Emas masih menjadi primadona bagi investor yang mencari perlindungan dari risiko ekonomi dan politik global. Logam mulia ini dikenal tangguh dalam lingkungan suku bunga rendah serta berperan sebagai safe-haven di tengah ketidakpastian. Baru-baru ini, konflik internasional kembali menjadi pendorong kenaikan harga emas.

    Pada Rabu pagi, Rusia melancarkan serangan drone ke Kyiv yang merusak dua distrik. Sementara itu, militer Israel menggempur wilayah pinggiran Kota Gaza. Ketegangan geopolitik semacam ini mendorong arus dana masuk ke aset-aset aman seperti emas.

    Selain faktor geopolitik, investor juga mencermati data ekonomi yang akan dirilis pekan depan, seperti data lowongan kerja AS, laporan ketenagakerjaan ADP, risalah rapat FOMC Desember, dan laporan ketenagakerjaan AS secara keseluruhan. Semua data ini diharapkan dapat memberikan petunjuk tentang arah kebijakan suku bunga Federal Reserve di tahun 2025.

    Sepanjang tahun 2024, harga emas dunia melesat lebih dari 27 persen, menjadi kenaikan tahunan tertinggi sejak 2010. Lonjakan ini didorong oleh pemotongan suku bunga, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, dan meningkatnya ketegangan global.

    Analis Forex.com, Fawad Razaqzada, memprediksi koreksi di awal tahun 2025 justru bisa menjadi pijakan bagi reli baru. “Harga emas mencapai USD3.000 (sekitar Rp48 juta) per ons sangat mungkin terjadi,” katanya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).