KABARBURSA.COM — Harga emas dunia tergelincir nyaris 1 persen pada Rabu, 4 Juni 2025, usai sempat menyentuh level tertinggi dalam empat pekan terakhir. Penyebabnya bukan cuma soal teknikal, tapi juga penguatan dolar AS dan kecemasan pasar menanti kabar apakah Presiden Donald Trump benar-benar akan menghubungi Presiden Tiongkok Xi Jinping minggu ini.
Berdasarkan data pasar spot yang dikutip dari Reuters, harga emas turun 0,9 persen ke level USD3.352,30 per ons (sekitar Rp55,3 juta, kurs Rp16.500). Padahal beberapa jam sebelumnya, logam mulia itu sempat menyentuh titik tertingginya sejak 8 Mei lalu. Sementara itu, kontrak emas berjangka AS ditutup melemah 0,6 persen ke USD3.377,10 per ons.
Penguatan dolar jadi salah satu biang. Indeks dolar (.DXY) naik 0,5 persen dari posisi terendah dalam lebih dari sebulan, membuat harga emas dalam denominasi dolar jadi lebih mahal bagi pembeli dari luar AS.
“Kita masuk ke periode musiman yang dikenal sebagai ‘summer doldrums’, jadi pasar emas bisa saja bergerak datar atau lesu sementara,” kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.
Pasar juga tegang menanti apakah percakapan antara Trump dan Xi jadi digelar. Ketegangan dagang antara dua ekonomi raksasa dunia itu kembali meningkat setelah Trump menuduh Tiongkok melanggar kesepakatan soal pengurangan tarif.
Komisi Eropa secara terpisah menyatakan akan terus mendesak AS untuk menurunkan tarif, walaupun Trump sempat mengusulkan untuk menggandakan bea masuk baja dan aluminium. Di saat bersamaan, AS meminta para mitra dagangnya menyerahkan penawaran baru paling lambat Rabu, demi mempercepat negosiasi.
Investor juga menanti rilis data ketenagakerjaan AS hari Jumat nanti, serta pernyataan sejumlah pejabat The Fed sebagai petunjuk arah suku bunga ke depan. Data pada Selasa menunjukkan lowongan kerja di AS naik pada April, tapi angka PHK juga meningkat—mengindikasikan pasar tenaga kerja mulai melambat di tengah kekhawatiran soal tarif.
The Fed bisa Pangkas Suku Bunga
David Meger memperkirakan Federal Reserve sudah siap menurunkan suku bunga lagi, meskipun kemungkinan baru dilakukan pada September. Hal ini, menurut dia, bisa memberi tekanan tambahan pada dolar dan justru mendukung harga emas.
Sebagai aset lindung nilai (safe haven), emas memang cenderung bersinar saat ketidakpastian meningkat dan suku bunga rendah. Sepanjang tahun ini saja, harga emas sudah naik sekitar 28 persen.
Harga perak juga ikut turun 0,8 persen ke level USD34,51 per ons, meskipun masih bertahan di dekat puncak tujuh bulan terakhir. Analis Saxo Bank, Ole Hansen, menyebut bahwa kekuatan harga tembaga—yang dipicu oleh permintaan Tiongkok, pasokan global yang ketat, dan tren energi hijau—masih bisa menopang reli harga perak.
Sementara itu, platinum naik 0,9 persen ke USD1.073,14 per ons, dan paladium melonjak 2,1 persen ke USD1.009,83 per ons.(*)