Logo
>

Harga Emas Merosot, Investor Pilih Ambil Untung usai Rekor Tertinggi

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Emas Merosot, Investor Pilih Ambil Untung usai Rekor Tertinggi
Pameran Perhiasan Emas "Semar Nusantara" di Mal Kota Casablanca (Kocas), Rabu (30/10/2024).Pameran yang jadi perhatian pengunjung wanita berlansung hingga Minggu. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas jatuh ke level terendah dalam lebih dari seminggu pada Selasa waktu Amerika atau Rabu, 26 Februari 2025, dini hari WIB, setelah aksi ambil untung massal dari investor usai lonjakan harga ke rekor tertinggi di sesi sebelumnya. Ketidakpastian akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump terus menjadi faktor utama yang membayangi pasar logam mulia.

    Dilansir dari Reuters di Jakarta, Rabu, harga emas spot turun 1,8 persen ke USD2.998,18 (Rp48,83 juta) per ons. Emas spot sempat menyentuh titik terendah sejak 17 Februari. Sementara itu, harga emas berjangka AS turun 1,8 persen ke USD2.909,30 (Rp47,44 juta) per ons.

    Menurut analis senior di RJO Futures, Bob Haberkorn, aksi jual ini didorong oleh investor yang memilih mengamankan keuntungan dan menunggu kesempatan untuk masuk kembali saat harga lebih rendah. “Ini murni aksi profit-taking dan strategi tunggu-momen yang lebih baik,” katanya.

    Tahun ini, emas telah mencetak sebelas rekor tertinggi, bahkan sempat menembus level psikologis USD2.950 (Rp48,08 juta) per ons. Namun, tekanan jual mulai muncul setelah Trump menegaskan pada Senin lalu bahwa tarif impor dari Kanada dan Meksiko tetap berjalan sesuai jadwal.

    Analis senior dari Zaner Metals, Peter Grant, meyakini volatilitas masih akan berlanjut karena ketidakpastian global. “Kebijakan tarif dan perdagangan masih penuh tanda tanya sehingga setiap penurunan harga emas bakal jadi peluang beli bagi banyak investor,” katanya.

    Sementara itu, data CFTC menunjukkan spekulan emas memangkas posisi beli bersih mereka sebesar 13.605 kontrak, menjadi 201.962 kontrak pada pekan yang berakhir 18 Februari. Namun, kepemilikan emas oleh SPDR Gold Trust justru meningkat ke 904,38 metrik ton, level tertinggi sejak Agustus 2023.

    Fokus Beralih ke Inflasi AS

    Ketua The Fed Jerome Powell. Foto: The Wall Street Journal.
    Para pelaku pasar kini menunggu laporan Personal Consumption Expenditures (PCE) yang akan dirilis Jumat pekan ini. PCE merupakan indikator inflasi favorit The Fed. Jika data menunjukkan tekanan inflasi yang lebih kuat dari ekspektasi, maka bank sentral AS mungkin terpaksa menunda pemangkasan suku bunga yang bisa melemahkan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.

    Di luar emas, harga logam lainnya ikut merosot:

    1. Perak turun 2,9 persen ke USD31,41 (Rp512.88 ribu) per ons
    2. Platinum melemah 1 persen ke USD957,25 (Rp15,61 juta) per ons
    3. Palladium jatuh 1,5 persen ke USD926,21 (Rp15,09 juta) per ons

    Ketidakpastian masih menjadi tema utama pasar. Dalam kondisi seperti ini, emas akan tetap menjadi magnet bagi investor yang mencari perlindungan dari gejolak ekonomi global.

    Sempat Menguat Tipis

    Sehari sebelumnya, harga emas sempat melonjak ke rekor tertinggi karena didorong  permintaan aset safe-haven di tengah kekhawatiran atas rencana tarif Donald Trump. Harga emas spot naik 0,4 persen menjadi USD2.947,48 per ons. Sebelumnya dalam sesi perdagangan, emas sempat mencapai USD 2.956,15 — rekor tertinggi kesebelas pada 2025. Kontrak berjangka emas AS ditutup 0,3 persen lebih tinggi di USD 2.963,20.

    “Investor percaya bahwa dalam beberapa minggu dan bulan mendatang, atau bahkan lebih lama dari itu, harga emas akan terus meningkat. Tren utama emas masih bergerak sideways hingga lebih tinggi, dan selama ketidakpastian terus berlanjut, harga emas kemungkinan akan terus naik,” kata analis pasar senior di Kitco Metals, Jim Wyckoff.

    Pekan lalu, Donald Trump memperingatkan tarif baru yang akan segera diterapkan. Rencana ini secara luas dipandang sebagai faktor inflasi yang dapat memicu perang dagang sehingga meningkatkan permintaan terhadap aset safe-haven. SPDR Gold Trust, ETF berbasis emas terbesar di dunia, melaporkan bahwa kepemilikannya naik menjadi 904,38 metrik ton pada Jumat lalu—level tertinggi sejak Agustus 2023.

    Harga emas yang bertahan di atas USD 2.950 per ons menarik perhatian investor terhadap level psikologis USD3.000 dengan logam mulia ini telah naik lebih dari 12 persen sepanjang tahun 2025.

    Kini, investor bersiap mengamati laporan Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS pada Jumat pekan ini. Mayoritas ekonom dalam survei Reuters memperkirakan The Fed akan menunggu hingga kuartal berikutnya sebelum kembali memangkas suku bunga, berbeda dari perkiraan sebelumnya yang mengantisipasi pemotongan pada Maret.

    Selain itu, pasar juga akan mencermati pidato dari setidaknya sembilan pejabat bank sentral AS minggu ini. Mereka diperkirakan akan menegaskan sikap hati-hati terhadap pemangkasan suku bunga lebih lanjut.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).