KABARBURSA.COM – Harga emas global menunjukkan tren menguat. Per 1 Agustus 2025, harga spot emas dunia tercatat di level USD3.386 per troy ounce, setara sekitar Rp1.780.000 per gram berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia yang berada di kisaran Rp16.333 per dolar AS.
Sementara harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dipasarkan di level Rp1.948.000 per gram, menciptakan selisih harga sekitar 9–10 persen dibanding pasar global.
Beberapa analis menyoroti penguatan harga emas merupakan respons terhadap peningkatan permintaan aset safe heaven. Mengutip Barron’s, analis Kevin Dermott menyebut, lonjakan 1,6 persen harga emas mencerminkan pelemahan data tenaga kerja Amerika Serikat (AS).
Menurutnya, pelemahan ini juga terjadi karena kecemasan pasar terhadap kebijakan tarif baru yang dilontarkan oleh Presiden Donald Trump. Kombinasi sentimen ini mendorong investor beralih ke emas sebagai lindung nilai.
Senada dengan pernyataan Kevin, analis dari BlackRock, Wei Li, seperti dilansir dari Business Insider memprakirakan harga emas bakal kompetitif dibandingkan obligasi pemerintah jangka panjang. Menurutnya, di tengah kondisi pasar yang bergejolak dan tingkat utang yang tinggi, emas menawarkan ketahanan nilai yang lebih baik dalam menghadapi risiko sistemik.
Namun, tak semua pihak mengambil posisi optimistis. Melansir dari Reuters, Citigroup memperkirakan harga emas berpotensi terkoreksi hingga di bawah USD3.000 per ounce setelah kuartal ketiga 2025.
Proyeksi tersebut didasarkan pada potensi pemulihan permintaan global serta optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka menengah, Citigroup mematok kisaran harga antara USD2.500 hingga USD3.000 per ounce.
Sementara itu, berdasarkan laporan dari London Bullion Market Association (LBMA) yang melibatkan 29 analis juga menunjukkan ekspektasi harga emas rata-rata sepanjang tahun ini di kisaran USD2.735 per ounce.
Angka tersebut secara signifikan lebih rendah dari harga pasar saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar analis tetap bersikap hati-hati terhadap kelanjutan tren kenaikan harga emas.
Sementara itu, World Gold Council menilai bahwa masa depan emas sangat bergantung pada kombinasi faktor seperti arah kebijakan suku bunga The Fed, inflasi, konflik geopolitik, serta tren pembelian emas oleh bank sentral global.
Bagi investor dalam negeri, kondisi ini menuntut kehati-hatian. Dengan harga emas Antam yang saat ini berada di atas harga spot global, pelaku pasar disarankan memantau fluktuasi nilai tukar rupiah serta perkembangan inflasi dan suku bunga global sebagai pertimbangan utama dalam strategi beli atau jual.(*)