Logo
>

Harga Emas Turun usai Rilis Data Ketenagakerjaan AS

Harga emas melemah 1,1% setelah data ketenagakerjaan AS melampaui ekspektasi. Investor mulai ragu The Fed akan segera memangkas suku bunga.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Emas Turun usai Rilis Data Ketenagakerjaan AS
Laporan tenaga kerja AS menekan harga emas. Sementara itu, perak sempat tembus rekor 13 tahun sebelum terkoreksi. The Fed diprediksi menunda pemangkasan suku bunga. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Harga emas dunia melemah lebih dari 1 persen pada perdagangan Sabtu, 7 Juni 2025, dini hari setelah laporan ketenagakerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan menekan harapan pelonggaran suku bunga oleh The Federal Reserve dalam waktu dekat. Di sisi lain, harga perak justru menembus level tertinggi dalam lebih dari satu dekade.

    Dilansir dari Reuters di Jakarta, Sabtu, harga spot emas turun 1,1 persen ke posisi USD3.316,13 per troy ounce pada pukul 14.28 waktu New York, meski secara mingguan masih naik 0,8 persen. Kontrak berjangka emas AS ditutup melemah 0,8 persen di level USD3.346,60.

    Penurunan ini dipicu data non-farm payroll AS yang menunjukkan penambahan 139.000 pekerjaan pada Mei, di atas proyeksi konsensus sebesar 130.000. Tingkat pengangguran stabil di 4,2 persen, sesuai ekspektasi.

    Analis Marex, Edward Meir, mengatakan bahwa angka ketenagakerjaan yang solid ini menjadi sinyal bahwa The Fed kemungkinan akan menahan suku bunga hingga September, dan hanya akan menurunkan suku bunga satu kali lagi sebelum akhir tahun.

    Hal ini tercermin dalam pasar futures suku bunga jangka pendek, di mana para pelaku pasar mulai mengurangi ekspektasi terhadap skenario tiga kali pemangkasan. “Data ini negatif bagi emas karena mengindikasikan The Fed masih akan wait and see,” ujar Meir.

    Sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian global, emas biasanya menguat saat suku bunga rendah. Namun ketika suku bunga naik atau bertahan tinggi, daya tarik emas cenderung menurun karena tidak memberikan imbal hasil.

    Dari sisi kebijakan dagang, pasar juga belum mendapat kejelasan pasca percakapan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang berlangsung pada Kamis lalu. Meir menambahkan, “Negosiasi seperti ini tidak akan selesai hanya lewat telepon. Tapi jika ada tajuk negatif soal tarif, itu bisa jadi sentimen positif buat emas.”

    Sementara itu, harga perak spot sempat melonjak ke level tertinggi dalam 13 tahun terakhir sebelum ditutup melemah 0,5 persen ke USD35,96 per ounce. Analis UBS, Giovanni Staunovo, menilai reli perak didorong oleh aliran dana spekulatif yang melihat perak masih undervalued dibanding emas.

    “Penembusan di atas level USD35 memperkuat reli yang sedang berlangsung,” katanya.

    Platinum juga naik 2,5 persen ke USD1.158,20, level tertinggi sejak Maret 2022. Palladium menguat 3,9 persen ke USD1.045,45. Kedua logam ini diperkirakan mencatatkan penguatan mingguan seiring meningkatnya permintaan industri.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).