KABARBURSA.COM – Harga minyak dunia menguat tipis pada perdagangan Jumat, 27 Juni 2025, dini hari WIB, seiring turunnya stok minyak mentah Amerika Serikat akibat peningkatan permintaan selama musim berkendara musim panas. Namun, pelemahan risiko geopolitik dari kawasan Timur Tengah (Timteng) turut menahan laju kenaikan harga.
Dilansir dari Reuters di Jakarta, Jumat, kontrak berjangka Brent tercatat naik 5 sen atau 0,07 persen ke level USD67,73 per barel. Sementara harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 32 sen atau 0,49 persen ke posisi USD65,24 per barel.
Kedua acuan harga tersebut telah mencatat kenaikan nyaris 1 persen pada sehari sebelumnya, setelah sempat tertekan awal pekan karena kekhawatiran permintaan yang melandai. Harga Brent sendiri masih lebih rendah dari posisi USD69,36 pada 12 Juni, sehari sebelum Israel melancarkan serangan udara ke Iran.
Analis ANZ mencatat bahwa musim mengemudi di Amerika Serikat semula berjalan lambat, namun kini mulai mendorong lonjakan konsumsi bahan bakar. Hal itu turut memperketat pasokan minyak mentah. “Pasar mulai menyadari bahwa persediaan minyak mentah tiba-tiba menjadi sangat ketat,” kata analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn.
Laporan dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu menunjukkan persediaan minyak dan bahan bakar turun pada pekan yang berakhir 20 Juni. Penurunan ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya aktivitas penyulingan dan konsumsi domestik.
Stok minyak mentah AS dilaporkan menyusut 5,8 juta barel. Angka ini jauh melampaui ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 797 ribu barel.
Kenaikan harga minyak juga didorong oleh pelemahan indeks dolar AS ke posisi terendah dalam tiga tahun terakhir. Laporan mengenai rencana Presiden Donald Trump menunjuk ketua baru Federal Reserve lebih awal dari jadwal memicu spekulasi bahwa pemangkasan suku bunga akan segera terjadi.
Dolar yang lebih lemah membuat harga minyak dalam mata uang dolar menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain, sehingga memperbesar permintaan.
Meski begitu, sebagian kenaikan harga tertahan oleh tanda-tanda berkurangnya ketegangan di Timur Tengah. Menjelang penutupan pasar minyak Kamis sore, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa hasil perang negaranya dengan Iran menciptakan peluang damai yang tidak boleh disia-siakan.
Trump menyambut baik cepatnya akhir konflik Iran–Israel dan mengatakan bahwa Washington kemungkinan akan meminta komitmen Teheran untuk menghentikan ambisi nuklirnya dalam pertemuan resmi pekan depan.
Presiden Amerika Serikat itu juga menegaskan bahwa tekanan maksimum terhadap Iran masih berlaku, termasuk pembatasan penjualan minyak. Namun, ia mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran penegakan sanksi demi membantu pemulihan ekonomi Iran.
“Dorongan cepat menuju gencatan senjata menunjukkan bahwa Presiden Trump tetap sensitif terhadap harga minyak yang tinggi. Ini bisa membatasi premi risiko geopolitik, meskipun konflik mungkin masih terus berlanjut,” demikian tertulis dalam riset Citi.(*)