KABARBURSA.COM - Masih segar di ingatan saat PT Petrosea Tbk (PTRO) melaju kencang seperti motor matic baru lepas dari dealer. Namun, menjelang ex date yang jatuh pada 30 April 2025 besok, harga saham ini malah seperti kehilangan tenaga sebelum finish. Pada perdagangan hari ini, tepat hari tanggal cum date, PTRO tercatat melemah ke level Rp2.760—turun dari puncaknya di Rp2.900 hanya dalam dua hari.
Koreksi ini tentu bikin sebagian investor bertanya-tanya, “Baru juga naik, kok sekarang udah ngerem?” Padahal, secara teori, pergerakan semacam ini justru bisa dibilang wajar—terutama menjelang momen ex date dividen. Tapi apakah hanya soal itu saja? Atau ada tekanan lain yang juga ikut bermain?
Secara nominal, penurunan saham PTRO ini sebesar Rp140 atau sekitar 4,83 persen—angka yang cukup terasa mengingat sentimen pasar belum sepenuhnya negatif.
Namun, kalau ditarik garis dari sisi teoritis, koreksi ini sebenarnya masih tergolong wajar. PTRO diketahui akan membagikan dividen tunai sebesar Rp16,71 per saham, sebagaimana diputuskan dalam RUPS Tahunan dan Luar Biasa yang digelar pada 21 April 2025 lalu. Jika merujuk pada konsep dasar dividend adjustment, maka harga saham setelah ex date umumnya akan turun sebanding dengan nilai dividen yang dibagikan.
Artinya, secara matematis, kalau harga saham sebelum cum date berada di Rp2.900, maka koreksi sebesar Rp16–20 merupakan hal yang lumrah. Tapi kenyataannya, harga justru turun Rp140—sekitar 8 kali lipat dari nilai dividennya.
Nah, di sinilah menariknya. Penurunan ini bukan cuma disebabkan oleh faktor dividen semata. Ada kemungkinan besar bahwa koreksi yang terjadi juga merupakan bagian dari aksi ambil untung alias profit taking, setelah saham PTRO mencatatkan lonjakan hampir 20 persen dalam satu pekan terakhir.
Koreksi Dividen atau Profit Taking?
Secara teori, harga saham yang sedang dalam masa pembagian dividen memang cenderung mengalami koreksi. Hal ini disebut sebagai dividend adjustment—kondisi di mana harga saham akan turun sebesar nilai dividen yang dibagikan, karena setelah ex date, investor baru tidak lagi berhak atas dividen tersebut.
Contohnya begini, kalau harga saham PTRO (Petrosea) sebelum ex date ada di level Rp2.900, lalu dividen yang dibagikan adalah Rp16,71 per saham, maka penurunan ke kisaran Rp2.880 adalah sesuatu yang logis dan bisa diterima pasar. Tapi ketika harga justru turun sampai Rp2.760, jelas ada faktor lain yang ikut bermain.
Salah satu yang paling masuk akal adalah aksi ambil untung atau profit taking dari investor yang sudah masuk lebih awal. Mengingat PTRO sempat melesat hampir 20 persen hanya dalam sepekan, tidak sedikit pelaku pasar yang mungkin merasa saatnya “mengunci cuan”. Apalagi, secara valuasi, saham PTRO memang sudah tergolong mahal.
Ditambah lagi, hari ini merupakan cum date—batas terakhir pembelian saham untuk berhak atas dividen. Besar kemungkinan, banyak investor sudah menjual sahamnya sebelum pasar memasuki masa ex date besok dengan tujuan mengamankan capital gain dan tidak menunggu potensi koreksi yang lebih dalam.
Koreksi yang lebih besar dari nilai dividen ini sebenarnya bukan hal aneh, terutama di saham-saham yang baru saja mengalami rally tajam. Pasar bekerja berdasarkan ekspektasi, dan ekspektasi itulah yang kerap dibayar lebih mahal daripada kenyataan.
Analisis Teknikal Saham PTRO dan Outlook 2025
Dari sisi teknikal, pergerakan harga saham PTRO (Petrosea) per 29 April 2025 menunjukkan adanya sinyal awal konsolidasi pasca reli tajam. Harga dibuka cukup tinggi di Rp2.940, namun tekanan jual yang dominan membuat harga ditutup lebih rendah di Rp2.760—terkoreksi 4,83 persen dalam sehari dengan volume hampir menyentuh 100 juta lembar.
Berdasarkan indikator teknikal dari data Investing, kondisi saat ini tergolong berimbang, dengan 4 sinyal beli, 4 jual, dan 2 netral. RSI di angka 59,375 masih berada dalam zona normal, belum masuk area overbought maupun oversold. Indikator MACD menunjukkan kecenderungan beli, namun ada sinyal waspada dari Stochastic Oscillator dan Williams %R yang mengindikasikan tekanan jual jangka pendek.
Rata-rata pergerakan (moving average) juga menunjukkan sinyal campuran. MA20, MA50, MA100, hingga MA200 masih menunjukkan tren beli. Ini menandakan tren jangka menengah masih cukup kuat. Namun, MA5 dan MA10 yang mulai menurun bisa menjadi pertanda bahwa harga perlu waktu untuk menguji ulang level support baru.
Di sisi pola candlestick, formasi Menelan Bearish (Bearish Engulfing) di chart harian pada 24 dan 28 April memperkuat sinyal koreksi teknikal. Meski ada pola Harami Bullish di timeframe yang lebih kecil, tapi secara umum tekanan koreksi jangka pendek lebih dominan.
Dengan mempertimbangkan seluruh indikator tersebut, kemungkinan besar saham PTRO (Petrosea) akan masuk ke fase konsolidasi di area Rp2.700–Rp2.800 dalam waktu dekat, sambil menunggu katalis baru dari sektor atau laporan keuangan kuartal selanjutnya. Selama harga tidak menembus ke bawah support kuat Rp2.700, tren jangka menengah masih bisa dikatakan aman.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.