Logo
>

Harga Wajar Saham ANTM, ini Analisis Kinerja dan Risikonya

Segmen penjualan emas ANTM menjadi mesin utama pertumbuhan, membukukan pendapatan sebesar Rp57,56 triliun

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Wajar Saham ANTM, ini Analisis Kinerja dan Risikonya
Ilustrasi. (Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) kembali menarik perhatian investor setelah mencatatkan kinerja keuangan solid sepanjang tahun 2024.
    Dalam laporan terbaru, Selasa, 29 April 2025, ANTM membukukan pendapatan bersih sebesar Rp69,19 triliun, tumbuh 68,57 persen secara tahunan, jauh melampaui realisasi tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh lonjakan harga emas dan peningkatan permintaan domestik di tengah situasi geopolitik global.

    Segmen penjualan emas ANTM menjadi mesin utama pertumbuhan, membukukan pendapatan sebesar Rp57,56 triliun—melonjak lebih dari 120 persen dibanding 2023. Bahkan, volume penjualan emas ANTM mencapai 43,78 ton, melampaui target manajemen sebesar 37,35 ton. Kenaikan harga emas ke level Rp1,52 juta per gram juga turut mendorong lonjakan pendapatan, di saat permintaan logam mulia dari dalam negeri terus meningkat. Capaian ini menjadikan ANTM sebagai salah satu emiten emas paling kompetitif di bursa saat ini.

    Sementara itu, kinerja segmen nikel ANTM menurun akibat keterlambatan persetujuan RKAB 2024. Pendapatan nikel ore tercatat sebesar Rp5,38 triliun atau turun 35,35 persen secara tahunan, sedangkan ferronickel turun 9,33 persen menjadi Rp4,13 triliun. Kondisi ini menyebabkan margin laba kotor ANTM menyusut menjadi 11,42 persen dan EBITDA margin turun ke level 6,57 persen. Meskipun demikian, laba bersih ANTM tetap tumbuh 25,2 persen YoY menjadi Rp3,85 triliun, menunjukkan daya tahan kinerja operasional di tengah tantangan produksi.

    ANTM kini memproyeksikan pemulihan produksi nikel secara agresif di 2025. Setelah mendapatkan persetujuan RKAB, perusahaan menargetkan volume produksi nikel mencapai 16,9 juta wmt—lebih dari dua kali lipat dibanding 8,35 juta wmt pada 2024. Rencana ini akan menjadi kunci ANTM dalam diversifikasi pendapatan, memperkuat kinerja keuangan, dan memulihkan kontribusi dari komoditas strategis lainnya.

    Dalam laporan valuasi berbasis Discounted Cash Flow (DCF), nilai wajar saham ANTM diperkirakan mencapai Rp2.400 per saham, mencerminkan estimasi price to earnings ratio (PER) 13,37x dan price to book value (PBV) 1,58x. Optimisme ini didorong oleh tren harga emas dunia, efisiensi biaya pada ferronickel, dan peningkatan produksi logam dasar. Kombinasi ini menjadikan ANTM sebagai salah satu saham tambang unggulan untuk investasi jangka menengah dan panjang.

    Meski demikian, investor tetap perlu mewaspadai risiko saham ANTM, seperti potensi kenaikan tarif royalti mineral, stagnasi tambang emas Pongkor akibat penipisan cadangan, serta pelemahan harga alumina di pasar global (LME).

    Secara keseluruhan, saham ANTM menghadirkan kombinasi menarik antara fundamental kuat, proyeksi pertumbuhan, dan daya saing tinggi di sektor emas dan nikel. Dengan dukungan sentimen positif dari kenaikan harga komoditas, peningkatan produksi, serta peran penting ANTM dalam ekosistem pertambangan Indonesia, saham ini layak masuk radar para investor yang mengincar potensi cuan jangka panjang di 2025.

    Pendapatan dan Laba Bersih Naik

    PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencetak pertumbuhan signifikan dalam laporan keuangan tahun buku 2024 (FY24), menunjukkan daya saing kuat di tengah dinamika harga komoditas. Berdasarkan data terbaru, pendapatan ANTM 2024 tercatat sebesar Rp69,19 triliun, melonjak 68,57 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp41,05 triliun. Kinerja impresif ini menjadikan ANTM sebagai salah satu emiten tambang dengan pertumbuhan pendapatan tertinggi di sektor logam mulia dan nikel.

    Katalis utama dari lonjakan pendapatan ini adalah segmen penjualan emas ANTM yang mencatat pertumbuhan luar biasa. Sepanjang tahun 2024, penjualan emas mencapai 43,78 ton (setara 1.407.431 troy ounces), melampaui proyeksi manajemen sebesar 37,35 ton. Secara nilai, pendapatan dari emas tumbuh lebih dari 120 persen, mencapai Rp57,56 triliun. Peningkatan ini didorong oleh lonjakan permintaan emas domestik dan kenaikan harga emas yang menyentuh Rp1,52 juta per gram pada akhir Desember 2024.

    Meski demikian, dari sisi profitabilitas, laporan keuangan ANTM 2024 mencatat tantangan dalam hal efisiensi. Gross profit margin (GPM) menurun menjadi 8,85 persen, lebih rendah dibanding 14,26 persen pada tahun sebelumnya. Sementara itu, EBITDA margin juga terkoreksi ke level 6,20 persen dari 9,08 persen. Penurunan margin ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi serta fluktuasi harga nikel dan ferronickel, yang merupakan salah satu penyumbang utama pendapatan ANTM di luar emas.

    Meskipun margin menyempit, laba bersih ANTM 2024 tetap tumbuh positif sebesar 25 persen secara tahunan, mencapai Rp3,85 triliun. Ini membuktikan bahwa perusahaan masih mampu menjaga arus kas dan laba bersih yang stabil meskipun menghadapi tantangan eksternal.

    Sebagai bagian dari strategi pemulihan, ANTM menargetkan peningkatan tajam dalam produksi bijih nikel pada 2025, menyusul persetujuan RKAB. Volume produksi ditargetkan mencapai 16,9 juta wet metric ton (wmt), meningkat lebih dari 100 persen dibandingkan 8,35 juta wmt di 2024. Rencana ini diproyeksikan memperkuat kontribusi segmen nikel dalam pendapatan perusahaan dan memperbaiki struktur margin yang sempat tertekan.

    Berdasarkan pendekatan valuasi DCF, harga wajar saham ANTM diproyeksikan di level Rp2.400 per saham, dengan estimasi PER 13,37x dan PBV 1,58x. Optimisme ini ditopang oleh kinerja penjualan emas yang kuat, efisiensi pada lini produksi ferronickel, serta rencana ekspansi kapasitas nikel yang agresif.

    Meski demikian, investor tetap perlu memperhatikan beberapa risiko, seperti potensi kenaikan tarif royalti mineral dan batu bara, stagnasi cadangan emas di Pongkor, dan penurunan harga alumina di pasar internasional (LME). Namun secara keseluruhan, fundamental saham ANTM tetap solid, dan laporan keuangan FY24 memperkuat posisi perusahaan sebagai pemimpin di sektor tambang logam Indonesia.

    Segmen Emas Jadi Penopang Utama

    Segmen emas kembali menjadi tulang punggung kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sepanjang tahun 2024. Berdasarkan laporan keuangan terkini, penjualan emas ANTM mencapai angka fantastis sebesar 43,78 ton atau setara 1.407.431 troy ounce. Capaian ini mencatatkan lonjakan signifikan dibandingkan volume penjualan tahun 2023 yang hanya sebesar 26,13 ton, mencerminkan pertumbuhan lebih dari 67 persen secara tahunan.

    Capaian penjualan emas ini bahkan melampaui target internal manajemen sebesar 17,22 persen, di mana proyeksi awal hanya menetapkan volume penjualan sebesar 37,35 ton untuk tahun 2024. Lonjakan ini terjadi di tengah meningkatnya permintaan emas Indonesia, khususnya di pasar domestik, yang mengalami eskalasi akibat ketegangan geopolitik global dan kondisi ekonomi makro yang tidak menentu. Emas kembali diminati sebagai aset lindung nilai (safe haven), baik oleh pelaku ritel maupun institusi.

    Selain faktor permintaan, kenaikan signifikan pada harga emas 2024 turut berperan besar dalam mendongkrak pendapatan ANTM. Hingga 25 Desember 2024, harga jual emas Antam telah mencapai Rp1,52 juta per gram, meningkat sekitar 25,46 persen dibandingkan posisi akhir 2023. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan harga emas dunia, yang dipicu oleh perlambatan ekonomi global, kebijakan suku bunga yang akomodatif di berbagai negara, dan ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah serta Eropa Timur.

    Manajemen ANTM merespons dinamika tersebut secara strategis dengan meningkatkan volume produksi dan memperkuat cadangan emas. Perusahaan juga telah menjalin kerja sama strategis untuk menyerap pasokan tambahan emas dari smelter Freeport Indonesia, dengan rencana pembelian rutin sebesar 30 ton per tahun mulai 2025. Langkah ini tidak hanya memperkuat pasokan bahan baku, tetapi juga menegaskan posisi ANTM sebagai pemimpin dalam industri logam mulia nasional.

    Dengan kontribusi pendapatan dari emas yang mencapai lebih dari Rp57,56 triliun sepanjang 2024—naik lebih dari 120 persen secara tahunan—segmen penjualan emas ANTM kini menyumbang lebih dari 83 persen terhadap total pendapatan perusahaan. Ini menegaskan bahwa emas telah menjadi motor utama pertumbuhan dan keberlanjutan laba ANTM di tengah tekanan pada komoditas lain seperti nikel dan ferronickel.

    Secara keseluruhan, kinerja cemerlang segmen emas memberikan landasan yang kuat bagi ANTM untuk melanjutkan ekspansi, mempertahankan pertumbuhan pendapatan, dan menjaga kepercayaan investor. Dengan proyeksi kenaikan harga emas global yang masih berlanjut pada 2025, prospek saham ANTM kian menarik, terutama bagi investor yang mencari eksposur pada logam mulia dalam negeri dengan fundamental kuat dan rekam jejak operasional yang konsisten.

    Valuasi Saham ANTM 2025

    Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) kembali menjadi pusat perhatian pelaku pasar dengan prospek cerah di tahun 2025. Berdasarkan analisis terbaru, valuasi saham ANTM menunjukkan potensi kenaikan yang menarik, seiring solidnya kinerja di segmen emas dan rencana ekspansi agresif di sektor nikel. Perhitungan berbasis metode Discounted Cash Flow (DCF) menempatkan harga wajar ANTM di kisaran Rp2.279,84 per saham, mencerminkan bahwa saham ini masih undervalued sekitar 6 persen dibandingkan harga pasar saat ini.

    Lebih optimistis lagi, sejumlah analis pasar modal menilai bahwa harga wajar saham ANTM dapat mencapai Rp2.400 per saham jika rencana ekspansi produksi nikel dan tren penguatan harga emas global terus berlanjut. Rasio valuasi seperti Price to Earnings Ratio (PER) diperkirakan berada di 13,37x, sementara Price to Book Value (PBV) tercatat di 1,58x, angka yang menunjukkan valuasi menarik untuk ukuran saham pertambangan dengan portofolio terdiversifikasi.

    Optimisme terhadap rekomendasi saham tambang 2025 untuk ANTM didukung oleh tiga faktor utama. Pertama, diversifikasi bisnis ANTM yang kuat antara emas, nikel, dan bauksit, membuat perusahaan lebih tahan terhadap volatilitas harga komoditas global. Kedua, tren kenaikan harga emas 2024 yang telah mendorong pendapatan ANTM melonjak 68 persen, diperkirakan akan berlanjut di 2025 seiring ketidakpastian geopolitik dan kebijakan suku bunga rendah di berbagai negara. Ketiga, langkah ANTM dalam meningkatkan efisiensi produksi dan memperkuat pasokan emas melalui kerja sama dengan Freeport, termasuk rencana pembelian tahunan sebesar 30 ton emas, menjadi katalis positif bagi margin keuntungan perusahaan.

    Dari sisi operasional, ANTM juga berupaya memperbaiki kontribusi segmen nikel, dengan target peningkatan produksi menjadi 16,9 juta wet metric ton (wmt) di tahun 2025, lebih dari dua kali lipat realisasi 2024. Jika target ini tercapai, pendapatan dari sektor nikel akan kembali menopang pertumbuhan laba perusahaan, sekaligus memperkuat strategi diversifikasi sumber pendapatan.

    Meski prospek saham ANTM tampak positif, investor tetap perlu mencermati beberapa risiko seperti potensi kenaikan tarif royalti pertambangan, risiko penurunan cadangan emas di tambang Pongkor, serta fluktuasi harga alumina di pasar global. Namun, secara keseluruhan, posisi fundamental, valuasi yang masih menarik, dan momentum penguatan harga emas memberikan alasan kuat untuk memasukkan ANTM dalam daftar saham tambang unggulan untuk tahun 2025.

    Dengan kombinasi faktor fundamental, peluang pertumbuhan, dan prospek harga emas yang cerah, saham ANTM menawarkan peluang menarik bagi investor yang mencari diversifikasi di sektor logam mulia dan mineral strategis Indonesia.

    Tantangan Royalti Tambang, Cadangan Emas, dan Fluktuasi Alumina

    Meskipun prospek PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di tahun 2025 terlihat menjanjikan, investor tetap perlu mencermati sejumlah faktor risiko yang bisa mempengaruhi kinerja keuangan dan pergerakan saham perusahaan ke depan. Memahami risiko saham ANTM secara mendalam menjadi penting, terutama bagi investor jangka panjang yang mempertimbangkan eksposur di sektor pertambangan.

    Salah satu risiko utama yang dihadapi ANTM adalah potensi tekanan dari kenaikan royalti tambang. Pemerintah Indonesia telah merevisi kebijakan royalti untuk sektor mineral, termasuk nikel, dengan menaikkan tarif dari 10 persen menjadi kisaran 14–19 persen, bergantung pada harga pasar internasional. 

    Kenaikan ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara, namun di sisi lain dapat menekan margin operasional perusahaan-perusahaan tambang seperti ANTM. Terlebih di tengah tren harga nikel global yang cenderung melemah, kebijakan royalti yang lebih tinggi berisiko menggerus profitabilitas ANTM, sekaligus berpotensi mengurangi daya saing industri pertambangan Indonesia di kancah global.

    Selain itu, investor juga perlu memperhatikan kondisi cadangan emas Indonesia, khususnya di Tambang Emas Pongkor yang selama ini menjadi andalan produksi emas ANTM. Data terakhir menunjukkan bahwa cadangan emas Pongkor menurun, dengan estimasi cadangan tersisa sekitar 185.000 ons dan total sumber daya sebesar 528.000 ons. 

    Penurunan ini memicu kekhawatiran mengenai keberlanjutan produksi emas ANTM dalam beberapa tahun ke depan. Menyadari risiko ini, manajemen ANTM tengah mengevaluasi rencana ekspansi cadangan melalui akuisisi tambang emas baru, baik di dalam negeri maupun melalui peluang investasi internasional, untuk memastikan pasokan emas tetap berkelanjutan.

    Tak kalah penting, fluktuasi harga alumina global juga menjadi perhatian. Alumina, bahan baku utama untuk produksi aluminium, mengalami volatilitas tinggi sepanjang 2024 hingga awal 2025. Harga alumina sempat mencapai puncak akibat gangguan pasokan global dan lonjakan aktivitas perdagangan di Shanghai Futures Exchange, sebelum akhirnya terkoreksi hingga 20,4 persen dalam beberapa bulan terakhir. Fluktuasi ini dapat berdampak pada segmen bauksit dan aluminium ANTM, mempengaruhi struktur biaya produksi dan potensi pendapatan dari lini usaha non-emas.

    Secara keseluruhan, meskipun fundamental saham ANTM tetap kuat dengan dukungan dari lonjakan penjualan emas dan rencana peningkatan produksi nikel, faktor-faktor eksternal seperti kenaikan royalti tambang, penurunan cadangan emas Pongkor, dan ketidakstabilan harga alumina perlu diwaspadai oleh investor. Risiko-risiko ini menuntut manajemen untuk terus mengoptimalkan efisiensi operasional, memperluas basis sumber daya, serta menjaga daya saing di tengah tekanan pasar global.

    Bagi investor, memahami dan mengantisipasi risiko saham ANTM ini menjadi kunci dalam menyusun strategi investasi yang lebih matang dan terukur untuk tahun 2025 dan seterusnya.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79