Logo
>

Hilirisasi Bikin Ekonomi 2 Provinsi Ini Melesat

Ditulis oleh KabarBursa.com
Hilirisasi Bikin Ekonomi 2 Provinsi Ini Melesat

KABARBURSA.COM - Hilirisasi mendorong ekonomi Provinsi Maluku Utara dan Sulawesi Tengah masing-masing tumbuh 20,49 persen dan 11,91 persen. Plt Kepala BPS Amalia Widyasanti mengatakan melonjaknya pertumbuhan ekonomi kedua wilayah tersebut tinggi berkat kebijakan hilirisasi yang dilaksanakan pemerintah. "Industrialisasi yang kita sebut program hilirisasi nikel di dua provinsi tersebut memberi dampak terhadap pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di Provinsi Maluku Utara dan Sulawesi Tengah," ujarnya dalam konferensi pers, Senin, 5 Februari 2024.

Menurut Amalia, kedua provinsi tersebut memang dikenal dengan industri pertambangan dan penggalian. Sehingga, hilirisasi yang dilaksanakan memberikan keuntungan besar.

"Industri yang memang cukup besar bahwa di kedua provinsi tersebut adalah berasal dari industri olahan barang tambang, terutama feronikel, di dua wilayah itu," jelasnya.

Selain itu, aktivitas konstruksi juga lagi gencar-gencarnya dilakukan, tercermin dari pertumbuhannya hampir 15,82 persen. Salah satunya karena pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

"Ini tentunya karena adanya aktivitas pembangunan di IKN dan kalau kita lihat dari sisi pengeluaran pertumbuhan PMTB di Kalimantan Timur juga tumbuh tinggi dan ini karena adanya pembanguan berbagai infrastruktur di IKN," pungkasnya.

Hilirisasi, Tepat?

Dilansir dari Harian Kompas, hilirisasi merupakan istilah atau program pemerintah yang paling banyak dibicarakan dalam debat calon presiden ataupun calon wakil presiden yang lalu. Terjadi pro-kontra yang tajam menyangkut program ini.

Yang dimaksud hilirisasi adalah pemurnian mineral untuk mendapatkan nilai tambah dari hasil tambang, khususnya nikel yang banyak ada di Sulawesi Tengah (Sulteng), Sulawesi Tenggara (Sultra), dan Maluku Utara.

Hilirisasi sangat penting tidak hanya untuk mendapatkan nilai tambah, tetapi juga untuk industrialisasi.

Pada awal 2000-an, dengan kebutuhan nikel yang besar di China dan harga yang menarik, mulailah tambang-tambang nikel yang tersebar di Sultra dan Sulteng mengekspor nikel dalam bentuk bijih nikel mentah tanpa nilai tambah. Karena tak diproses, bijih nikel mentah diekspor dengan pasirnya.

Ratusan kapal China setiap bulan berlabuh di pantai-pantai Sulteng dan Sultra untuk mengangkut nikel. Karena tidak terkontrol, lingkungan dan pantai penuh lubang hasil tambang. Pantai juga menjadi kuning karena tercemar sisa-sisa pertambangan nikel.

Berapa Uang Hasil Hilirisasi?

Menurut ulasan Harian Kompas, untuk mengetahui apakah hilirisasi atau industri berbasis sumber daya alam (SDA) tersebut berhasil atau tidak, dapat dilihat dari beberapa faktor.

Hal itu, antara lain, peningkatan pendapatan negara dan devisa, pertumbuhan ekonomi daerah, pendapatan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan, terbukanya lapangan kerja, dan transfer teknologi lingkungan hidup sejalan dengan environmental, social, and governance (ESG) yang dijalankan saat ini.

Menurut Presiden Jokowi, salah satu pencapaian luar biasa hilirisasi adalah pada 2022 ekspor nikel mencapai 33,8 juta dollar AS atau setara dengan Rp 519 triliun.

Dari ekspor nikel sebesar itu, pendapatan negara berupa royalti (penerimaan negara bukan pajak/PNBP)—yang menurut Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2022 tarifnya 2 persen dari harga, tetapi khusus nikel hanya 1,5 persen—sekitar Rp 8 triliun. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sangat kecil karena hampir semua pajak ekspornya 0 persen.

Pajak Penghasilan (PPh) badan smelter mendapatkan fasilitas tax holiday sampai 20 tahun. Dari angka tersebut, ternyata pendapatan negara dari hilirisasi nikel sangat kecil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

KabarBursa.com

Redaksi