Logo
>

Hipmi: Empat Langkah Strategis Atasi Deflasi Berkepanjangan

Ditulis oleh Yunila Wati
Hipmi: Empat Langkah Strategis Atasi Deflasi Berkepanjangan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekonomi Indonesia telah mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menilai bahwa deflasi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama mencerminkan adanya permasalahan mendasar dalam perekonomian nasional.

    Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Hipmi, Anggawira, menjelaskan bahwa deflasi merupakan indikasi menurunnya permintaan agregat dalam perekonomian, yang bisa berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

    Faktor-faktor penyebab deflasi ini termasuk ketidakpastian ekonomi global yang mengurangi ekspor dan investasi asing, serta penurunan konsumsi pada sektor makanan, minuman, dan rokok. Penurunan ini mungkin dipicu oleh kenaikan harga barang pokok atau penurunan pendapatan masyarakat.

    "Dalam situasi deflasi, meskipun inflasi yang terkendali adalah hal positif, inflasi yang terlalu rendah atau deflasi dapat menunjukkan lemahnya permintaan konsumen," ujar Anggawira di Jakarta pada Jumat, 2 Agustus 2024.

    Untuk mengatasi situasi ini, Hipmi mengusulkan beberapa langkah strategis:

    1. Stimulus Fiskal: Pemerintah disarankan untuk mempertimbangkan kebijakan stimulus fiskal guna mendorong konsumsi dan investasi. Program bantuan sosial atau pengurangan pajak dapat membantu meningkatkan daya beli masyarakat.
    2. Peningkatan Investasi: Mendorong investasi domestik dan asing melalui kebijakan yang ramah investasi, serta perbaikan infrastruktur dan regulasi yang dapat menarik lebih banyak investor.
    3. Penguatan Sektor Riil: Memberikan insentif atau subsidi untuk sektor-sektor seperti pertanian, manufaktur, dan pariwisata yang memiliki dampak pengganda tinggi. Diversifikasi produk ekspor dan membuka pasar baru juga dapat mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional yang mungkin sedang lesu.
    4. Reformasi Struktural: Melanjutkan reformasi birokrasi, penguatan sistem pendidikan dan pelatihan kerja, serta digitalisasi ekonomi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

    Anggawira menambahkan bahwa langkah-langkah ini perlu diambil secara cepat dan efektif untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan pelaku usaha terhadap perekonomian Indonesia, serta mencegah dampak lebih lanjut dari deflasi yang berkepanjangan. Hipmi optimistis bahwa dengan kebijakan yang tepat, perekonomian Indonesia dapat pulih dan kembali tumbuh secara berkelanjutan.

    Deflasi Juli Lebih Dalam

    Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka delfalsi Indonesia pada bulan Juli 2024. Menurut catatan BPS, deflasi bulan Juli 2024 berada di angka 0,18 persen, sementara inflasi berada di level 2,13 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

    Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengungkap tiga penyebab utama yang mempengaruhi tingkat inflasi dan deflasi pada bulan Juli 2024. Pertama, kata dia, terkait perkembangancurah hujan dalam dua bulan terakhir.

    Amalia menuturkan, curah hujan ada bulan Juni 2024 curah hujan rendah terjadi di sebagian wilayah Jawa, Bali, serta Nusa Tenggara, dan berlanjut hingga dasarian II Juli 2024. Adapun curah hujan rendah berdampak kepada produksi hortikultura.

    Kedua, terkait produksi bawang merah, di mana pasokan komoditas tersebut diketahui baru saja kembali normal atau mengalami peningkatan produksi di sentra-sentra produksi seperti Brebes, Kendal, Demak, Dima, dan Nganjuk.

    Ketiga, pada Juli 2024 kegiatan belajar-mengajar yang sudah dimulai kembali di sekolah-sekolah juga menjadi penyumban inflasi. Terakhir,  terkait menurunnya luas panen padi berdasarkan hasil KSA amatan Juni 2024. Amalia mengungkap, hal itu terjadi pada periode Juni-Juli 2024 setelah kita melalui Puncak panen pada April-Mei 2024.

    Amalia menuturkan, deflasi bulan Juli merupakan yang terdalam di tahun 2024. Catatan BPS, deflasi bulan ini terjadi secara berturut-turut sejak tiga bulan terakhir.

    “Deflasi Juli 2024 lebih dalam dibandingkan Juni 2024 dan merupakan deflasi ketiga pada 2024,” kata Amalia dalam konferensi persnya, Jakarta, 1 Agustus 2024.

    Adapun kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar, kata Amalia, komoditas makanan-minuman dan tembakau dengan kontribusi sebesar 0,97 persen dan memberikan hasil deflasi sebesar 0,28 persen.

    Amalia menuturkan, deflasi secara bulanan terjadi seiring dengan penurunan indeks harga konsumen. “Pada Juli 2024 terjadi deflasi sebesar 0,18 persen secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,28 pada Juni 2024 menjadi 106,09 pada Juli 2024,” ungkapnya.

    Sementara inflasi, secara tahunan (yoy), berada pada level 2,13 persen. Sedangkan berdasarkan kalender year-to-date, inflasi berada pada angka 0,89 persen. Amalia mengungkap, komoditas yang menyumbang inflasi utama diantara cabai rawit dan beras.

    “Komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain cabe rawit dan beras dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen,” jelasnya.

    Di sisi lain, dia juga menyebut, komoditas emas-perhiasan, kopi bubuk, kentang, sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan (SKT) juga memiliki andil kendati tidak besar dengan masing-masing sebesar 0,01 persen.

    Begitu juga sektor pendidikan, kata Amalia, kontribusi terhadap inflasi bulan Juli sebesar 0,04 persen. “Catatan lainnya adalah kelompok pendidikan juga memberikan andil inflasi terbesar yaitu 0,04 persen atau mengalami inflasi sebesar 0,69 persen,” jelasnya.

    Secara bulanan, komponen penyumbang deflasi pada Juli 2024 sebesar 0,18 persen. Adapun hal itu didorong oleh bergejolaknya harga yang berkontribusi terhadap tingkat deflasi sebesar 1,92 persen.

    “Komponen ini memberikan andil deflasi sebesar 0,32 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah bawang merah, cabe merah, tomat, daging ayam ras, bawang putih, dan telur ayam ras,” jelasnya.

    Sementara komponen inti yang dorong inflasi sebesar 0,18 persen memberikan andil sebesar 0,12 persen. Adapun komoditas utama penyumbang inflasi diantaranya, emas-perhiasan, kopi bubuk, biaya sekolah SD, SMP, dan SMA.

    “Komponen harga diatur pemerintah juga mengalami inflasi sebesar 0,11 persen dengan andil sebesar 0,02 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah sigaret keretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan atau SKT,” ungkapnya.

    Berdasarkan data BPS, sebanyak 32 dari 38 provinsi Indonesia mengalami deflasi. Semetara enam provinsi lainnya tercatat mengalami inflasi.

    Amalia mengungkap, deflasi terdalam pada bulan Juli 2024 terjadi di Provinsi Sumatera Barat sebesar 1,07 persen. Sedangkan provinsi dengan tingkat inflasi tertinggi, terjadi di Provinsi Papua Barat Daya sebesar 0,25 persen.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79