KABARBURSA.COM - PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) kembali menarik perhatian pasar setelah menandatangani kerja sama strategis dengan Bank Muamalat pada 24 Oktober 2025. Kolaborasi ini bukan sekadar proyek komersial biasa, melainkan langkah taktis yang memperluas ekosistem bisnis emas nasional melalui integrasi antara industri logam mulia dan keuangan syariah.
Dalam kesepakatan tersebut, HRTA akan menjadi penyedia sekaligus pengirim emas batangan bermerek EMASKU dengan kadar kemurnian 99,99 persen bagi nasabah Bank Muamalat. Artinya, nasabah bank kini bisa mengakses produk emas fisik dengan kualitas tinggi langsung melalui jaringan keuangan syariah. Sementara, HRTA memperluas distribusi dan penetrasi produknya ke segmen perbankan ritel dan investasi.
Corporate Secretary HRTA Ong Deny, menyebut kerja sama ini sebagai upaya memperkuat posisi perusahaan di pasar logam mulia dan meningkatkan kinerja operasional jangka panjang. Strategi ini juga menandai transisi bisnis HRTA menuju sinergi lintas industry, dengan menggabungkan kekuatan distribusi emas dengan basis nasabah dan infrastruktur digital Bank Muamalat.
Dengan model seperti ini, HRTA tidak hanya menjual emas, tetapi juga menjadi bagian dari solusi investasi syariah modern yang terintegrasi.
Dari sisi pasar, aksi korporasi ini dipandang sebagai katalis positif untuk memperluas permintaan emas batangan domestik. Di tengah tren meningkatnya minat terhadap aset lindung nilai (safe haven), langkah menggandeng perbankan syariah memberi HRTA posisi unik, yaitu menjangkau segmen investor konservatif dan religius yang sebelumnya belum tergarap optimal.
Namun reaksi pasar modal justru cenderung hati-hati. Pada perdagangan Selasa, 28 Oktober 2025, saham HRTA ditutup melemah 3,28 persen ke level Rp1.180 per saham, melanjutkan koreksi 2 persen sehari sebelumnya.
Meski tampak negatif, pergerakan ini sejatinya masih dalam koridor teknikal wajar setelah reli kuat di awal bulan. Saat ini, saham HRTA bergerak di sekitar area support Rp1.200 dengan batas bawah krusial di Rp1.150.
Analis teknikal melihat bahwa selama harga tidak menembus area Rp1.150, tren kenaikan jangka menengah masih terjaga. Justru tekanan harga saat ini dapat menjadi fase konsolidasi sehat sebelum potensi rebound menuju area Rp1.300–Rp1.350.
Apalagi indikator volume memperlihatkan peningkatan aktivitas beli asing — sinyal bahwa pelaku institusional masih percaya pada prospek fundamental HRTA pascakerja sama ini.
Kerja sama dengan Bank Muamalat juga membawa potensi multiplier effect terhadap penjualan emas fisik HRTA. Bank syariah tersebut memiliki basis nasabah besar dengan minat tinggi terhadap produk berbasis aset riil.
Jika proyek ini diintegrasikan dengan layanan digital perbankan (seperti e-gold atau tabungan emas), HRTA bisa memperoleh peningkatan volume penjualan sekaligus memperkuat brand awareness EMASKU sebagai produk emas syariah terkemuka di Indonesia.
Dengan katalis ini, HRTA memasuki fase penting dalam ekspansi vertikalnya, dari produsen dan distributor logam mulia menjadi bagian dari rantai nilai keuangan syariah nasional. Langkah yang mempertemukan industri emas dan keuangan halal ini berpotensi menjadi model bisnis baru di sektor investasi fisik yang berbasis kepercayaan dan nilai stabilitas jangka panjang.
Singkatnya, kolaborasi HRTA–Bank Muamalat bukan sekadar proyek perdagangan emas, melainkan sinyal strategi besar menuju integrasi ekosistem emas syariah Indonesia. Walau sahamnya tengah terkoreksi, prospek jangka menengah masih kuat, terutama jika momentum fundamental ini diikuti dengan peningkatan kinerja penjualan dan dukungan investor besar.
HRTA tampak sedang mengasah “kilau barunya” dan pasar kini menunggu apakah emasnya benar-benar bisa bersinar lebih terang di kuartal berikutnya.(*)