Logo
>

Hura-hura Pemilik Greenback di Tengah Anjloknya Rupiah

Ditulis oleh KabarBursa.com
Hura-hura Pemilik Greenback di Tengah Anjloknya Rupiah

Poin Penting :

KABARBURSA.COM - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing telah menjadi perhatian serius bagi banyak pihak, terutama investor dan pengusaha terutama dengan panasnya kondisi geopolitik.

Pasca libur Lebaran 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan saat dibuka, menembus level Rp16.210,5 pada Selasa 16 April 2024. Pada saat yang sama, greenback menguat.

Greenback adalah sebutan informal untuk menyebut mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Istilah ini sering digunakan dalam konteks keuangan dan perdagangan untuk merujuk kepada nilai atau kekuatan dolar AS dalam pasar global. Nama greenback berasal dari warna hijau yang dominan pada uang kertas dolar AS.

Menurut data Bloomberg, rupiah dibuka dengan penurunan sebesar 353,50 poin atau 2,23 persen, mencapai Rp16.201,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS mengalami penguatan sebesar 0,14 persen, mencapai posisi 106,35.

Mata uang lain di kawasan Asia mayoritas juga dibuka dengan pelemahan. Misalnya, won Korea turun 1,09 persen, diikuti oleh ringgit Malaysia yang melemah 0,25 persen, dan yen Jepang yang turun 0,07 persen. Baht Thailand juga melemah 0,31 persen, sedangkan rupee India turun 0,03 persen.

Mengutip Antara, Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, di pasar internasional, mata uang rupiah sebenarnya telah mencapai level Rp16.000 per dolar AS. Pelemahan ini disebabkan oleh faktor global, di mana dolar AS menguat akibat kondisi geopolitik dan data ekonomi AS yang tidak sesuai perkiraan.

Namun, di tengah tantangan ini, ada juga peluang yang bisa dimanfaatkan oleh pemilik valuta asing. Untuk investor yang memiliki portofolio yang terdiversifikasi dengan mata uang asing. Dalam situasi ini, aset dalam mata uang asing akan terapresiasi nilainya dalam mata uang rupiah yang melemah.

Selain itu, bagi pelaku bisnis yang memiliki ketergantungan pada impor, pelemahan rupiah bisa menjadi berkah tersendiri. Hal ini karena biaya impor akan menjadi lebih murah dalam mata uang rupiah, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk impor di pasar domestik.

Meski begitu, ini juga disertai dengan risiko yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah potensi inflasi yang dapat timbul akibat kenaikan harga barang impor. Selain itu, bagi investor, fluktuasi nilai tukar yang tinggi juga bisa menjadi risiko yang perlu diperhitungkan dalam perencanaan investasi.

Mengutip The Balance, menyimpan dolar bisa menjadi pilihan yang menguntungkan dalam berbagai situasi ekonomi, terutama di tengah pelemahan nilai tukar mata uang domestik seperti rupiah. Berikut adalah beberapa alasan mengapa menyimpan dolar bisa menguntungkan:

Perlindungan Nilai Aset

Dolar Amerika Serikat (AS) sering dianggap sebagai salah satu mata uang yang stabil dan aman. Dalam kondisi pelemahan mata uang domestik, menyimpan sebagian aset dalam dolar dapat membantu melindungi nilai kekayaan dari penurunan nilai tukar yang signifikan.

Keuntungan

• Diversifikasi Portofolio

Menyimpan dolar merupakan salah satu bentuk diversifikasi portofolio. Dengan memiliki aset dalam mata uang yang berbeda, investor dapat mengurangi risiko dan meningkatkan ketahanan portofolio mereka terhadap fluktuasi pasar dan perubahan ekonomi global.

• Kemudahan Akses

Dolar AS adalah salah satu mata uang yang paling mudah diakses dan diterima secara internasional. Menyimpan dolar dapat memberikan fleksibilitas dan kemudahan dalam melakukan transaksi internasional, investasi, atau perjalanan ke luar negeri.

• Potensi Keuntungan

Selain berfungsi sebagai alat penyimpan nilai, dolar juga memiliki potensi untuk memberikan keuntungan bagi para investor. Fluktuasi nilai tukar dolar terhadap mata uang lainnya dapat dimanfaatkan untuk tujuan perdagangan atau investasi jangka pendek. (Sumber: The Balance)

Kerugian

• Risiko Depresiasi Nilai Dolar

Meskipun dolar dianggap sebagai salah satu mata uang yang stabil, nilainya juga dapat mengalami depresiasi tergantung pada kondisi ekonomi global dan kebijakan moneter AS. Jika nilai dolar turun, nilai investasi dalam mata uang tersebut juga akan berkurang.

• Kerugian Akibat Kurs

Selain risiko depresiasi nilai dolar itu sendiri, investor juga harus memperhitungkan biaya konversi mata uang saat mereka ingin menukarkan dolar kembali ke mata uang lokal. Perbedaan kurs jual dan beli dapat menyebabkan kerugian tambahan.

• Potensi Inflasi

Menyimpan dolar dalam jumlah besar juga berarti memegang aset dalam bentuk mata uang yang tidak menghasilkan pendapatan atau keuntungan pasif. Jika inflasi meningkat, kekuatan beli dolar dapat berkurang dari waktu ke waktu. (Sumber: Bloomberg)

Melepas Dominasi Dolar

Sebenarnya, dominasi dolar AS yang telah berlangsung selama lebih dari 100 tahun, sejak era 1920-an, kini menghadapi ancaman serius. Banyak negara mulai mencari cara untuk melepaskan diri dari pengaruh kuat mata uang greenback tersebut.

Ketergantungan terhadap dolar dalam aktivitas perdagangan dan investasi telah membuatnya semakin perkasa, sementara mata uang lokal lainnya terpuruk.

Beberapa negara, seperti China dan Brasil, mulai beralih menggunakan mata uang lokal mereka sendiri. Fenomena dedolarisasi, atau pengurangan ketergantungan terhadap dolar, juga menjadi tren di negara-negara Asia, termasuk Indonesia.

Indonesia telah aktif dalam menjalin perjanjian transaksi menggunakan mata uang lokal (Local Currency Transaction/LCT). Skema ini diterapkan dengan sejumlah negara di kawasan ASEAN hingga Korea Selatan dan China. Tidak hanya untuk perdagangan, namun sistem pembayaran dan investasi dengan negara-negara yang terikat perjanjian serupa dapat menggunakan rupiah dan mata uang lokal lainnya.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa fenomena dedolarisasi semakin terlihat nyata dalam skala global. Menurut data Dana Moneter Internasional (IMF), penggunaan dolar di dunia telah mengalami penurunan drastis, dari sekitar 70 persen menjadi sekitar 50 persen saja saat ini. (tim riset kabar bursa/*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

KabarBursa.com

Redaksi