Logo
>

ICDX: Volume Transaksi Bursa CPO Mencapai 500 Ton Per Hari

Ditulis oleh KabarBursa.com
ICDX: Volume Transaksi Bursa CPO Mencapai 500 Ton Per Hari

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) mencatat volume transaksi harian Crude Palm Oil (CPO) di pertengahan 2024.

    Direktur Utama ICDX Nursalam mengungkap, volume transaksi CPO berjangka atau CPO Futures mencatat kinerja yang cukup baik hingga pertengahan tahun ini. Dia menyebut, volume transaksi di Bursa CPO Indonesia menyentuh 100 lot per hari.

    “Sampai dengan pertengahan tahun ini untuk volume transaksi CPO Berjangka atau CPO Futures cukup baik. Rata-rata per hari bisa mencapai 100 lot atau 500 ton per hari,” kata Nursalam kepada KabarBursa, Jumat, 28 Juni 2024.

    Meski transaksi CPO Futures mencatat kenerja baik, Nursalam juga mencatat terhambatnya transaksi CPO Fisik. Dia menyebut, hal itu terjadi karena para pelaku usaha masih memantau dinamika pasar.

    “Sayangnya untuk transaksi CPO Fisik nya masih stuck dan beberapa pelaku masih wait and see untuk masuk ke perdagangan bursa CPO,” jelasnya.

    Nursalam menilai, para pengusaha CPO masih mempersiapkan diri untuk bergumul dalam transaksi Bursa CPO Indonesia. Di sisi lain, dia juga menilai para pengusaha tengah beradaptasi dengan pasar Bursa CPO.

    Sementara saat ini, ICDX sendiri memiliki 50 anggota perusahaan CPO. Meski begitu, Nursalam menyebut baru tercatat sebanyak 16 anggota yang aktif bertransaksi di Bursa CPO Indonesia.

    “Ya mereka sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk bisa beradaptasi dengan pasar Bursa tentunya,” ungkapnya.

    Ancaman Dibawah Lemahnya Rupiah

    Berdasarkan data yang dikutip dari Google Finance pukul 11.30 WIB pada Kamis, 27 Juni 2024, nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) masih berada di level yang tinggi. Saat ini, nilai tukar Rupiah berada di level Rp16.419 per dollar AS.

    Naiknya nilai tukar Rupiah juga dikhawatirkan oleh sejumlah sektor industri, tak terkecuali industri sawit. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) atau Indonesian Palm Oil Association (IPOA), mengkhawatirkan tingginya nilai tukar Rupiah akan mengerek biaya produksi.

    Ketua Umum GAPKI Eddy Martono menyebut, tingginya nilai tukar rupiah yang berlarut-larut berdampak pada kenaikan harga pupuk. Pasalnya, pupuk yang digunakan perkebunan sawit masih mengandalkan bahan impor.

    “Kalau ini berlama-lama maka biaya produksi akan naik karena pupuk masih Impor, pupuk yang diproduksi dalam negeri hanya pupuk nitrogen,” kata Eddy kepada KabarBursa, Kamis, 27 Juni 2024.

    Eddy juga menyebut, tekanan biaya produksi akan mengerek naik harga minyak goreng di pasaran. Meski begitu, dia menilai naiknya harga minyak yang disebabkan oleh pelemahan rupiah tidak terlalu signifikan.

    Sementara saat ini, berdasarkan panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) pukul 11.40 WIB pada Rabu, 27 Juni 2024, harga minyak goreng kemasan ada di level Rp17.880 per liter, sedangkan minyak goreng curah Rp15.870 per liter.

    “Kalau secara Rupiah, ya (mengerek harga minyak) dengan catatan harga international secara USD tidak turun,” jelasnya.

    Imbas Pelemahan Rupiah

    Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas), mengumumkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng rakyat atau MinyaKita naik menjadi Rp15.500 per liter mulai minggu depan.

    “Harga tersebut sudah ditetapkan dan telah dibahas sebelumnya. Kenaikannya akan berlaku mulai minggu depan,” kata Zulhas di Surabaya, Jawa Timur, Jumat, 21 Juni 2024.

    Sebagaimana diketahui, harga HET MinyaKita berada di level Rp14.000 per liter. Adapun kenaikan ini menyusul nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS tumbuh lebih dari Rp16.400, yang berdampak pada biaya produksi.

    Dengan kondisi itu, Zulhas menilai naiknya harga MinyaKita masih sangat relevan. Karenanya dia melakukan penyesuaian harga lantaran terdapat perbedaan harga ekspor yang signifikan.

    Lebih lanjut, Zulhas menyebut HET MinyaKita yang berlaku saat ini tidak lagi sesuai dengan biaya pokok produksi yang terus meningkat. “Namun, sekarang nilai tukar sudah lebih dari Rp16.000. Jika tidak disesuaikan, akan ada perbedaan harga yang signifikan dengan harga ekspor, yang dapat mengurangi pasokan dalam negeri,” jelasnya.

    Di samping itu, Zulhas juga menyebut naiknya harga bahan pokok masyarakat ikut mengerek harga MinyaKita. Kendati begitu, dia menilai naiknya harga Minyakita masih lebih terjangkau dibandingkan minyak goreng kemasan premium.

    “Memang sudah saatnya harga Minyakita naik. Meski begitu, minyak goreng kemasan premium masih akan lebih mahal dibandingkan harga Minyakita,” pungkasnya.

    Jadi, kenaikan harga MinyakKita saat ini dinilai relevan dengan kondisi bangsa. Lagipula, harga yang dilempar ke pasaran masih masuk akal dan terjangkau oleh masyarakat.(ndi/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi