KABARBURSA.COM - Sejak diluncurkan pada 26 September 2023, Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui platform IDXCarbon berhasil mencatatkan transaksi karbon sebesar Rp19,73 miliar. Catatan tersebut melihat transaksi yang berlangsung hingga 27 Desember 2024. Inisiatif yang menjadi salah satu langkah strategis dalam mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon ini menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan dalam waktu relatif singkat.
Dalam konferensi pers Peresmian Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2024, di Kantor BEI Jakarta, Senin, 30 Desember 2024, terungkap bahwa saat ini terdapat 100 perusahaan pengguna jasa yang terdaftar, dengan total unit karbon mencapai 1.349.894 ton CO2e.
"Dari jumlah tersebut, sebanyak 427.247 ton telah diperdagangkan, sementara sisanya sebesar 1.349.894 ton masih tersedia untuk diperdagangkan. Nilai total transaksi yang tercatat mencapai Rp50,64 miliar," kata Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK Aditya Jayaantara, dalam konferensi pers tersebut, dikutip Selasa, 31 Desember 2024.
Menurut Aditya, itu adalah sebuah capaian yang menggarisbawahi potensi besar dari pasar karbon domestik sebagai salah satu instrumen penting untuk mendukung target pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia.
Sejauh ini, terdapat tiga proyek yang telah memperoleh Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK), yakni proyek Lahendong Unit 5 & Unit 6 milik PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Bumi (PLTGU) Blok 3 PJB Muara Karang, serta proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro (PLTM) Gunung Wugul. Ketiga proyek ini menjadi bagian dari implementasi konkret dalam mendorong transisi energi di Indonesia, sekaligus menjadi contoh bagaimana sertifikasi karbon dapat mendukung inovasi energi yang lebih ramah lingkungan.
Aditya menegaskan, perkembangan pasar karbon domestik sejauh ini berada dalam kondisi yang cukup kondusif. Hal ini menjadi sinyal positif bagi upaya kolektif untuk mencapai ekonomi rendah karbon. Sebagai negara yang turut berkomitmen dalam pengurangan emisi global, Indonesia melalui IDXCarbon telah menunjukkan langkah yang terukur dan terencana dalam menciptakan mekanisme perdagangan karbon yang kredibel dan berkelanjutan.
Diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada akhir September 2023, IDXCarbon diharapkan dapat menjadi tonggak penting dalam memfasilitasi langkah transisi Indonesia menuju keberlanjutan energi. Di bawah regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dukungan dari BEI, platform ini diharapkan mampu terus berkembang dan memberikan dampak positif, baik secara lingkungan maupun ekonomi. Capaian tahun pertama IDXCarbon membuktikan bahwa upaya pengintegrasian mekanisme pasar dengan tujuan keberlanjutan bukan hanya memungkinkan, tetapi juga bisa memberikan respons positif dari pelaku industri dan masyarakat luas.
Emiten IDXCarbon
Sejak diluncurkan pada 26 September 2023, Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) telah menarik partisipasi dari berbagai perusahaan yang terlibat dalam perdagangan kredit karbon. Berikut adalah beberapa emiten yang aktif dalam IDXCarbon:
- PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO): Anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi panas bumi, dengan kapasitas terpasang signifikan di Indonesia.
- PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN): Perusahaan yang mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTM) di berbagai lokasi di Indonesia, berkontribusi pada produksi energi bersih.
- PT Arkora Hydro Tbk (ARKO): Bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga air, menghasilkan listrik dari sumber daya air yang ramah lingkungan dan efisien.
- PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD): Perusahaan yang bergerak dalam konsesi hutan dan manufaktur pengolahan mebel berbahan kayu, dengan praktik pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
- PT SLJ Global Tbk (SULI): Berfokus pada pengelolaan hutan dan industri perkayuan, dengan komitmen terhadap praktik kehutanan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Selain itu, beberapa perusahaan telah menjadi pembeli perdana kredit karbon di IDXCarbon, termasuk PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA).
Partisipasi aktif dari berbagai emiten ini mencerminkan komitmen dunia usaha Indonesia dalam mendukung upaya pengurangan emisi karbon dan transisi menuju ekonomi yang lebih hijau melalui mekanisme perdagangan karbondi IDXCarbon.
IDXCarbon telah menjadi wadah penting bagi berbagai emiten di Indonesia untuk berkontribusi dalam upaya pengurangan emisi karbon dan transisi menuju ekonomi rendah karbon. Perusahaan-perusahaan seperti PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, PT Arkora Hydro Tbk, hingga PT Integra Indocabinet Tbk menunjukkan komitmen nyata melalui perdagangan karbon di Bursa Karbon Indonesia.
Partisipasi aktif ini juga mencerminkan peluang besar bagi dunia usaha dalam mendukung keberlanjutan lingkungan sambil mengoptimalkan potensi ekonomi dari praktik ramah lingkungan. Dengan dukungan regulator seperti OJK dan pemerintah, IDXCarbon tidak hanya mendorong kesadaran akan pentingnya mitigasi perubahan iklim, tetapi juga menjadi bagian integral dalam perjalanan Indonesia menuju netralitas karbon.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.