KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tanda-tanda rebound pada perdagangan Senin, 21 Januari 2025.
Berdasarkan analisis teknikal, IHSG terlihat berusaha menguji level resistance pada garis Moving Average (MA) 50, dengan potensi untuk kembali menguat jika bertahan di atas garis MA20.
Muhammad Wafi, Analis RHB Sekuritas Indonesia, dalam laporan teknikalnya menyebutkan bahwa selama IHSG tetap berada di atas level MA20, maka peluang rebound terbuka lebar.
"IHSG dapat melanjutkan penguatan dan mencoba untuk breakout garis MA50 guna menguji resistance pada level MA200," ujar Wafi, Selasa, 21 Januari 2025.
Namun, apabila IHSG kembali turun dan breakdown MA20, diperkirakan akan menguji support di garis MA5 yang lebih rendah.
Sebelumnya, IHSG pada perdagangan Senin, 20 Januari 2025, tercatat menguat 0,22 persen ke level 7.170. Berdasarkan analisis dari MNC Sekuritas, penguatan ini dianggap sebagai bagian awal dari gelombang [c] dari gelombang B, dengan target pengujian lebih lanjut pada level 7.222 hingga 7.323.
Namun, jika IHSG terkoreksi dan menembus level support 6.931, MNC Sekuritas memproyeksikan IHSG dapat melanjutkan penurunan menuju level 6.742 hingga 6.835.
Secara keseluruhan, meskipun IHSG menunjukkan penguatan, penting bagi investor untuk terus memantau level support dan resistance utama untuk mengidentifikasi peluang dan potensi risiko yang mungkin terjadi di pasar saham.
Performa IHSG Awal Pekan
Pada perdagangan awal pekan atau Senin, 20 Januari 2025, IHSG ditutup menguat tipis pada level 7.170,74, naik 16,08 poin atau 0,22 persen pada perdagangan Senin, 20 Januari 2025 pukul 16.00 WIB.
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di kisaran 7.160 hingga 7.200. Volume perdagangan tercatat sebanyak 192,26 juta lot dengan nilai transaksi mencapai Rp10,06 triliun. Frekuensi perdagangan mencapai 1,20 juta transaksi.
Sementara itu, pada pasar reguler, total volume mencapai 185 juta lot dengan nilai transaksi yang signifikan.
Pada penutupan hari ini, beberapa saham mencatatkan kenaikan signifikan pada perdagangan hari ini, menempatkan mereka dalam jajaran top gainers di Bursa Efek Indonesia. Ada saham PT Pyridam Farma Tbk atau dalam kode saham PYFA mengalami lonjakan 34,48 persen ke level 234, hal ini mencerminkan minat beli yang tinggi terhadap saham di sektor farmasi.
Kemudian ada saham PT Royalindo Investa Wijaya Tbk atau dalam kode saham INDO juga menguat tajam dengan kenaikan 34,21 persen, ditutup di level 153. Penguatan serupa terjadi pada saham Krida Jaringan Nusantara Tbk atau dalam kode saham KJEN, yang naik 28,67 persen ke level 193, menandai optimisme pasar terhadap prospek perusahaan.
Saham Remala Abadi Tbk atau dalam kode saham DATA turut menunjukkan performa cemerlang dengan kenaikan 25 persen, menutup perdagangan di level 1.225. Sementara itu, Citra Marga Nusaphala Persada Tbk atau dalam kode saham CMNP mencatat kenaikan sebesar 22,22 persen, ditutup di level 3.630.
Ada sentimen positif di sektor-sektor tertentu yang mendorong kenaikan harga secara signifikan. Sentimen tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh kabar korporasi, laporan keuangan, atau faktor eksternal yang mendukung optimisme pasar.
Namun, beberapa saham malah mengalami tekanan jual yang signifikan pada perdagangan hari ini, masuk dalam jajaran top losers di Bursa Efek Indonesia.
Salah satunya ada saham Geoprima Solusi Tbk atau dalam kode saham GPSO mencatat penurunan terbesar dengan koreksi 13,89 persen, ditutup di level 310.
Kemudian ada saham Indo Straits Tbk atau dalam kode saham PTIS juga melemah tajam, turun 12,59 persen ke level 250. Tekanan serupa dialami oleh Aman Agrindo Tbk atau dalam kode saham GULA, yang turun 11,86 persen ke level 342, mencerminkan sentimen negatif terhadap saham di sektor agrikultur.
Saham Central Proteina Prima Tbk atau dalam kode saham CPRO juga mencatat koreksi sebesar 11,67 persen, menutup perdagangan di level 53. Sementara itu, saham DFI Retail Nusantara Tbk atau dalam kode saham HERO melemah 11,50 persen, berakhir di level 500.
Koreksi pada saham-saham terlihat seperti ada tekanan jual yang tinggi, yang kemungkinan dipengaruhi oleh faktor teknikal, laporan kinerja, atau sentimen pasar yang kurang mendukung sektor terkait.
Saham INDO Naik 70 Persen dalam Setahun
Dalam beberapa bulan terakhir, performa harga saham INDO menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan, dengan kenaikan yang signifikan dalam jangka waktu yang lebih pendek.
Dalam satu minggu terakhir, harga saham telah melonjak hingga 35,40 persen, yang menunjukkan adanya momentum kuat di pasar. Tren positif ini berlanjut selama tiga bulan terakhir, dengan kenaikan sebesar 50 persen, yang menandakan optimisme investor terhadap saham ini.
Dalam satu bulan terakhir, saham ini berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 44,34 persen, memperlihatkan daya tarik yang tinggi bagi para investor yang mencari peluang pertumbuhan.
Untuk periode yang lebih panjang, saham ini tetap menunjukkan kinerja yang mengesankan, dengan kenaikan 54,55 persen dalam enam bulan terakhir. Bahkan selama setahun, saham ini mencatatkan kenaikan sebesar 70 persen, sebuah indikasi bahwa pasar mengakui potensi perusahaan di masa depan.
Tiga tahun terakhir juga mencatatkan kinerja yang sama, dengan pertumbuhan harga yang mencapai 70 persen. Ini artinya terjadi keberlanjutan dalam pertumbuhan jangka panjang.
Namun, tidak semua periode menunjukkan kinerja yang solid. Dalam lima tahun terakhir, harga saham ini terkontraksi sebesar -19,90 persen. Meskipun demikian, kinerja harga dalam jangka pendek dan menengah jelas lebih dominan, dengan kenaikan yang mengesankan di sepanjang tahun berjalan (YTD), sebesar 31,90 persen. (*)