Logo
>

IHSG Berpeluang ke 7.000 usai Sentimen AS–China Membaik

IHSG berpeluang menguat signifikan dan menguji level psikologis 7.000, didorong oleh sentimen positif dari membaiknya hubungan dagang antara AS dan China

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Berpeluang ke 7.000 usai Sentimen AS–China Membaik
IHSG berpotensi menembus level 7.000 seiring meredanya perang dagang AS–China. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG berpotensi menembus level 7.000 usai perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China membaik. 

Seperti diketahui, AS resmi memangkas tarif terhadap China dari 145 persen menjadi 30 persen pada 12 Mei 2025. Sebaliknya, China juga memotong tarif produk AS menjadi 10 persen yang semula adalah 125 persen. 

Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan membaiknya perang dagang kedua negara tersebut menjadi sentimen positif bagi IHSG. 

"IHSG berpeluang menguat signifikan dan menguji level psikologis 7.000, didorong oleh sentimen positif dari membaiknya hubungan dagang antara AS dan China," ujar dia dalam risetnya kepada KabarBursa.com, Rabu, 14 Mei 2025.

Hendra menilai kesepakatan ini dinilai jauh lebih baik dari ekspektasi pasar dan memperbesar peluang perbaikan rantai pasok global. Selain itu, volume perdagangan dunia juga diprediksi akan meningkat. 

Menurut ia, kondisi tersebut turut mendongkrak minat terhadap aset berisiko, termasuk pasar saham negara berkembang seperti Indonesia.

"Meskipun investor asing masih mencatatkan net sell sebesar Rp53,85 triliun sepanjang tahun berjalan, daya tahan investor domestik cukup solid menopang pasar," jelasnya. 

Hendra menjelaskan, menguatnya IHSG sebesar 0,25 persen ke level 6.832,80 pada pekan lalu menjadi sinyal awal bahwa sentimen pasar mulai berubah arah.

"Secara teknikal, jika level resistance 6.945 berhasil ditembus dengan volume transaksi yang memadai, maka peluang IHSG mencapai dan menembus 7.000 dalam waktu dekat bahkan dalam satu hingga dua pekan ke depan sangat terbuka," terangnya.  

Di sisi lain, Hendra memandang nilai tukar rupiah masih menghadapi tekanan dari penguatan dolar AS yang menguat seiring ekspektasi peningkatan ekspor AS dan arus masuk modal ke aset dolar. 

Namun demikian, fundamental domestik yang solid, termasuk cadangan devisa tinggi dan inflasi yang terjaga membuat stabilitas rupiah masih dalam batas aman.

"Bank Indonesia diperkirakan akan terus melakukan intervensi di pasar spot, DNDF, dan SBN untuk menjaga stabilitas Dalam jangka pendek, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp15.900–Rp16.150 per dolar AS," katanya. 

Dampak Kesepakatan Dagang AS–China bagi Pasar


Kesepakatan dagang antara AS dan China berhasil memicu euforia pasar keuangan global. Namun, menurut pengamat pasar yang juga kolumnis senior The Wall Street Journal, James Mackintosh, euforia pasar bukan semata karena penundaan tarif perdagangan. Baginya, hal yang lebih penting justru siapa yang kini mengendalikan arah kebijakan dagang Amerika Serikat.

“Kelihatannya kini Menteri Keuangan Scott Bessent yang memegang kendali kebijakan perdagangan. Singkatnya, orang dewasa akhirnya masuk ke dalam ruangan,” tulis Mackintosh dalam kolomnya, dikutip dari The Wall Street Journal.

Mackintosh melihat perubahan pendekatan dari gaya Trump yang penuh gejolak menuju strategi teknokrat yang lebih struktural. Kebijakan tarif tak lagi digunakan sebagai alat tawar-menawar yang serampangan, melainkan diarahkan untuk mendorong reformasi ekonomi jangka panjang di China.

“Bessent mengincar reformasi mendalam terhadap ekonomi China—dari yang selama ini berorientasi ekspor menjadi berbasis konsumsi domestik,” tulisnya.

Ini artinya, bukan hanya AS yang diminta menyesuaikan. Mackintosh menyebut, China telah lama bicara soal meningkatkan konsumsi domestik, tapi implementasinya lambat. Jerman, sebagai mitra dagang besar lain, juga belum banyak berbuat untuk menumbuhkan konsumsi. Jika reformasi berhasil, maka keseimbangan neraca dagang global bisa tercapai bukan lewat penurunan impor AS, tapi justru karena ekspor AS meningkat.

Mackintosh juga mengingatkan harapan pasar tidak boleh terlalu tinggi. “Kemungkinan besar tarif tidak akan kembali ke level sebelum era Trump,” tulis Mackintosh. Ia menilai pendekatan Scott Bessent jauh lebih strategis ketimbang gaya Trump yang cenderung “pasang tarif dulu, cabut kemudian, seperti saat berurusan dengan Meksiko dan Kanada.

Dari sisi makroekonomi, pergeseran ini juga membawa implikasi bagi pola tabungan global. Jika negara-negara surplus seperti China dan Jerman mengurangi ekspor dan mulai menggenjot konsumsi, maka mereka juga akan mengurangi aliran dana ke Amerika. Ini berarti warga AS sendiri harus meningkatkan tabungan domestik atau pemerintah AS menekan defisit fiskalnya.

Mackintosh menyoroti ada juga kubu lain di pemerintahan yang punya agenda tarif berbeda. Beberapa, termasuk Trump, melihat tarif sebagai sumber pendapatan untuk membiayai pemotongan pajak. Sementara sebagian anggota Kongres menggunakannya sebagai alat strategis untuk membatasi kebangkitan Tiongkok sebagai pesaing geopolitik.

Namun bagi pasar, harapan kini tertumpu pada arah strategi dagang yang lebih stabil dan rasional. “Setidaknya, jauh lebih baik bagi pasar jika AS menggunakan tarif untuk membuka akses pasar luar negeri, ketimbang sekadar menerapkannya karena Trump mengaku sebagai ‘pecinta tarif’,” kata Mackintosh.

Dengan latar belakang ini, investor disarankan tetap waspada, namun optimistis. Selama kendali ada di tangan para teknokrat, bukan impuls politik, jalan menuju kesepakatan dagang yang lebih seimbang masih terbuka. Untuk sementara waktu, pasar boleh bernapas lega.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.