Logo
>

IHSG Berpotensi Bergerak Terbatas, Sentimen Global Penentu Arah Pasar

IHSG diperkirakan akan bergerak dalam fase konsolidasi, dengan area support di kisaran 6.811 hingga 7.000, dan resistance di rentang 7.240 hingga 7.300.

Ditulis oleh Yunila Wati
IHSG Berpotensi Bergerak Terbatas, Sentimen Global Penentu Arah Pasar
Papan pantau di Bursa Efek Indonesia. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan bergerak terbatas pekan depan. Terbatasnya pergerakan IHSG terdorong oleh sentimen global yang semakin kompleks, mulai dari kekhawatiran terhadap aset-aset Amerika Serikat hingga dinamika hubungan dagang antara dua kekuatan besar dunia: Amerika Serikat dan China.

Co-Founder Pasardana sekaligus praktisi pasar modal Hans Kwee, menyoroti keresahan investor global terhadap arah negosiasi dagang AS dan Tiongkok. Menurutnya, meskipun ada jeda waktu 90 hari untuk mencapai kesepakatan guna menghindari pemberlakuan tarif yang lebih tinggi, peluang untuk menyelesaikan perbedaan dalam waktu sesingkat itu sangat kecil. 

“Dari pengalaman sebelumnya, proses semacam ini biasanya memakan waktu bertahun-tahun,” tulis Hans dalam pernyataannya, Senin, 9 Juni 2025.

Kondisi ini diperparah oleh sikap hati-hati bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang dipicu oleh data ketenagakerjaan yang lebih solid dari perkiraan. Dengan inflasi yang belum sepenuhnya terkendali, keputusan The Fed soal suku bunga kemungkinan baru akan diambil paling cepat September. 

Di sisi lain, Eropa justru menunjukkan arah sebaliknya. Inflasi di kawasan Euro turun di bawah ambang 2 persen dan European Central Bank (ECB) telah memangkas suku bunga. 

Namun, komentar bernada hawkish dari Presiden ECB Christine Lagarde, justru menyurutkan harapan adanya pemangkasan lanjutan dalam waktu dekat.

Sementara itu, pembicaraan antara Presiden Tiongkok Xi Jinping dan mantan Presiden AS Donald Trump dikabarkan berlangsung cukup baik, meski isu-isu krusial belum menemukan titik terang. Pertemuan lanjutan masih dibutuhkan untuk menjawab sejumlah pertanyaan besar.

Di tengah perkembangan ini, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Indonesia termasuk dalam daftar negara yang terdampak, seiring tekanan ekonomi akibat tarif yang dikenakan AS terhadap berbagai negara mitra dagangnya.

Namun, ada sisi terang dari semua itu. Ketika investor global mulai mengalihkan perhatian dari aset-aset AS, pasar negara berkembang seperti Indonesia justru mendapatkan aliran modal baru. Rupiah pun menunjukkan penguatan, menandakan minat investor yang mulai beralih ke emerging markets.

Meski begitu, Hans mengingatkan bahwa pertumbuhan pasar keuangan tidak cukup hanya mengandalkan sentimen eksternal. Peran pemerintah tetap vital, khususnya dalam menjaga disiplin anggaran dan mendorong iklim investasi domestik yang sehat. 

"Itulah yang bisa menopang pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan," ujarnya.

Prediksi Rentang Gerak IHSG

Pekan ini, pelaku pasar juga akan mencermati data inflasi konsumen Amerika Serikat. Jika inflasi naik, maka ekspektasi penurunan suku bunga akan meredup, dan pasar global bisa kembali bergejolak. 

Dalam kondisi seperti ini, Hans memperkirakan IHSG akan bergerak dalam fase konsolidasi, dengan area support di kisaran 6.811 hingga 7.000, dan resistance di rentang 7.240 hingga 7.300.

Bila ditarik ke belakang, IHSG memang telah mengalami fluktuasi yang signifikan. Sejak akhir Desember 2024, indeks ini naik dari 7.079 ke 7.113, sebuah kenaikan tipis sebesar 0,5 persen secara year to date (YtD). 

Namun, bila dilihat dalam rentang waktu tiga bulan terakhir, IHSG mencatat kenaikan impresif sebesar 11,5 persen, dari 6.380 menjadi 7.113. Dalam sebulan terakhir, indeks juga naik 4,4 persen. Namun seminggu terakhir, IHSG sempat terkoreksi 0,9 persen, turun dari 7.175 ke 7.113.

Secara keseluruhan, pergerakan IHSG masih menunjukkan daya tahan meski tantangan eksternal masih membayangi. 

Konsolidasi yang terjadi bisa menjadi fase penguatan bila didukung stabilitas kebijakan dan kepastian arah ekonomi global. Bagi investor, menjaga kewaspadaan dan terus mengikuti perkembangan global tetap menjadi kunci utama dalam menyikapi dinamika pasar ke depan.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79