Logo
>

IHSG Boleh Rebound: Kiwoom Sekuritas Berikan Catatan Penting

Indeks sempat menyentuh area konsolidasi di kisaran 6.750, bahkan mencapai titik terendah di 6.745, sebelum akhirnya berbalik arah.

Ditulis oleh Yunila Wati
IHSG Boleh Rebound: Kiwoom Sekuritas Berikan Catatan Penting
Hall Bursa Efek Indonesia (BEI). (Foto: KabarBursa/Hutama Prayoga)

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya mencatatkan penguatan setelah sempat tertekan beberapa hari terakhir. 

Penguatan ini muncul tak lama setelah muncul kabar bahwa Iran dan Israel diklaim menyepakati gencatan senjata sementara. Gencatan senjatan ini merupakan sebuah pernyataan yang pertama kali disampaikan lewat unggahan Donald Trump di media sosial. 

Meskipun belum dikonfirmasi resmi oleh kedua negara, sentimen tersebut cukup untuk memberi angin segar bagi pasar.

Secara teknikal, penguatan IHSG hari ini memang sejalan dengan pola yang terbentuk sebelumnya. Indeks sempat menyentuh area konsolidasi di kisaran 6.750, bahkan mencapai titik terendah di 6.745, sebelum akhirnya berbalik arah. 

Ini menjadi semacam validasi bahwa support yang dipetakan oleh banyak analis masih cukup kuat. Selain itu, celah harga (gap) yang terbuka di sekitar level 6.880 kini juga sudah tertutup, menandakan tercapainya target kenaikan jangka pendek pertama.

Namun demikian, pelaku pasar disarankan tetap berhati-hati. Dalam catatan riset Kiwoom Sekuritas, disebutkan bahwa pergerakan saat ini belum tentu menandai berakhirnya tekanan pasar. 

Dengan kondisi geopolitik yang belum sepenuhnya stabil, reli yang terjadi saat ini lebih bersifat spekulatif ketimbang perubahan tren yang utuh. 

"Dunia tidak akan langsung membaik hanya karena satu tweet," demikian peringatan halus dari tim riset Kiwoom, dikutip Selasa, 24 Juni 2025.

Untuk saat ini, peluang speculative buy masih terbuka, terutama bagi investor jangka pendek yang siap menghadapi volatilitas. Tapi ruang kenaikan dinilai terbatas. 

IHSG diperkirakan akan menghadapi resistance kuat di level 7.000–7.010 dan 7.050–7.100. Jika tidak mampu menembus area ini dengan dukungan volume dan sentimen yang kuat, potensi konsolidasi atau koreksi kembali bisa terjadi.

Sementara itu, batas bawah atau support berada di level 6.840, serta 6.750–6.710. Zona ini kini menjadi penopang penting bagi IHSG. Jika kembali ditembus, tekanan lanjutan bukan tak mungkin terjadi.

Di tengah situasi pasar yang masih rentan terhadap sentimen luar, investor disarankan untuk tetap disiplin, tidak terburu-buru mengambil posisi besar, dan terus mencermati perkembangan isu geopolitik yang sewaktu-waktu bisa kembali mengguncang pasar. 

Rebound kali ini sah, tapi belum tentu menjadi sinyal akhir dari perjalanan volatil yang masih mungkin berlanjut.

Kurs Rupiah Ikut Terdongkrak

Nilai tukar rupiah akhirnya mencatat penguatan tajam pada perdagangan Selasa sore, 24 Juni 2025, menyusul kabar gencatan senjata antara Iran dan Israel yang dikonfirmasi oleh kedua belah pihak. 

Meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah ini menjadi pemicu utama penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, yang dalam beberapa pekan terakhir sempat melambung akibat kekhawatiran akan konflik berkepanjangan.

Mengacu pada data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup di level Rp16.353 per dolar AS. Angka ini menguat 139 poin atau sekitar 0,84 persen dibandingkan posisi penutupan sebelumnya di Rp16.492 per dolar. 

Ini menjadi salah satu penguatan harian terbesar dalam beberapa waktu terakhir dan menjadi sinyal positif bagi pasar domestik yang sempat dilanda ketidakpastian.

Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pelemahan indeks dolar AS turut memperkuat posisi rupiah hari ini.

 Faktor utamanya adalah kabar gencatan senjata yang diumumkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump, yang menyebut bahwa Iran dan Israel telah menyetujui penghentian konflik. Menurut Trump, gencatan senjata penuh akan mulai berlaku dalam 24 jam ke depan jika kedua pihak tetap mematuhi kesepakatan.

Pasar menyambut positif kabar ini, terutama karena kekhawatiran sebelumnya berfokus pada potensi terganggunya jalur distribusi minyak global di Selat Hormuz, jalur laut strategis yang dilintasi sekitar 20 persen pasokan minyak dunia setiap harinya. 

Ketegangan di kawasan tersebut sempat mendorong harga minyak dan memperkuat dolar sebagai aset lindung nilai. Namun dengan adanya konfirmasi gencatan senjata, tekanan itu perlahan mereda.

Selain faktor geopolitik, rupiah juga mendapat dorongan dari arah kebijakan moneter global. Gubernur The Fed, Michelle Bowman, dalam pernyataannya memberikan sinyal kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat, bahkan secepatnya Juli. 

Ia menyebut tekanan inflasi di AS mulai menurun, membuka ruang bagi pelonggaran kebijakan. Pasar kini menanti pernyataan lanjutan dari Ketua The Fed Jerome Powell yang akan bersaksi di hadapan Kongres AS, pidato yang diprediksi akan menjadi panduan arah suku bunga ke depan.

Dengan dua sentimen utama, yaitu meredanya konflik Iran-Israel dan kemungkinan perubahan sikap The Fed, rupiah mendapatkan ruang untuk menguat. 

Namun pelaku pasar tetap perlu berhati-hati, karena ketidakpastian global belum benar-benar hilang. Untuk saat ini, setidaknya pasar bisa bernapas sedikit lebih lega.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79