Logo
>

IHSG Cetak Rekor, Reli Saham dan Obligasi Indonesia Berlanjut

Ditulis oleh Syahrianto
IHSG Cetak Rekor, Reli Saham dan Obligasi Indonesia Berlanjut

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Reli harga saham dan obligasi di pasar keuangan Indonesia terus berlanjut pada Selasa, 20 Agustus 2024, dengan investor yang semakin gencar memasuki pasar surat utang negara, didorong oleh harapan yang semakin meningkat akan penurunan suku bunga global, yang berpotensi memberikan Bank Indonesia ruang untuk memulai pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat.

    Pasar saham juga tidak luput dari minat investor, yang semakin optimis di tengah sentimen bullish di pasar global, terutama setelah ekspektasi terjadinya resesi di Amerika Serikat (AS) mulai mereda.

    Tingginya minat investor ini telah memperkuat nilai tukar rupiah sejak pagi, menjadikannya mata uang dengan penguatan terbesar di pasar Asia pada posisi Rp15.478/USDsiang ini.

    Berdasarkan data realtime dari BloombergEconomics, yield SBN untuk semua tenor menunjukkan penurunan. Penurunan yield ini mengindikasikan adanya permintaan beli yang mendorong kenaikan harga obligasi.

    Yield SBN dengan tenor 5 tahun turun 3 bps ke 6,506 persen, disusul oleh tenor 10 tahun yang turun 2,8 bps ke 6,657 persen, sementara tenor 2 tahun turun 1 bps ke 6,519 persen pada pukul 13:56 WIB.

    Pasar saham juga aktif dengan aksi beli investor. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di 7.533,23, naik 0,9 persen dibandingkan hari sebelumnya.

    Kondisi bullish tidak hanya terjadi di Indonesia, hampir semua pasar negara berkembang kini menikmati aliran modal global yang deras. Meningkatnya ekspektasi terkait arah kebijakan suku bunga The Fed, menjelang pidato Gubernur The Fed Jerome Powell pada hari Jumat di Jackson Hole, membuat banyak investor meninggalkan dolar AS.

    Indeks dolar AS siang ini berada di kisaran 101,9 setelah ditutup melemah 0,6 persen tadi malam.

    "Investor global mengambil posisi short terhadap dolar AS karena mereka memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga secara agresif pada tahun 2024, dengan perkiraan tiga hingga empat kali penurunan masing-masing 25 bps, dan pada semester pertama 2025 sebanyak 100 bps, sehingga suku bunga The Fed diperkirakan akan mencapai 3,50-3,75 persen pada Juni 2025," ungkap Lionel Priyadi dan Nanda Rahmawati, tim analis Mega Capital Sekuritas dalam catatannya pagi ini.

    Lelang SUN

    Antusiasme di pasar modal domestik, khususnya di pasar surat utang, tampaknya juga didorong oleh pelaksanaan lelang di pasar primer SBN yang digelar sejak pagi hingga siang tadi.

    Dalam lelang SUN hari ini, pemerintah menawarkan seri baru yaitu FR104 yang memiliki jatuh tempo pada 15 Juli 2030. Seri ini menjadi fokus perhatian investor karena diharapkan menjadi acuan baru untuk SBN bertenor lima tahun, yang telah mengalami kenaikan harga dalam beberapa hari terakhir.

    Selain itu, lelang hari ini juga menawarkan seri SPN baru, yakni SPN03241120, surat utang negara berjangka pendek yang akan jatuh tempo pada November mendatang.

    Investor asing telah mencatatkan pembelian yang signifikan dengan total nilai mencapai setidaknya USD1,1 miliar atau sekitar Rp15,47 triliun hanya pada bulan Agustus, berdasarkan data Kementerian Keuangan yang dikompilasi oleh BloombergNews. Akibatnya, nilai net sell yang dibukukan oleh investor asing sejak awal tahun ini telah berkurang secara signifikan, tersisa hanya USD13 juta.

    Arus masuk modal asing yang kuat ke pasar surat utang telah menekan imbal hasil SBN ke level terendah sejak April, dengan yield tenor 10 tahun mencapai 6,69 persen.

    "Aset-aset di pasar negara berkembang menikmati manfaat ganda, yaitu pelemahan dolar AS dan penurunan suku bunga AS secara signifikan. Obligasi Indonesia, yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi dan dengan Bank Indonesia yang cenderung lebih dovish, akan menjadi salah satu yang paling diuntungkan dalam situasi ini," kata Eugene Leow, Strategis Obligasi di DBS Bank Singapura, dikutip dari BloombergNews.

    Investor asing tidak hanya memusatkan perhatian mereka pada pasar Indonesia. Pasar keuangan di Korea Selatan, India, Thailand, Malaysia, dan Filipina juga mengalami lonjakan arus modal global.

    Menurut data yang dikompilasi oleh BloombergEconomic, investor asing membeli obligasi yang tercatat di bursa Korea senilai USD922,7 juta pada 16 Agustus lalu.

    Di India, modal global membeli surat utang senilai USD54,8 juta pada Jumat lalu, melanjutkan tren pembelian selama tujuh hari berturut-turut. Sementara itu, saham di bursa India juga diborong oleh investor asing dengan total nilai mencapai USD142,5 juta.

    Di Thailand, investor asing membeli obligasi senilai USD148 juta pada 19 Agustus lalu. Di Malaysia, investor asing membeli saham senilai USD131,2 juta pada hari yang sama, pembelian terbesar sejak 17 Maret 2017 dan melanjutkan tren pembelian selama lima hari berturut-turut.

    Di Filipina, modal global membeli saham di bursa lokal senilai USD24,8 juta pada 19 Agustus, yang merupakan nilai tertinggi sejak pertengahan Mei, serta mencatatkan delapan hari berturut-turut pembelian tanpa henti.

    Di Indonesia, investor global mencatatkan pembelian surat utang senilai USD165,7 juta pada 15 Agustus, yang merupakan reli pembelian selama enam hari berturut-turut. Di bursa saham, investor asing membeli saham senilai USD38,5 juta pada 19 Agustus, menandai reli pembelian oleh investor asing selama sembilan hari berturut-turut. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.