Hasil perdagangan menunjukkan dominasi saham yang menghijau dengan 234 emiten menguat, sementara 323 emiten mengalami penurunan dan 247 emiten mencatatkan pergerakan harga yang stabil.
Meski IHSG melaju di zona hijau, pergerakan indeks tidak terlepas dari fluktuasi harga di beberapa sektor. Level tertinggi IHSG sementara tercatat di angka 7.220, sedangkan level terendah berada di 7.177, dengan IHSG konsisten bertahan positif di sepanjang sesi pertama.
Di sektor-sektor yang menguat, sektor kesehatan mengalami kenaikan signifikan sebesar 0,48 persen, mendorongnya ke level 1.395. Sektor konsumer non-primer juga memperlihatkan penguatan yang stabil sebesar 0,62 persen, bergerak menuju level 702. Sektor keuangan naik 0,54 persen menjadi 1.424.
Kenaikan juga tercatat pada sektor bahan baku, yang menguat 0,3 persen menjadi 1.249, sektor teknologi yang naik tipis 0,1 persen ke level 4.268, serta sektor energi yang mengalami kenaikan 0,32 persen ke level 2.884.
Namun, tekanan datang dari lima sektor yang tercatat melemah. Sektor industri mengalami penurunan tipis sebesar 0,12 persen, diperdagangkan di level 981. Diikuti oleh sektor transportasi yang melemah 0,52 persen menjadi 1.273.
Sektor infrastruktur juga mengalami penurunan ringan sebesar 0,13 persen menjadi 1.476, sementara sektor properti dan sektor konsumer primer tercatat turun lebih dalam dengan masing-masing mengalami penurunan 0,75 persen dan 0,27 persen, berakhir pada level 785 dan 821.
Tingkat aktivitas pasar semakin terlihat jelas dari data transaksi tertinggi yang tercatat di antara emiten-emiten besar. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mendominasi dengan nilai transaksi mencapai Rp843,14 miliar, diikuti oleh PT Petrosea Tbk (PTRO) yang mencapai Rp666,96 miliar.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga menarik perhatian dengan transaksi senilai Rp625,29 miliar, sementara PT Chandra Duta Karya Tbk (CBDK) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) masing-masing tercatat transaksi Rp424,85 miliar dan Rp309,69 miliar.
Secara keseluruhan, meski pasar diwarnai perbedaan performa antar sektor, IHSG terus mempertahankan momentum positifnya, dengan investor mengamati pergerakan berbagai sektor dan saham-saham besar sebagai kunci sentimen perdagangan hari itu.
Meskipun adanya penurunan pada beberapa sektor, penguatan di sektor-sektor kunci dan emiten besar menunjukkan bahwa investor tetap percaya pada prospek jangka panjang pasar saham Indonesia.
Rupiah Menguat 32 Poin
Hal serupa terjadi pada pergerakan mata uang rupiah. Hari ini, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tercatat mengalami penguatan, mencapai level Rp16.335 per dolar AS. Ini menandai penguatan sebesar 32 poin atau sekitar 0,20 persen dibandingkan dengan posisi pada hari sebelumnya, yang tercatat di Rp16.367 per dolar AS.
Penguatan rupiah ini sebagian besar dipicu oleh sentimen pasar yang positif setelah pidato pelantikan Presiden Donald Trump, di mana ia memberikan sinyal bahwa kebijakan perdagangan yang lebih ketat, khususnya mengenai tarif impor, tidak akan diberlakukan dalam waktu dekat. Langkah ini diharapkan dapat meredam risiko inflasi yang selama ini dikhawatirkan pasar.
Chief Economist dan Head of Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto, dalam riset tertulisnya hari ini, menjelaskan bahwa dampak dari pidato Trump tersebut dapat terlihat dalam penurunan indeks dolar AS (DXY), yang berakhir di level 108,1, terendah sejak akhir Desember 2024.
Penurunan tersebut diiringi dengan optimisme pasar terkait dengan tidak adanya pengumuman kenaikan tarif perdagangan yang dapat menambah tekanan inflasi, terutama terhadap barang-barang impor asal China.
Pergerakan ini seiring dengan meredanya kekhawatiran sebelumnya bahwa kebijakan proteksionis Trump akan menambah beban inflasi. Malahan, pidato tersebut memberi harapan terhadap kebijakan ekonomi yang lebih ramah bisnis, mengindikasikan keberlanjutan kondisi yang lebih stabil dalam jangka pendek.
Dengan dolar AS yang melemah, mata uang kripto, seperti Bitcoin, pun mengalami kenaikan, menembus level tertinggi di atas USD109,0. Ini merupakan sebuah fenomena yang mengindikasikan respons positif terhadap kebijakan yang berpihak pada pasar aset digital.
Selain itu, harga minyak mentah jenis Brent juga tercatat melemah kembali di bawah USD80 per barel, seiring dengan pengumuman Trump yang menginisiasi "darurat energi nasional" dan menargetkan peningkatan produksi minyak domestik.
Meski sektor energi menghadapi tantangan, pasar saham Eropa merespons positif pidato Trump, tercermin dari penguatan Euro.
Secara keseluruhan, pelemahan dolar AS saat ini memberikan sinyal positif bagi ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Rully menilai tren pelemahan dolar ini memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga kebijakan, yang pada gilirannya akan berdampak positif pada pasar saham, khususnya saham perbankan.
Ekspektasi pasar akan pengurangan suku bunga semakin kuat setelah Trump menyampaikan komitmennya untuk mengatasi inflasi tanpa membebani perekonomian global lebih lanjut.
Dalam konteks tersebut, penguatan rupiah ini bukan hanya mencerminkan perbaikan sentimen terhadap kebijakan AS, tetapi juga menawarkan peluang bagi investor untuk mengoptimalkan posisi mereka di pasar saham Indonesia yang diharapkan akan kembali menunjukkan pertumbuhan positif ke depannya.(*)