KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Rabu, 25 Juni 2025, di zona merah setelah terkoreksi 0,54 persen ke level 6.832.
Penurunan ini juga disertai tekanan jual yang cukup merata di berbagai sektor. Area koreksi yang sebelumnya diprediksi oleh analis pun telah tercapai, memperkuat sinyal bahwa pasar masih berada dalam fase pelemahan jangka pendek.
Dari sudut pandang teknikal, IHSG diperkirakan sedang berada di fase wave [b] dalam struktur wave B. Artinya, masih terbuka kemungkinan indeks melanjutkan pelemahannya dalam beberapa hari ke depan.
Dalam waktu dekat, indeks diperkirakan akan menguji zona support di kisaran 6.783–6.813. Namun, jika tekanan jual masih berlanjut, tidak menutup kemungkinan IHSG akan tertekan hingga ke rentang 6.561–6.721.
Level-level support penting ada di 6.752 dan 6.632, sementara resistance terdekat berada di 6.914 dan 6.994.
Saham-saham Pilihan: Menunggu di Area Buy on Weakness
Seiring koreksi indeks, beberapa saham unggulan juga mulai masuk ke zona beli teknikal, terutama bagi investor yang mengadopsi strategi buy on weakness.
Saham Bank Negara Indonesia (BBNI) ditutup melemah 0,72 persen ke Rp4.110. Sentimen pasar yang masih cenderung defensif turut menyeret saham ini lebih rendah.
Namun, secara teknikal BBNI diperkirakan tengah berada dalam fase akhir wave (c) dari wave [b], yang berarti koreksi bisa mendekati selesai.
Area beli ideal berada di kisaran Rp3.810–Rp3.970, dengan target kenaikan di Rp4.280 dan Rp4.550. Sementara itu, level stop loss disarankan dijaga di bawah Rp3.720.
Saham properti BKSL terkoreksi lebih dalam, anjlok 6,57 persen ke Rp128. Meski tekanan jual terlihat dominan, fase teknikal saat ini diperkirakan berada di wave 4 dari wave (C), yang membuka peluang pembalikan arah jika sentimen pasar membaik. Investor disarankan mencermati area Rp109–Rp123 sebagai potensi akumulasi, dengan target kenaikan di Rp150 dan Rp162. Batas risiko sebaiknya dijaga di bawah Rp96.
PANI, saham emiten properti yang belakangan mencuri perhatian, ikut terkoreksi 3,39 persen ke Rp11.400. Namun, tekanan ini dipandang sebagai bagian awal dari wave (c) dalam pola wave [y], yang biasanya bersifat korektif terbatas.
Bagi investor yang agresif, PANI bisa mulai dicermati di kisaran Rp11.075–Rp11.300, dengan potensi rebound menuju Rp12.200 hingga Rp13.075. Risiko perlu dijaga ketat di bawah Rp10.800.
Sementara itu, ULTJ menjadi salah satu saham yang bergerak berlawanan dengan arah indeks. Saham emiten minuman ini justru menguat 3,46 persen ke Rp1.345, didukung lonjakan volume beli yang signifikan.
Meski penguatannya belum mampu menembus resistance MA60, sinyal teknikal menunjukkan ULTJ tengah berada di awal wave (A) dari wave [B].
Area beli yang menarik berada di kisaran Rp1.310–Rp1.335, dengan target jangka pendek di Rp1.395 hingga Rp1.475. Stop loss disarankan ditempatkan di bawah Rp1.285.
Waspada tapi Tetap Selektif
Tekanan yang terjadi di IHSG maupun saham-saham unggulan menandakan pasar masih dalam fase konsolidasi. Namun, bukan berarti tidak ada peluang. Beberapa saham kini masuk ke zona akumulasi yang menarik, terutama bagi investor yang siap mengambil risiko jangka pendek dengan pendekatan teknikal.
Yang terpenting, tetap disiplin pada strategi, perhatikan batas risiko, dan jangan terburu-buru masuk pasar sebelum sinyal pembalikan arah benar-benar terkonfirmasi. Pasar masih rentan bergerak liar dalam waktu dekat, dan kehati-hatian tetap jadi kunci utama.(*)