KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,65 persen di awal perdagangan Rabu, 4 September 2024. Pagi ini, IHSG melemah 49 poin ke level 7.567, melanjutkan pelemahan 1,01 persen di penutupan kemarin. Pada Selasa, 3 September sore level tertinggi sementara hingga periode itu adalah 7.616 dan terendah di level 7.546 di zona merah.
Ada 71 emiten bergerak menguat, 298 emiten melemah dan 180 emiten stagnan. Sementara itu, lima emiten menjadi top gainers, yaitu:
- BINO 32,08 persen
- INTD 27,87 persen
- DNET 18,88 persen
- INRU 15,04 persen
- KIOS 8 persen
Sedangkan yang menjadi top losers adalah AKSI -8,33 persen, CARE -4,26 persen, BABP -4,23 persen, TOTL -4,03 persen, dan ESSA -3,47 persen.
Pergerakan Sektor Pasar Saham
Hari ini, delapan sektor mencatatkan penguatan, sementara tiga sektor lainnya juga ikut menguat, meskipun dengan persentase yang lebih kecil. Sektor kesehatan naik 0,23 persen menjadi 1.472, sektor konsumer primer meningkat 0,1 persen ke level 879, dan sektor keuangan juga naik tipis 0,1 persen menjadi 1.477.
Namun, tidak semua sektor mengalami penguatan. Sektor bahan baku mengalami penurunan terbesar dengan koreksi 1,21 persen ke level 1.327, diikuti oleh sektor infrastruktur yang melemah 0,56 persen menjadi 1.612. Sektor teknologi turun 0,47 persen menjadi 3.269, sementara sektor transportasi tertekan 0,97 persen ke level 1.442. Sektor konsumer non-primer melemah 0,52 persen ke level 708, sektor industri turun 0,62 persen menjadi 1.079, sektor energi merosot 1,28 persen ke level 2.633, dan sektor properti turun 0,93 persen menjadi 708.
Di sisi lain, lima emiten mencatatkan nilai transaksi tertinggi sejauh ini. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memimpin dengan transaksi sebesar Rp81,58 miliar, diikuti oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan Rp57,76 miliar, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp43,85 miliar, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebesar Rp33,18 miliar, dan PT Astra International Tbk (ASII) dengan nilai transaksi Rp25,38 miliar.
Rupiah Menguat Tipis
Pada pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka dengan penguatan tipis, seiring dengan penurunan indeks dolar AS. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah diperdagangkan pada posisi Rp15.505 per dolar AS pada Rabu pagi, 4 September 2024, menguat sebesar 0,1 persen dari penutupan hari sebelumnya.
Sementara itu, indeks harga dolar AS (DXY) pagi ini berada di level 101,68, turun 0,15 persen dari penutupan sebelumnya. Penguatan tipis rupiah ini terjadi seiring dengan kontraksi yang tercatat pada data PMI manufaktur AS, yang mengindikasikan dampak dari suku bunga tinggi mulai dirasakan. Hal ini meningkatkan probabilitas pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed dalam waktu dekat.
Manufaktur AS mengalami kontraksi untuk kelima kalinya berturut-turut pada Agustus 2024, dengan PMI Manufaktur berada di level 47,2 persen. Meskipun ada sedikit kenaikan dari bulan sebelumnya, angka ini masih mencerminkan pelemahan aktivitas ekonomi di sektor manufaktur, yang dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga The Fed serta permintaan global, termasuk dampaknya terhadap ekonomi Indonesia.
Selain itu, pasar juga mengamati rilis data ekonomi penting lainnya, seperti neraca perdagangan AS dan PMI Jasa Umum Caixin China, yang juga dirilis hari ini. Neraca perdagangan AS menunjukkan defisit yang menyempit pada Juli 2024, sementara PMI China mencatat pertumbuhan di sektor jasa.
Kedua data ini memberikan pandangan tentang kondisi perdagangan global yang bisa berdampak pada perekonomian Indonesia, termasuk nilai tukar rupiah, mengingat Amerika Serikat dan China adalah mitra dagang terbesar Indonesia.
Nanang Wahyudin, Koordinator Riset & Pendidikan di Valbury Asia Futures, menyoroti bahwa tekanan terhadap nilai tukar rupiah kali ini dipicu oleh data ekonomi dalam negeri yang kurang menggembirakan, terutama dari sektor manufaktur. Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia menunjukkan kontraksi selama dua bulan berturut-turut, dengan angka 49,3 pada Juli dan 48,9 pada Agustus. Angka ini merupakan yang terendah sejak Agustus 2021.
"Penurunan PMI Manufaktur ini memicu kekhawatiran, karena sektor manufaktur memiliki peran penting dalam perekonomian serta penyerapan tenaga kerja. Kondisi ini juga bisa menjadi noda dalam catatan kinerja Presiden Joko Widodo menjelang akhir masa jabatannya pada Oktober mendatang," ujar Nanang, dalam pernyataannya pada Rabu, 4 September 2024.
Di sisi lain, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebutkan, meski rupiah tertekan, pelemahannya cenderung terbatas berkat permintaan investor yang kuat dalam lelang surat utang negara (SUN), yang mencatatkan total penawaran masuk sebesar Rp 45,48 triliun.
Namun, Josua memperkirakan, hari ini Rabu 4 September 2024, rupiah masih akan dibayangi pelemahan. Hal ini disebabkan oleh data ISM manufacturing PMI Amerika Serikat yang dirilis pada malam nanti, yang diperkirakan menunjukkan perbaikan setelah empat bulan berturut-turut berada dalam kontraksi.
“Potensi pemulihan indikator manufaktur AS ini bisa mengurangi peluang The Fed untuk memotong suku bunga secara agresif di akhir tahun,” kata Josua.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.