KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Kamis, 24 April 2025, naik 36,69 poin atau 0,55 persen ke level 6.671,07. Sepanjang sesi, indeks menyentuh level tertinggi di 6.671,07 dan bergerak pada level terendah 6.634,38.
Total volume transaksi di semua pasar tercatat sebanyak 1,77 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp238,83 miliar dari 15.480 kali transaksi.
Berikut lima saham teratas yang menduduki tp gainers. Saham-saham yang mencatat kenaikan tertinggi dipimpin oleh PT Gema Grahasarana Tbk kode saham GEMA dari sektor barang konsumen siklikal yang melesat 12,04 persen ke harga Rp121 per saham. Disusul oleh PT Agro Bahari Nusantara Tbk kode saham UDNG dari sektor bahan baku yang naik 9,46 persen ke Rp162, serta PT Indonesia Pondasi Raya Tbk kode saham IDPR dari sektor infrastruktur yang menguat 8,93 persen ke Rp183.
Kenaikan juga terjadi pada PT Falmaco Nonwoven Industri Tbk kode saham FLMC dari sektor kesehatan yang naik 8,82 persen ke Rp37 dan PT Chitose Internasional Tbk kode saham CINT dari sektor barang konsumen siklikal yang naik 8,18 persen ke Rp238.
Di sisi lain, ada sejumlah saham yang mengalami pelemahan dan masuk top losers. Pelemahan terbesar terjadi pada PT Wira Global Solusi Tbk kode saham WGSH dari sektor teknologi yang turun 9,74 persen ke Rp176. Saham PT NET Media Teknologi Tbk kode saham NETV dari sektor teknologi juga terkoreksi 7,63 persen ke Rp218. Penurunan signifikan juga dialami oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk kode saham BNGA dari sektor keuangan yang turun 7,55 persen ke Rp1.715, serta PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk kode saham PJAA dari sektor infrastruktur yang melemah 5,14 persen ke Rp498.
Secara sektoral, penguatan dipimpin oleh sektor energi yang naik 0,90 persen, disusul oleh sektor bahan baku yang menguat 0,70 persen dan sektor non-siklikal yang naik 0,41 persen. Sementara sektor teknologi dan keuangan masing-masing mencatat kenaikan moderat sebesar 0,37 persen dan 0,50 persen. Seluruh sektor utama berada di zona hijau pada awal perdagangan hari ini, mencerminkan sentimen positif pelaku pasar.
Ada setidaknya 282 saham mengalami penguatan, 121 saham melemah dan 200 saham stagnan pada perdagangan pagi hari ini.
Jaya Ancol Jeblok, Analis Sarankan Jual
Analisis teknikal saham PJAA per 24 April 2025 pukul 02:24 GMT menunjukkan kecenderungan kuat terhadap tekanan jual. Berdasarkan penggabungan indikator teknikal dan rata-rata pergerakan harga, keseluruhan sinyal pasar mengindikasikan tren negatif yang cukup dominan dalam jangka pendek hingga menengah.
Dari indikator teknikal, terdapat total tujuh indikator aktif, di mana lima di antaranya menunjukkan sinyal jual, dua menunjukkan sinyal beli, dan tidak ada sinyal netral. Relative Strength Index (RSI) berada di angka 38,922, menunjukkan bahwa saham sedang bergerak menuju wilayah jenuh jual.
Stochastic RSI (14) bahkan menunjukkan nilai nol, menandakan kondisi jenuh jual yang ekstrem. Indikator Williams %R dan CCI (14) masing-masing berada di -88,235 dan -380,4314, memperkuat sinyal tekanan jual berlebih.
Di sisi lain, hanya indikator Stochastic (9,6) dan MACD (12,26) yang masih memberikan sinyal beli, menunjukkan potensi pembalikan yang masih sangat terbatas.
Dari sisi Average Directional Index (ADX), nilai yang tercatat sebesar 23,976 menandakan tren yang relatif lemah namun tetap condong ke arah penurunan. Indikator ATR (14) menunjukkan angka 13,0714 yang merefleksikan tingkat volatilitas rendah, mengindikasikan bahwa pergerakan harga saat ini berlangsung dalam rentang yang sempit.
Moving average secara keseluruhan memperlihatkan tekanan jual yang menyeluruh. Baik metode sederhana maupun eksponensial untuk seluruh rentang MA yang diamati—MA5, MA10, MA20, MA50, MA100, dan MA200—seluruhnya memberikan sinyal jual. Ini menandakan bahwa harga saham saat ini berada di bawah semua rata-rata pergerakan tersebut, yang umumnya menjadi pertanda tren penurunan yang konsisten. Tidak ditemukan satu pun sinyal beli dari sisi moving average, baik jangka pendek maupun panjang.
Analisis pivot points pada seluruh metode—klasik, Fibonacci, Camarilla, Woodie’s, dan DeMark’s—menunjukkan angka pivot tetap di level 525. Tidak terdapat variasi dalam level support maupun resistance, yang mengindikasikan bahwa harga bergerak stagnan pada titik pivot dan belum menunjukkan arah baru yang tegas berdasarkan metode ini.
Secara keseluruhan, gabungan data teknikal saat ini memberikan gambaran bahwa saham PJAA tengah berada dalam fase tekanan jual yang kuat. Mayoritas indikator menunjukkan sinyal bearish yang konsisten, serta minimnya sinyal beli dan tidak adanya sinyal netral.
Rata-rata harga yang berada di bawah semua garis moving average memperkuat sinyal bahwa tren penurunan masih berlangsung, dengan momentum yang saat ini belum menunjukkan tanda pembalikan yang berarti.
Evaluasi lebih lanjut akan sangat bergantung pada pergerakan harga dalam beberapa sesi mendatang dan bagaimana respons pasar terhadap level-level teknikal utama yang teridentifikasi.
Rugi Bersih Naik
PJAA, emiten pengelola kawasan rekreasi ikonik di ibu kota, membukukan rugi bersih sebesar Rp11,3 miliar pada kuartal pertama 2025. Angka ini berbalik dari posisi laba bersih Rp12,7 miliar yang berhasil dicetak pada periode sama tahun sebelumnya.
Merujuk laporan keuangan konsolidasian yang dirilis perusahaan, penurunan kinerja utamanya disebabkan oleh merosotnya pendapatan usaha yang hanya mencapai Rp210,8 miliar, turun 17,5 persen dari Rp255,7 miliar pada kuartal I-2024. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan biaya serta beban usaha lainnya.
Meski beban pokok pendapatan dan beban langsung sedikit turun menjadi Rp136,6 miliar (dari Rp143,1 miliar tahun lalu), laba bruto Jaya Ancol tetap menyusut tajam menjadi Rp74,2 miliar dari Rp112,5 miliar.
Di sisi lain, total beban usaha yang terdiri dari beban umum dan administrasi serta beban penjualan tercatat Rp65,7 miliar, hanya sedikit turun dari Rp63,3 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Sementara beban keuangan tercatat sebesar Rp19 miliar, turun dari Rp21,4 miliar.
Setelah memperhitungkan bagian laba dari entitas asosiasi dan beban keuangan, PJAA mencatat rugi sebelum pajak sebesar Rp6,84 miliar. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan sebesar Rp4,48 miliar, perusahaan akhirnya membukukan rugi bersih Rp11,3 miliar.
Rugi tersebut sebagian besar ditanggung oleh entitas induk sebesar Rp11,17 miliar, sedangkan rugi yang dapat diatribusikan kepada kepentingan nonpengendali tercatat Rp148 juta.
Dari sisi neraca, total aset Jaya Ancol per 31 Maret 2025 tercatat sebesar Rp3,61 triliun, naik tipis dari posisi akhir tahun 2024 yang sebesar Rp3,59 triliun.
Liabilitas meningkat menjadi Rp1,89 triliun dari sebelumnya Rp1,86 triliun. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban akrual dan pendapatan diterima di muka.
Namun demikian, posisi ekuitas tetap solid di Rp1,72 triliun, sedikit turun dari Rp1,73 triliun pada akhir 2024, seiring rugi bersih yang ditanggung entitas induk.
Salah satu pergeseran penting dalam struktur kewajiban jangka pendek adalah turunnya utang pajak dari Rp64,6 miliar menjadi Rp22,8 miliar. Sebaliknya, pendapatan diterima di muka dan uang muka pelanggan melonjak hampir tiga kali lipat dari Rp52,8 miliar menjadi Rp150 miliar, menandakan potensi pendapatan masa depan yang lebih kuat.(*)