KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat ke posisi 6.956 usai mengalami kenaikan 30 persen pada pembukaan perdagangan sesi I, Kamis, 8 Mei 2025.
Mengutip RTI Business, volume perdagangan pada pagi ini tercatat sebesar 657,150 juta lembar saham dibarengi nilai transaksi yakni Rp462.394 miliar.
Adapun sebanyak 218 saham terpantau menguat, 91 saham mengalami pelemahan, dan 238 saham stagnan.
Sementara itu merujuk data Stockbit, perusahaan yang baru mencatatkan saham perdananya hari ini yakni PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) memimpin daftar top gainer dengan lonjakan harga sebesar 34,85 persen ke level 178.
Disusul oleh PT Informasi Teknologi Indonesia Tbk (JATI) yang naik 18,18 persen ke harga 143. Emiten lain yang mampu mencetak kenaikan di sesi I hari ini adalah PT Indo American Seafoods Tbk (ISEA) usai mengalami pelonjalakan 17,33 persen ke level 88.
Selain itu, ada pula PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) yang naik 11,51 persen ke level 155, dan PT Agro Yasa Lestari Tbk (AYLS) yang meningkat 10,87 persen ke harga 102.
Dari sisi top loser, saham PT Paperocks Indonesia Tbk (PPRI) berada di posisi teratas setelah melemah 14,81 persen ke level 230. Diikuti PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) yang turun 14,77 persen ke harga 150.
Di posisi ketiga ada PR Harta Djaya Karya Tbk (MEJA) yang terkoreksi 8,99 persen ke 81. Dua saham lain yang juga mengalami penurunan signifikan adalah PR Asiaplast Industries Tbk (APLI) yang turun 8,68 persen dan PR Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) yang melemah 7,14 persen ke level 910.
Reliance Sekuritas memproyeksikan IHSG akan bergerak di kisaran support pada level 6,879 dan resistance pada level 6,971 dengan kecenderungan melemah.
"Secara teknikal, candle IHSG berbentuk doji, masih di atas MA5 dan MA20, namun indikator Stochastic dead cross pada area overbought. Dengan demikian, kami proyeksikan hari ini IHSG akan mengalami pelemahan," tulis Reliance dalam risetnya.
Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Apa Kabar Pasar Modal RI?
Pasar modal Indonesia dinilai tak terpengaruh oleh pertumbuhan Indonesia pada kuartal I 2025, yang tercatat sebesar 4,87 persen Year on Year (YoY).
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, pasar tidak terlalu terdampak oleh sentimen negatif dari pertumbuhan ekonomi yang baru diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
"Saya melihat sentimen faktor global masih cukup kuat. Ekonomi Amerika Serikat (AS) yang masih belum membaik, saya rasa menjadi sentimen positif untuk pasar saham Indonesia," kata Huda kepada KabarBursa.com, Rabu, 7 Mei 2025.
Huda menyebut, saat ini banyak investor asing masuk ke pasar saham Indonesia karena melihat kondisi ekonomi AS yang belum oke. Meski begitu, ia mengimbau agar investor harus tetap waspada akibat perekonomian domestik Indonesia yang bergejolak.
Adapun IHSG diproyeksikan berpotensi menembus ke level 7000-an pada kuartal II 2025. Seiring potensi penguatan ini, sejumlah saham dinilai patut dicermati para investor.
VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi, memperkirakan skenario IHSG di kuartal II 2025 berada ei level optimis 6.950 – 7.050, moderat 6.700 – 6.800 hingga 6.100 – 6.200.
"Target tersebut cenderung alami kenaikan seiring dengan beberapa sentimen positif di pasar," ujar Audi kepada KabarBursa.com dikutip, Senin, 5 Mei 2025.
Menurut ia, terdapat sejumlah sentimen yang bakal mempengaruhi pasar di kuartal II 2025. Salah satunya penguatan nilai mata uang rupiah terhadap USD.
"Cenderung berdampak positif pada sektor konsumsi, retail, properti seiring dengan normalisasi biaya impor," jelasnya.
Selain itu, Audi juga memprediksi Bank Indonesia berpotensi memangkas suku bunga acuan atau BI rate. Menurutnya, kondisi ini bisa berefek positif terhadap beberapa emiten di sektor keuangan dan properti seiring dengan penurunan cost of fund dan mendorong demand.
Sentimen terakhir ialah perbaikan kinerja pada kuartal I 2025. Kata Audi, catatan positif ini berdampak pada emiten yang mencatatkan pertumbuhan resilien, khususnya blue chip seperti perbankan dan barang baku.
Audi kemudian merekomendasikan beberapa emiten yang bisa dikoleksi investor pada kuartal II 2025. Beberapa saham dijagokan ia seperti BBCA, BBRI, hingga TLKM.
Berikut saham pilihan Kiwoom Sekuritas untuk kuartal II 2025:
- BBCA, buy TP: 9.250
- BMRI, buy TP: 5.450
- TLKM, buy TP: 2.830
- PGAS, trading buy TP: 1.820
- BRIS, buy TP: 3.190
Saham Energi dan Konsumer Jadi Sorotan
Di tengah tren positif indeks, beberapa saham mencuri perhatian investor karena pola teknikalnya yang menarik. Salah satunya adalah ELSA (PT Elnusa Tbk), yang menguat tipis 0,85 persen ke level 474. Penguatan ini disertai dengan lonjakan volume beli.
Dari sisi teknikal, ELSA dinilai tengah bergerak dalam fase akhir wave (v) dari wave [c]. Untuk investor jangka pendek, peluang buy on weakness bisa dimanfaatkan di kisaran harga 460–470, dengan target harga berada di 482 dan 490. Risiko tetap perlu dijaga, dengan stoploss ideal di bawah 456.
MAPA (PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk) juga mencatat lonjakan signifikan sebesar 7,09 persen dan ditutup di 755. Saham ini berhasil menembus garis rata-rata pergerakan 60 hari (MA60), menandakan momentum beli yang solid.
Dari sudut pandang teknikal, MAPA diperkirakan berada pada bagian wave (iii) dari wave [c], yang umumnya menandakan akselerasi tren naik. Bagi yang ingin masuk, level ideal berada di kisaran 710–745, dengan potensi target di 790 dan 815. Stoploss disarankan di bawah 695 sebagai langkah antisipasi.
PGAS (Perusahaan Gas Negara) turut mencatatkan kenaikan 0,93 persen ke 1.635. Meskipun penguatan masih tertahan oleh resistance MA20, munculnya volume beli menjadi sinyal bahwa tekanan jual mulai mereda.
Saat ini, PGAS berada di fase awal wave (c) dari wave [b] versi label hitam. Selama harga masih bertahan di atas 1.610, saham ini menarik untuk dikoleksi di kisaran 1.615–1.630. Target jangka pendek dipatok di 1.655 hingga 1.700, sementara stoploss sebaiknya dijaga di bawah 1.610.
SMGA (PT Sumber Global Energy Tbk) justru menjadi satu dari sedikit saham yang terkoreksi tajam, turun 6,85 persen ke harga 68. Meski begitu, secara teknikal, pelemahan ini diperkirakan sebagai bagian dari wave [iv] dari wave 1 dalam struktur wave (C), yang berarti ruang koreksinya relatif terbatas.
Peluang masuk bisa dipertimbangkan di kisaran 64–67, dengan target teknikal di level 74 hingga 81. Stoploss konservatif dapat dipasang di bawah 56 untuk mengantisipasi pelemahan lanjutan.
Secara keseluruhan, arah pasar tetap condong positif, namun disertai kewaspadaan tinggi. Banyak saham bergerak dalam pola teknikal yang menarik, tetapi ruang koreksi tetap terbuka.
Strategi beli saat harga melemah (buy on weakness) dan speculative buy bisa menjadi pendekatan yang relevan saat ini, dengan catatan manajemen risiko tetap dijaga ketat.
Untuk investor ritel maupun institusi, konsistensi dalam membaca tren teknikal dan mengelola risiko akan menjadi kunci, terutama menjelang sentimen global yang bisa berubah cepat.(*)