Logo
>

IHSG Dibuka Merah di 6.220, Sektor Teknologi Jadi Pemberat

IHSG dibuka melemah 0,05% ke 6.220,20, dipicu tekanan dari sektor teknologi. Analis memprediksi ada peluang rebound pada kuartal ketiga 2025.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
IHSG Dibuka Merah di 6.220, Sektor Teknologi Jadi Pemberat
Papan pantau IHSG di Bursa Efek Indonesia. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka melemah tipis pada perdagangan hari ini, Rabu, 19 Maret 2025, turun 3,19 poin atau 0,05 persen ke level 6.220,20. Sepanjang sesi awal, indeks bergerak dalam rentang terbatas dengan level tertinggi di 6.233,24 dan level terendah di 6.210,98. 

    Total volume transaksi tercatat mencapai 2,38 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp253,84 miliar dari 16.700 transaksi. 

    Pada perdagangan kemarin, Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat memberlakukan trading halt setelah IHSG anjlok lebih dari 5 persen dalam satu sesi. Indeks sempat menyentuh level terendah di 6.011,84 sebelum akhirnya ditutup melemah 3,84 persen ke level 6.223,39. 

    Langkah penghentian sementara ini dilakukan untuk meredam volatilitas pasar, seiring tekanan jual besar-besaran yang terjadi di berbagai sektor, terutama teknologi yang anjlok hampir 10 persen. Meskipun perdagangan kembali dilanjutkan, aksi jual masih mendominasi hingga akhir sesi. 

    Di tengah pelemahan IHSG, beberapa saham mencatatkan kenaikan signifikan. Saham PT Agro Bahari Nusantara Tbk atau dalam kode saham UDNG memimpin daftar top gainers dengan kenaikan 9,30 persen ke level Rp94 per saham. 

    Saham PT Cipta Perdana Lancar Tbk (CPL) turut menguat 9,00 persen ke Rp109 per saham, sementara saham PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) naik 8,82 persen ke level Rp296 per saham. 

    Saham PT Fortune Mate Indonesia Tbk (FMII) juga mencatatkan penguatan sebesar 7,76 persen ke Rp500 per saham, diikuti saham PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) yang naik 7,59 persen ke Rp85 per saham. 

    Di sisi lain, tekanan jual masih terjadi pada beberapa saham. Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) mengalami koreksi terdalam setelah turun 14,51 persen ke Rp99.000 per saham. 

    Saham PT Boston Furniture Industries Tbk (SOFA) juga melemah 9,59 persen ke Rp66 per saham, sementara saham PT Graha Prima Mentari Tbk (GPM) terkoreksi 8,96 persen ke Rp61 per saham. 

    Saham PT Nanotech Indonesia Global Tbk (NANO) turun 7,14 persen ke Rp26 per saham, sedangkan saham PT BISI International Tbk (BISI) melemah 6,36 persen ke Rp1.030 per saham. 

    Sektor teknologi menjadi pemberat utama IHSG pagi ini dengan pelemahan 7,27 persen. Sektor industri juga melemah tipis 0,22 persen, diikuti sektor kesehatan yang turun 0,14 persen serta sektor barang konsumsi non-siklikal yang terkoreksi 0,18 persen. 

    Di sisi lain, sektor energi mencatatkan kenaikan 0,38 persen, disusul sektor bahan baku yang naik 0,32 persen, sektor barang konsumsi siklikal yang menguat 0,27 persen, serta sektor properti yang naik 0,28 persen. 

    Sektor keuangan dan infrastruktur juga mencatatkan kenaikan tipis masing-masing 0,15 persen, sementara sektor transportasi melemah 0,10 persen. 

    Setelah aksi jual besar-besaran yang memicu trading halt kemarin, IHSG masih bergerak dalam rentang terbatas dengan tekanan utama dari sektor teknologi, meskipun beberapa sektor lainnya menunjukkan penguatan.

    Berpeluang Bangkit Asal Ada Langkah Konkret Pemerintah

    Meskipun masih dalam tren turun, IHSG dinilai masih memiliki peluang untuk pulih. Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, memperkirakan dalam jangka menengah, indeks bisa menguji resistance di kisaran 6.500-6.700, terutama menjelang kuartal ketiga yang diprediksi sebagai momentum rebound.

    “Jika tekanan jual berlanjut, indeks berpotensi turun lebih dalam ke level 5.900-6.000,” kata Hendra kepada KabarBursa.com, Rabu, 19 Maret 2025.

    Agar pemulihan bisa lebih cepat, ia menekankan pentingnya langkah konkret dari pemerintah dan regulator. Menurutnya, peningkatan transparansi pasar melalui pembukaan broker summary, kebijakan fiskal yang lebih longgar, serta stabilisasi nilai tukar rupiah bisa menjadi kunci untuk mengembalikan kepercayaan investor.

    “Jika langkah-langkah ini dilakukan dengan baik, investor bisa kembali percaya diri dan membawa IHSG keluar dari tekanan menuju pemulihan yang lebih kuat,” jelasnya.

    Hendra juga menyoroti bahwa pelemahan IHSG terjadi di tengah tren positif bursa regional. Ini menunjukkan bahwa tekanan terhadap pasar saham domestik lebih disebabkan oleh faktor internal ketimbang eksternal.

    Dari segi fundamental, kondisi ekonomi Indonesia sebenarnya masih cukup solid, meskipun APBN mencatat defisit Rp31,2 triliun dan pendapatan negara mengalami penurunan signifikan. Namun, beberapa sentimen negatif memperburuk situasi, termasuk kontroversi seputar revisi RUU TNI, rumor pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani, serta aksi jual besar-besaran pada saham konglomerasi seperti BREN (-11,8 persen), TPIA (-18,4 persen), dan DCII (-20 persen) yang membuat indeks semakin tertekan.

    Selain itu, aksi jual asing pada perdagangan kemarin juga cukup masif, dengan net sell mencapai Rp2,5 triliun dalam sehari. Saham big caps seperti BBCA, BMRI, dan BBRI menjadi yang paling banyak dilepas investor asing. Sebaliknya, beberapa saham seperti GOTO dan WIFI masih mencatatkan net buy.

    Di sisi global, ketidakpastian kebijakan The Fed dan pelemahan rupiah yang menembus Rp16.425 per USD turut menambah beban bagi pasar domestik. “Sementara defisit APBN yang melebar serta peningkatan NPL perbankan ke 2,17 persen juga menjadi perhatian,” kata Hendra.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".