Logo
>

IHSG Diprediksi Turun ke 6.900 pada Akhir 2025, ini Penyebabnya!

IHSG diperkirakan turun ke 6.900 akhir 2025 akibat tekanan global, namun sektor emas, perbankan, dan obligasi masih punya peluang di tengah ketidakpastian.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Diprediksi Turun ke 6.900 pada Akhir 2025, ini Penyebabnya!
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal menyentuh level 6.900 di akhir tahun 2025. Foto: Doc KabarBursa.com

KABARBURSA.COM - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal menyentuh level 6.900 di akhir tahun 2025. Prakiraan ini tidak lepas dari kondisi makroekonomi pada semester II. 

Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto menilai, kondisi makroekonomi dan pasar modal pada semester II 2025 masih akan menantang.

Faktor utamanya adalah kebijakan tarif perdagangan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang mulai berlaku pada semester II 2025.  

Rully menjelaskan, saat ini data dan peristiwa yang terjadi cukup beragam. Sebab, kata dia, di tengah derasnya sentimen negatif tarif dagang AS ternyata ada beberapa katalis positif. 

"Beberapa sentimen positif itu adalah direvisi positifnya pertumbuhan ekonomi global, pelemahan dolar AS yang membuat rupiah menguat, dan ruang pemangkasan suku bunga acuan yang melebar,” ujar Rully dalam keterangannya, Senin, 4 Agustus 2025.

Rully memprediksi Bank Indonesia masih memiliki ruang pemangkasan suku bunga atau BI rate sekali lagi sebesar 0,25 persen. Dengan begitu, dia memprakirakan sektor emas dan perbankan masih akan diuntungkan karena pemangkasan yang sudah dilakukan akan berdampak pada penurunan suku bunga perbankan.  

Dengan sentimen tersebut, Rully memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan ditutup pada 6.900 di akhir 2025.

Selain itu, instrumen obligasi juga diprediksi akan diuntungkan dari pemangkasan suku bunga tersebut karena dapat menekan imbal hasil (yield) yang mendorong kenaikan harga instrumen surat utang.  

Adapun, prediksi pertumbuhan ekonomi dunia baru direvisi naik oleh Lembaga Moneter Internasional (IMF) menjadi 3,1 persen pada 2025 dan 2026, dari prediksi masing-masing sebelumnya pada level 2,8 persen dan 3 persen.

Hal itu disebabkan penundaan berlakunya tarif perdagangan luar negeri AS sehingga negara-negara di dunia mendorong aktivitas ekspor-impornya di awal (front loading). Indonesia, lanjut Rully, adalah salah satu negara dengan surplus perdagangan yang cukup tinggi yaitu USD4,3 miliar pada Mei dan USD4,1 miliar pada Juni 2025.  

Namun, dia memprediksi berlakunya tarif oleh Presiden AS Donald Trump akan membuat aktivitas perdagangan dunia akan terpengaruh signifikan, tidak terkecuali Indonesia.

Perdagangan BEI Sepekan Ditutup Mayoritas Positif, IHSG Terkoreksi

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan data perdagangan saham selama sepekan periode 28 Juli sampai 1 Agustus 2025 ditutup dengan mayoritas positif.

Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, mengatakan peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa pekan lalu yang sebesar 18,80 persen menjadi 32,55 miliar lembar saham dari 27,40 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya. 

Rata-rata frekuensi transaksi harian selama pekan lalu turut mengalami peningkatan yaitu sebesar 2,44 persen menjadi 1,77 juta kali transaksi dari 1,73 juta kali transaksi pada pekan sebelumnya.

Selain itu, kapitalisasi pasar BEI pada penutupan pekan lalu juga mengalami peningkatan sebesar 3,37 persen menjadi Rp13.599 triliun dari Rp13.519 triliun pada penutupan pekan sebelumnya. 

Namun, Kautsar menyebut Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada posisi 7.537,768, menurun sebesar 0,08 persen dari posisi 7.543,503 pada pekan sebelumnya. 

"Perubahan turut terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian BEI yaitu sebesar 0,26 persen menjadi Rp16,05 triliun dari Rp16,09 triliun pada pekan sebelumnya," kata Kautsar. 

Adapun investor asing pada Jumat, 1 Agustus 2025 mencatatkan nilai jual bersih Rp73,66 miliar dan sepanjang tahun 2025 ini, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp61,98 triliun. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.