Logo
>

IHSG Diprediksikan Menguat Terbatas, Rupiah Melemah

Ditulis oleh KabarBursa.com
IHSG Diprediksikan Menguat Terbatas, Rupiah Melemah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pada Jumat, tanggal 26 Juli 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan dan ditutup pada level 7.288,17. Meskipun demikian, dalam sepekan sebelumnya IHSG mengalami pelemahan sebesar 0,09 persen.

    Head Customer Literation and Education PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, mengatakan bahwa selama sepekan kemarin IHSG mengalami mixed yang cenderung melemah. Hal ini terjadi di tengah penantian atas hasil kinerja semester I 2024 dari beberapa emiten.

    “Kami juga melihat nilai transaksi cenderung menurun dengan rata-rata harian sebesar Rp8,54 triliun dibandingkan pekan sebelumnya yang mencapai Rp9,64 triliun,” kata Oktavianus, Minggu, 28 Juli 2024.

    Dia memperkirakan, pada Senin, 29 Juli 2024, IHSG akan bergerak mixed cenderung menguat terbatas dalam rentang level support 7.227 dan resistance 7.350.

    Sentimen dari rilis data PCE inti Amerika Serikat (AS) dengan kenaikan di atas ekspektasi pasar tetap meyakinkan pemangkasan suku bunga The Fed akan terjadi di September  2024 sebesar 25 basis poin (bps).

    Sementara, analis dari Phintraco Sekuritas, Nurwachidah, secara teknikal, IHSG memiliki potensi untuk melanjutkan penguatannya menuju kisaran antara 7.300 hingga 7.330 pada hari ini. Hal ini menunjukkan optimisme dari sudut pandang analisis teknikal bahwa IHSG berada dalam tren penguatan yang dapat berlanjut dalam sesi perdagangan terdekat.

    Analisis teknikal sering kali mempertimbangkan pola-pola grafik, level-level support dan resistance, serta indikator-indikator teknikal lainnya untuk mengidentifikasi potensi arah pergerakan harga selanjutnya. Dengan demikian, perkiraan ini memberikan gambaran bahwa kondisi pasar saham Indonesia, yang direpresentasikan oleh IHSG, mungkin akan mengalami kenaikan dalam sesi perdagangan yang akan datang.

    Dari dalam negeri, Nurwachidah melihat pasar masih mengantisipasi dua data penting, yaitu foreign direct investment (FDI) dan kinerja keuangan emiten di kuartal II 2024.

    Selanjutnya, Badan Pusat Statistik (BPS) juga dijadwalkan merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2024 pada 5 Agustus 2024.

    “Didasari pada kondisi indeks keyakinan konsumen yang masih konsisten di kisaran 120 sampai dengan Juni 2024 dan perbaikan kinerja ekspor di Mei dan Juni 2024, pertumbuhan ekonomi diyakini masih dapat dipertahankan di atas 5 persen pada kuartal II 2024," jelas Nurwachidah.

    Nurwachidah pun merekomendasikan investor untuk mencermati saham ADMR, AKRA, INCO, BRIS, SIDO dan NCKL.

    Sementara Oktavianus merekomendasikan speculative buy pada PT Bank Jago Tbk (ARTO) dengan support Rp2.420 dan resistance Rp2.840, trading buy saham PT Astra International Tbk (ASII) dengan support Rp4.470 dan resistance Rp4.840. Serta trading buy saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dengan support Rp1.490 dan resistance Rp1.650.

    Rupiah Berpotensi Melemah

    Sementara itu, Jumat, 26 Juli pekan lalu, tercatat bahwa nilai tukar rupiah mengalami pelemahan. Secara spesifik, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup pada angka Rp16.301, menunjukkan penurunan sebesar 0,13 persen. Di sisi lain, nilai tukar rupiah menurut JISDOR juga mengalami penurunan sebesar 0,15 persen, dengan angka penutupan mencapai Rp16.294 per dolar AS.

    Menurut pengamat komoditas dan mata uang, Lukman Leong, pelemahan rupiah terjadi sebagai respons terhadap kinerja ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan. Pada kuartal II-2024, Produk Domestik Bruto (PDB) AS mencatat pertumbuhan sebesar 2,8 persen, melampaui ekspektasi pasar yang sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan sekitar 2 persen. Kabar ini telah mempengaruhi pasar valuta asing, termasuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang kemudian mengalami pelemahan.

    Untuk hari ini, diperkirakan pelemahan nilai tukar rupiah akan berlanjut meskipun data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) AS tidak terlalu jauh dari ekspektasi pasar. Investor domestik juga sedang mengantisipasi data inflasi Indonesia yang akan dirilis pada hari Kamis.

    “Pelemahan nilai tukar rupiah diperkirakan akan terbatas, karena para investor cenderung bersikap wait and see, menunggu hasil pertemuan FOMC pekan depan,” kata Lukman.

    Sementara itu, menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, pelemahan nilai tukar rupiah diperkirakan akan berlanjut. Menurut dia pasar sedang memantau dengan cermat perkembangan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia kepada China, yang mengalami peningkatan signifikan selama 10 tahun di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

    Posisi terakhir utang luar negeri Indonesia kepada China pada Mei 2024 mencapai USD22,86 miliar atau sekitar Rp372,3 triliun.

    Meski utang membengkak, struktur utang luar negeri ULN Indonesia hingga Mei 2024 masih tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

    “Tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap PDB yang tercatat sebesar 29,8 persen, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 85,9 persen dari total ULN,” jelasnya.

    Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah akan melemah dalam rentang Rp16.290 hingga Rp16.370 per dolar AS. Sementara itu, Lukman memproyeksikan bahwa rupiah akan berada di kisaran Rp16.250 hingga Rp16.350 per dolar AS. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi