KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,01 persen atau naik 71,61 poin, mencapai level 7.196,75 pada akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 3 Juli 2024.
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang, menjelaskan bahwa penguatan IHSG ini sejalan dengan penguatan nilai tukar Rupiah yang mencapai Rp16.365 per dolar AS, kemarin sore. Alrich menyebut bahwa penguatan ini didorong oleh pandangan para ekonom bahwa The Fed berpeluang memangkas suku bunga acuan hingga tiga kali di tahun ini.
"Pandangan tersebut didasari oleh pernyataan terbaru Ketua The Fed yang menyebut bahwa ekonomi AS kembali ke jalur disinflasi," ujar Alrich.
Selain itu, Alrich mencatat bahwa penguatan IHSG juga disebabkan oleh meredanya tekanan jual dari investor asing. Hal ini terjadi seiring dengan pemulihan ekonomi eksternal yang tidak sebaik perkiraan, dengan indeks sektor jasa di China, Jepang, Jerman, dan Euro Area mengalami penurunan pada bulan kemarin.
Dari dalam negeri, indeks manufaktur Indonesia tetap berada di atas 50 pada Juni 2024, menunjukkan kondisi ekspansif. Hal ini diyakini bahwa sektor jasa juga masih kuat di atas batas ekspansif 50. Penurunan indeks sektor jasa AS diprediksi akan memperkuat arus modal kembali ke pasar modal Indonesia.
"Maka IHSG diproyeksikan berada dalam rentang resistance 7.200, pivot 7.150, dan support 7.100," kata Alrich.
Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya, juga melihat potensi penguatan IHSG yang terbatas. IHSG pada Kamis (4/7) diprediksi akan menguji level resistance 7.220 dan support 7.150.
"Pelaku pasar akan mencermati rilis data tenaga kerja serta PMI Jasa dan manufaktur AS," ujarnya.
Cheril merekomendasikan untuk membeli saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dengan target harga Rp1.300 dan stop loss Rp1.200 per saham. Selain itu, saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) direkomendasikan dengan target harga Rp246 dan stop loss Rp230 per saham. Sementara itu, Alrich menyarankan untuk memperhatikan saham MYOR, ASSA, MTEL, SMBR, dan AGRO.
Kinerja positif IHSG dan beberapa sektor utama menunjukkan optimisme investor, sementara aktivitas perdagangan yang tinggi pada saham-saham tertentu mencerminkan minat yang kuat di pasar.
Sementara, pada penutupan perdagangan Selasa, 2 Juli 2024 sore, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan di tengah tren positif yang terjadi di bursa saham kawasan Asia.
IHSG turun sebesar 14,48 poin atau 0,20 persen, berakhir di level 7.125,14. Indeks LQ45, yang terdiri dari 45 saham unggulan, juga mencatat penurunan sebesar 3,93 poin atau 0,44 persen, berakhir di posisi 892,71.
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan dalam kajian mereka di Jakarta bahwa penguatan bursa saham Asia didorong oleh pandangan positif pelaku pasar terhadap data manufaktur Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan kontraksi.
Menurut laporan dari Institute for Supply Management (ISM), aktivitas manufaktur AS berada di angka 48,5, sedikit turun dari 48,7 pada bulan sebelumnya dan di bawah angka 50 yang menandakan kontraksi.
Data tersebut memberikan gambaran mengenai kondisi ekonomi AS yang melemah, sehingga meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve (The Fed).
Sementara itu, Menteri Keuangan Jepang, Shunichi Suzuki, menegaskan kembali pada hari Selasa bahwa pemerintah Jepang terus mengawasi pergerakan mata uang asing.
Suzuki menyatakan bahwa nilai tukar mata uang mencerminkan berbagai faktor kompleks yang harus diperhatikan.
Selain itu, pasar didukung oleh kenaikan harga minyak mentah berjangka. Harga Brent naik di atas USD86,8 per barel, sedangkan WTI mencapai USD83,38 per barel.
Kenaikan ini disebabkan oleh prospek permintaan yang lebih tinggi selama musim panas dan spekulasi terhadap penurunan suku bunga The Fed setelah moderasi inflasi AS memicu optimisme akan pemangkasan suku bunga lebih awal.
Pada 2 Juli 2024, IHSG ditutup melemah saat bursa Asia menguat. IHSG turun sebesar 14,48 poin atau 0,20 persen, berakhir di level 7.125,14. Indeks LQ45, yang terdiri dari 45 saham unggulan, juga mencatat penurunan sebesar 3,93 poin atau 0,44 persen, berakhir di posisi 892,71.
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan dalam kajian mereka di Jakarta bahwa penguatan bursa saham Asia didorong oleh pandangan positif pelaku pasar terhadap data manufaktur Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan kontraksi.
Menurut laporan dari Institute for Supply Management (ISM), aktivitas manufaktur AS berada di angka 48,5, sedikit turun dari 48,7 pada bulan sebelumnya dan di bawah angka 50 yang menandakan kontraksi.
Data tersebut memberikan gambaran mengenai kondisi ekonomi AS yang melemah, sehingga meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve (The Fed).(*)