Logo
>

IHSG Diramal Masih akan Menguat, Investor Diminta Waspadai Aksi Profit Taking

Meski IHSG masih memiliki peluang melanjutkan reli ke depan didukung sentimen positif kebijakan moneter dan stimulus perdagangan, investor diminta tetap perlu mewaspadai aksi profit taking asing di saham big caps.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Diramal Masih akan Menguat, Investor Diminta Waspadai Aksi Profit Taking
Papan pantau IHSG di Bursa Efek Indonesia. Foto: Dok KabarBursa.com

Poin Penting :

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses mengukir rekor usai ditutup di level 8.025 pada perdagangan Rabu, 17 September 2025. Meski indeks berhasil mencatatkan sejarah, investor diminta tetap waspada.

Analis sekaligus Founder Republik Investor, Hendra Wardana mengatakan penguatan IHSG per kemarin tidak lepas dari sentimen positif pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen.

"Pasar menilai kebijakan moneter yang lebih longgar ini dapat memberi dorongan tambahan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik, terutama di tengah tekanan global yang masih tinggi," ujar dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com, Rabu, 17 September 2025.

Katalis positif juga datang dari kesepakatan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa yang akan ditandatangani pada 23 September 2025.

Hendra menuturkan dengan CEPA, sekitar 80 persen ekspor Indonesia akan terbebas dari tarif dalam 1–2 tahun ke depan, sehingga berpotensi memperkuat kinerja ekspor serta neraca perdagangan.

Meskipun IHSG mencetak rekor, Hendra mencatat investor asing justru melakukan  aksi net sell senilai Rp289 miliar. Saham perbankan besar menjadi yang paling tertekan, dengan BBCA dilepas asing hingga Rp566 miliar dan BMRI sebesar Rp269 miliar.

"Pelemahan ini menandakan adanya rotasi dana jangka pendek dari saham big caps perbankan yang sebelumnya telah mencatatkan kenaikan signifikan," katanya.

Selain itu, lanjut Hendra, saham ANTM juga terkena tekanan jual asing senilai Rp174 miliar, yang menunjukkan sektor tambang logam belum sepenuhnya menjadi pilihan utama investor global di tengah koreksi harga komoditas.

Namun di sisi lain, ia menyebut terdapat saham-saham yang justru diborong asing dengan nilai signifikan. BBRI tercatat menjadi top buy dengan akumulasi Rp405 miliar, menunjukkan keyakinan investor asing terhadap prospek kredit dan digitalisasi layanan bank tersebut.

Seperti PTRO yang mencatatkan pembelian bersih asing Rp108 miliar, sejalan dengan prospek cerah sektor jasa pertambangan di tengah ekspansi hilirisasi mineral.

"BRPT (+Rp101 miliar) dan BRMS (+Rp78 miliar) juga masuk radar akumulasi asing, mencerminkan optimisme terhadap sektor energi terbarukan dan pertambangan emas yang terus berkembang," terangnya.

Meski IHSG masih memiliki peluang melanjutkan reli ke depan didukung sentimen positif kebijakan moneter dan stimulus perdagangan, Hendra meminta investor tetap perlu mewaspadai aksi profit taking asing di saham big caps.

Menurutnya, rotasi dana ke saham-saham tertentu membuka peluang trading jangka pendek, terutama pada sektor perbankan menengah, energi, serta media yang tengah menunjukkan akumulasi.

"Dengan strategi selektif, IHSG diperkirakan masih akan bergerak positif dalam jangka pendek dengan menguji area psikologis nya di level 8.100," ungkapnya.

Saham Rekomendasi

Hendra kemudian memberi perhatian terhadap saham-saham yang menarik untuk diperhatikan pada perdagangan hari ini. Antara lain ada BBRI dengan target harga 4.390, BBTN di target 1.505, BRPT dengan target 2.700, serta SCMA dengan target 350.

Ia menjelaskan BBRI masih menjadi pilihan utama karena konsisten mendapatkan aliran dana asing, sementara BBTN berpotensi diuntungkan oleh pemangkasan suku bunga BI yang akan menurunkan biaya dana dan meningkatkan permintaan kredit perumahan.

Adapun, ujar Hendra, BRPT dipandang menarik karena valuasinya relatif tertinggal dibanding saham-saham Prajogo Group lainnya, sehingga punya ruang kenaikan lebih besar.

"Sementara SCMA berpotensi rebound seiring rumor IPO VIDIO dan pemulihan konsumsi domestik," pungkasnya.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.