KABARBURSA.COM - Setelah sempat melemah pada pembukaan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari Rabu, 4 Agustus 2024 menguat pada sesi penutupan. IHSG ditutup berada di zona hijau.
Dikutip dari RTI, IHSG pada penutupan hari ini naik 56,37 poin ke level 7.672,89 atau menguat 0,74 persen. IHSG dibuka di level 7.616,52 dengan level tertinggi 7.672,89 dan terendah 7.546,04.
Volume transaksi tercatat 36,75 miliar, turnover Rp 11,46 triliun dengan frekuensi transaksi 1.187.749 kali. Sebanyak 268 saham menguat, 331 lesu, dan 193 stagnan.
Pada Bursa Asia lainnya, Nikkei pada penutupan ini terkoreksi dalam 4,24 persen, Hang Seng Index ditutup turun 1,10 persen, Shanghai Composite Index turun 0,67 persen, Straits Times turun 1,12 persen, sementara LQ45 naik 0,74 persen.
IHSG terpantau melemah dan berada di level 7.500-an pada pembukaan. IHSG pukul 9.01 WIB berada di level 7.557,42, turun 59,09 poin atau 0,78 persen.
Hati-hati, Bulan September yang Kurang Bagus untuk IHSG
Pada pekan pertama September 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 7.670,73. Posisi ini tercapai setelah IHSG meningkat sebesar 4,96 persen dalam sebulan terakhir dan mencapai level tertinggi baru (all time high) 7.715,75 pada bulan Agustus.
Kepala Riset Institusional Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy menilai ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG bulan lalu. Faktor-faktor tersebut meliputi musim rilis laporan keuangan kuartal II-2024, aksi beli investor asing khususnya pada saham perbankan, serta kejelasan mengenai Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2025.
Meski mengalami kenaikan di Agustus, investor harus berhati-hati karena September sering kali bukan bulan yang menguntungkan untuk IHSG.
Kepala Literasi dan Edukasi Pelanggan di Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, mencatat bahwa secara historis, performa IHSG cenderung melambat pada bulan September.
Sejak tahun 2015, IHSG hanya dua kali mampu mencetak kinerja positif pada bulan September.
“September menjadi periode kalkulasi portofolio seiring penantian rilis kinerja kuartal ketiga, sehingga mulai terjadi perlambatan dinamika di pasar,” kata Audi, Minggu, 1 September 2024.
Kehawatiran yang sama dilontarkan Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, yang menyebut dalam 10 tahun terakhir, setiap kali bulan September, IHSG hanya mampu menguat pada 2017 dan 2021.
Dia melihat, pada September kali ini, sentimen utama yang akan menentukan arah IHSG, bahkan bursa saham dunia adalah kebijakan suku bunga The Fed.
Ekspektasi pasar, bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut akan memulai memangkas suku bunga acuan dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 17-18 September. Jika sesuai ekspektasi, Hendra menaksir IHSG berpeluang kembali menguat.
Terbuka peluang IHSG kembali menembus all time high dan level psikologis baru di 7.800, bahkan hingga 8.000.
“Jika The Fed menurunkan suku bunga, ini bisa menjadi sentimen positif. Dari dalam negeri, jika stabilitas politik terjaga dan data ekonomi menunjukkan hasil yang baik, bisa menjadi pendorong tambahan bagi IHSG untuk terus melaju,” kata Hendra.
Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi, Agung Ramadoni, mengatakan bahwa keputusan The Fed akan menjadi sentimen penting, bersamaan dengan situasi politik dalam negeri menjelang Pilkada Serentak 2024. Namun, jika pemangkasan suku bunga hanya 25 basis points (bps), dia memperkirakan dampaknya akan cenderung flat atau tidak signifikan.
Sebab, hal ini sudah cenderung priced in atau terantisipasi oleh pelaku pasar. “Namun jika pemangkasan lebih besar dari harapan pasar, maka akan sangat positif. Di domestik, periode kampanye menjelang Pilkada Serentak juga berpotensi menambah daya beli masyarakat,” ujar Agung.
Sementara itu, Audi melihat penurunan suku bunga The Fed pada FOMC bulan ini kemungkinan bisa mencapai 50 bps. Dia memiliki catatan serupa bahwa pelaku pasar harus tetap waspada lantaran bisa jadi sentimen ini sudah terlebih dulu priced in.
Pada saat yang sama, terbuka peluang terjadi aksi profit taking usai lonjakan IHSG. Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada turut mengingatkan posisi IHSG yang rawan berbalik melemah akibat profit taking, apalagi jika sentimen yang ada tidak memberikan dorongan tambahan pada bursa saham.
“Kami berharap tren kenaikan masih bisa berlanjut. Namun harus realistis juga jika pelaku pasar mulai profit taking dan ada sentimen negatif, maka pergerakan IHSG bisa melemah,” kata Reza.
Pada bulan ini, Reza menaksir pergerakan IHSG berada dalam rentang support 7.227 dan resistance pada 7.700-7.776. Audi memprediksi IHSG akan bergerak dalam rentang support 7.530 dan resistance di 7.805 pada bulan ini.
Sementara Hendra menghitung support IHSG ada di level 7.550 dengan resistance di sekitar level 7.750.
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project William Hartanto menyoroti siklus tahunan IHSG yang cenderung melemah pada bulan September.
Dia menaksir dampak pemangkasan suku bunga The Fed relatif terbatas, efeknya lebih dirasakan oleh sektor perbankan dan properti. Saran William, cermati peluang buy on weakness saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
Sementara itu, strategi trading buy bisa dipertimbangkan untuk saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) pada awal September. Kepala Riset Institusional di Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy mengingatkan saham perbankan sudah rawan profit taking setelah menguat di bulan lalu.
Meski begitu, masih ada sejumlah saham bank yang layak dicermati seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRI).
Selain itu, Isfhan menjagokan saham yang terkait dengan sektor konsumsi (consumer) dan otomotif. Adapun pilihan sahamnya yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY), PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA).
Agung ikut merekomendasikan saham ICBP, bersama dengan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Prodia Widyahusada Tbk ({PRDA) dan PT Blue Bird Tbk (BIRD).
Sementara Hendra merekomendasikan BBTN, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Target harga masing-masing berada di level Rp1.600, Rp5.000 dan Rp1.500 per saham.
Audi menyarankan trading buy ADRO (support Rp3.280 – resistance Rp3.870) dan TLKM (support Rp2.890 – resistance Rp3.400).
Lalu, speculative buy saham PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) dengan support Rp1.780 – resistance Rp1.950 dan PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) dengan support Rp1.885 dan resistance Rp2.170 per saham. (*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.