KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup perkasa dengan kenaikan 3,80 persen ke level 6.472 pada perdagangan Rabu, 26 Maret 2025.
Merujuk data RTI Business, IHSG hari ini bergerak konsisten di zona hijau dengan berada di kisaran level 6.312 dan 6.489. Sementara itu, 531 saham menguat, 112 saham melemah, dan 158 saham stagnan.
Adapun volume perdagangan hari ini mencapai 30.777 miliar lembar saham dengan transaksi Rp34.267 triliun.
Sementara itu mengutip Stockbit, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan nilai perdagangan tertinggi sebesar Rp2,959 triliun, diikuti oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan Rp2,402 triliun, serta PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan Rp2,145 triliun.
Selain itu, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga masuk dalam lima besar saham dengan nilai transaksi terbesar, mencatatkan perdagangan senilai Rp526,10 miliar.
Dari sisi volume perdagangan, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) memimpin dengan total transaksi sebesar 4,44 miliar lembar saham.
Di bawah GOTO, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menempati posisi kedua dengan volume perdagangan mencapai 685,71 juta lembar saham. Posisi selanjutnya diisi oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan 582,06 juta lembar saham, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan 540,56 juta lembar saham, dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dengan 407,57 juta lembar saham.
Dari sisi sektor, sebagian besar mencatatkan kenaikan positif. Sektor keuangan mengalami pertumbuhan 3,60 persen, menegaskan dominasi saham-saham perbankan dalam perdagangan. Sektor transportasi juga menunjukkan penguatan signifikan sebesar 4,00 persen.
Sektor infrastruktur tumbuh 3,11 persen, sementara sektor properti dan barang konsumsi non-siklikal mencatatkan kenaikan masing-masing 2,60 persen dan 2,36 persen.
Sementara itu, sektor basic ind mengalami kenaikan terbesar dengan 4,31 persen, mengindikasikan adanya peningkatan permintaan di sektor manufaktur.
IHSG Ketiban Berkah Pembagian Dividen Emiten Perbankan
Sementara itu Equity Research Analyst MNC Sekuritas Christian mengatakan, penguatan IHSG dipengaruhi aksi bagi dividen oleh perusahaan perbankan.
"Nah ini menjadi katalis-katalis pendongkrak bagi saham-saham perbankan yang menjadi penggerak dari IHSG pada kemarin," kata Christian dalam acara 'Bursa Pagi-pagi' Kabarbursa.com, Rabu, 26 Maret 2025.
Selain faktor pembagian dividen, pengumuman struktur petinggi perusahaan perbankan juga dinilai menjadi sentimen positif bagi saham-saham di sektor ini. Christian menyebut, selama ini para investor masih wait and see menunggu reshuffle-reshuffle dari perusahaan perbankan di BUMN.
Lebih jauh ia memperkirakan, penguatan IHSG ini sendiri akan bersifat jangka pendek hingga menengah. Namun, hal ini bisa berbalik andai ada kabar buruk yang terjadi.
"Akan tetapi perlu dicatat tetap berhati-hati ketika nanti pada saat lebaran ada isu-isu negatif yang membuat ini malah jadi menurun saham-sahamnya," jelasnya.
Secara teknikal, Christian melihat IHSG masih berpeluang untuk terkoreksi dengan berada di bawah level 6.000. Sebab, hingga saat ini belum ada sentimen positif yang signifikan untuk menguatkan IHSG, baik di pasar global maupun domestik.
"Jadi, kita juga berharap ketika nanti libur lebaran purchasing power meningkat dan tidak ada isu-isu negatif yang malah membuat IHSG ini semakin menurun," pungkasnya.
Sempat Masuk Terburuk di Asia
Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi, mengomentari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang fluktuasinya mengalami tren pelemahan dan menguat tapi tidak konsisten.
Misal pada 25 Maret 2025 IHSG mengalami tren pelemahan hingga mencapai level 6.161,218 dengan Year-to-Date (YTD) Price persen Return tercatat -12,98 persen dan perubahan harga tahunan (52 Week Price persen Change) mencapai -16 persen.
Meski IHSG dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Rabu, 26 Maret 2025, naik 103,28 poin atau 1,66 persen ke level 6.338,89. Menurut dia Indonesia kini menjadi salah satu pasar saham dengan kinerja terburuk di kawasan Asia.
Syafruddin Karimi, menilai pelemahan ini sebagai akibat dari ketidakjelasan kebijakan fiskal, kontroversi pembentukan sovereign wealth fund, serta spekulasi politik di kalangan elite pembuat kebijakan.
“Investor tidak hanya melihat data makroekonomi, tetapi juga membaca konsistensi kebijakan pemerintah. Ketika ketidakpastian fiskal meningkat dan ada isu-isu kontroversial seperti sovereign wealth fund, kepercayaan pasar pun luntur,” ujar Syafruddin kepaada KabarBursa.com pada Rabu, 26 Maret 2025.
Sejak September 2024, IHSG telah tergerus dari level 7.800 ke 6.161,218 per 25 Maret 2025. Sepanjang perdagangan, volatilitas harian menunjukkan rentang pergerakan hingga 300 poin, mengindikasikan ketidakpastian yang tinggi.
“Investor asing menarik dana karena melihat risiko kebijakan meningkat, sementara investor domestik memilih bersikap wait and see akibat kurangnya kejelasan arah kebijakan,” tutur dia.
Selain tekanan di pasar modal, depresiasi rupiah terhadap dolar AS juga menjadi tantangan tambahan. Bank Indonesia telah berupaya menjaga stabilitas nilai tukar, tetapi kebijakan fiskal yang kurang terkoordinasi semakin memperburuk sentimen.
“Tanpa kejelasan strategi fiskal yang konkret, pasar akan terus berspekulasi, yang justru memperburuk volatilitas,” kata Syafruddin.
Menurut Syafruddin, kebijakan fiskal yang tidak transparan dan perbedaan pandangan antara Bank Indonesia dan pemerintah mengenai stabilitas makroekonomi menambah tekanan bagi investor. Ketika investor melihat kebijakan yang tidak sinkron antara fiskal dan moneter, mereka akan cenderung keluar dari pasar atau menahan investasinya.
Untuk mengembalikan kepercayaan pasar, Syafruddin menekankan pentingnya komunikasi kebijakan yang lebih transparan dan terkoordinasi antara otoritas fiskal dan moneter. Pemerintah harus segera menyampaikan strategi fiskal yang jelas dan masuk akal, termasuk mengenai penempatan saham BUMN di Danantara.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.