Logo
>

SONA dan MREI Dorong IHSG Naik ke Level 6.636

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup menguat pada level 6.636 apakah rebound ini akan menembus 6.700. Sejumlah saham catatkan kenaikan dan masuk jajaran top gainers.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
SONA dan MREI Dorong IHSG Naik ke Level 6.636
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (BEI). Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Sona Topas Tourism Industry Tbk atau SONA dan Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk dengan kode saham MREI, pada penutupan Bursa Jumat, 7 Maret 2025, menjadi pendorong kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG.

    IHSG pada Jumat sore ditutup menguat, naik 18,15 poin atau 0,27 persen ke level 6.636,00. Sepanjang sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.682,94, sebelum akhirnya terkoreksi hingga level terendah 6.577,83.

    Saham SONA, sebagai pemimpin top gainers, mengalami lonjakan signifikan pada sesi perdagangan terbaru. Saham ditutup di level 4.510 atau naik sebesar 24,93 persen dari harga sebelumnya. Pergerakan ini menjadikan SONA mencapai Auto Reject Atas (ARA), menunjukkan minat beli yang sangat tinggi di pasar.

    Sepanjang perdagangan, harga saham SONA bergerak dalam rentang 3.640 hingga 4.510, dengan harga rata-rata tercatat di 4.406. Kenaikan ini mendorong total nilai transaksi mencapai Rp4,1 miliar dengan frekuensi 1.798 kali, mencerminkan tingginya aktivitas perdagangan saham ini.

    Di sisi lain, transaksi oleh investor asing menunjukkan akumulasi yang kuat. Nilai pembelian asing tercatat mencapai Rp280,3 miliar, jauh melampaui nilai penjualan asing sebesar Rp29,6 miliar. Hal ini menandakan adanya kepercayaan investor global terhadap prospek saham SONA dalam jangka pendek hingga menengah.

    Kondisi ini menimbulkan pertanyaan apakah tren kenaikan akan berlanjut atau saham berpotensi mengalami koreksi setelah lonjakan tajam. Dengan adanya batas bawah ARB di 2.710, volatilitas tetap menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Investor yang sudah mengantongi keuntungan signifikan mungkin mempertimbangkan aksi ambil untung, sementara yang baru masuk perlu mencermati peluang koreksi sebelum melakukan aksi beli.

    Jika momentum positif ini terus bertahan, SONA berpotensi melanjutkan penguatan, terutama jika didukung oleh sentimen pasar yang kondusif serta fundamental yang kuat. Namun, penting bagi investor untuk tetap memperhatikan level support dan resistance guna mengantisipasi pergerakan harga selanjutnya.

    Hal serupa tampak pada pergerakan saham MREI. Mengutip data Stockbit, saham MREI mencatat lonjakan signifikan dalam perdagangan terbaru, dengan harga sahamnya melonjak 24,83 persen atau naik 185 poin ke level 930. 

    Kenaikan ini membuat saham MREI menyentuh batas atas auto rejection atas (ARA) di level tersebut, menandakan tingginya minat beli dari investor.

    Saham MREI dibuka di harga 750, lebih tinggi dibandingkan harga penutupan sebelumnya di 745. Selama sesi perdagangan, harga saham terus bergerak naik hingga mencapai level tertinggi di 930, tanpa mengalami koreksi ke level lebih rendah. 

    Lonjakan ini juga diiringi dengan volume transaksi yang cukup besar, dengan total nilai transaksi mencapai Rp256,7 miliar. Frekuensi transaksi saham MREI tercatat sebanyak 194 kali, menunjukkan adanya aktivitas perdagangan yang cukup aktif. 

    Dari sisi investor asing, terdapat aksi beli sebesar Rp5 miliar, sementara aksi jual asing mencapai Rp10,9 miliar. Hal ini mengindikasikan adanya distribusi saham oleh investor asing meskipun harga masih mampu bertahan di level ARA.

    Lonjakan signifikan saham MREI bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sentimen positif di sektor keuangan atau ekspektasi kinerja perusahaan yang lebih baik. 

    Dengan kenaikan tajam ini, investor perlu mencermati potensi aksi profit-taking dalam beberapa sesi ke depan, terutama jika saham sudah berada di area overbought. Namun, selama minat beli tetap kuat dan fundamental perusahaan mendukung, saham MREI berpeluang mempertahankan tren positifnya.

    Tentang SONA dan MREI

    PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA) dan PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk (MREI) adalah dua perusahaan yang bergerak di sektor yang sangat berbeda, namun keduanya memiliki rekam jejak panjang dan posisi kuat dalam industri masing-masing.

    SONA, yang berdiri sejak 1978, awalnya beroperasi sebagai agen perjalanan dengan nama PT Sona Tour. Seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan internasional pada awal 1990-an, perusahaan melihat peluang besar dalam bisnis toko bebas bea dan mulai mengembangkan operasionalnya di sektor ini. 

    Keputusan ini terbukti sukses, membuat SONA terus berkembang hingga saat ini dengan dua anak perusahaan yang mengelola toko bebas bea di berbagai lokasi strategis seperti Bali, Jakarta, dan Medan. 

    Dengan pengalaman lebih dari empat dekade di industri pariwisata dan ritel bebas bea, SONA telah membangun reputasi yang solid dalam menyediakan produk eksklusif bagi wisatawan internasional. Perusahaan ini melantai di Bursa Efek Indonesia pada Juli 1992, memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam industri ritel pariwisata.

    Di sektor keuangan, MREI hadir sebagai perusahaan reasuransi pertama di Indonesia sejak didirikan pada 4 Juni 1953. Dengan pengalaman lebih dari 70 tahun, MREI memainkan peran penting dalam industri asuransi nasional dengan menyediakan layanan reasuransi untuk berbagai risiko yang dihadapi perusahaan asuransi. 

    Sebagai pionir di bidangnya, MREI telah menghadapi berbagai tantangan ekonomi dan regulasi, namun tetap bertahan dan berkembang sebagai salah satu entitas reasuransi terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini melakukan IPO pada 1989, menandai langkah penting dalam memperkuat modal dan ekspansinya di industri asuransi.

    Meskipun berasal dari sektor yang berbeda, baik SONA maupun MREI memiliki kesamaan dalam hal pengalaman panjang, adaptasi terhadap perubahan industri, serta strategi bisnis yang memungkinkan mereka tetap kompetitif di pasar masing-masing. 

    Keberhasilan SONA dalam memanfaatkan tren pariwisata dan kekuatan MREI dalam menjaga stabilitas industri asuransi menunjukkan bagaimana perusahaan dengan fundamental kuat mampu bertahan dan terus berkembang dalam lanskap bisnis yang dinamis.

    MREI: Valuasi dan Stabilitas Keuangan yang Baik

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk (MREI) menunjukkan kinerja fundamental yang cukup menarik untuk diperhatikan oleh para investor. Dengan Price to Earnings (PE) Ratio TTM sebesar 5,23, saham ini terlihat undervalued dibandingkan dengan median IHSG yang berada di angka 7,69. 

    Earnings Yield yang mencapai 19,13 persen juga mencerminkan potensi keuntungan yang cukup tinggi bagi para pemegang saham.

    Dari sisi valuasi, rasio Price to Sales (P/S) sebesar 0,21 menunjukkan bahwa harga saham saat ini relatif murah dibandingkan dengan pendapatan perusahaan. Sementara itu, rasio Price to Book Value (PBV) yang hanya 0,31 mengindikasikan bahwa saham ini diperdagangkan di bawah nilai buku, memberikan potensi apresiasi harga di masa depan.

    Kinerja profitabilitas MREI menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu mencetak laba dengan Earnings Per Share (EPS) TTM sebesar 177,91. Return on Equity (ROE) sebesar 6,01 persen dan Return on Assets (ROA) sebesar 1,78 persen mengindikasikan bahwa perusahaan masih dapat mengelola aset dan ekuitasnya dengan cukup efisien meskipun masih perlu ditingkatkan. 

    Sedangkan Return on Invested Capital (ROIC) sebesar 5,67 persen juga menunjukkan efektivitas perusahaan dalam mengelola modal yang diinvestasikan.

    Dari segi solvabilitas, MREI memiliki Total Liabilities to Equity sebesar 2,38 yang mengindikasikan tingkat leverage yang cukup tinggi. Financial Leverage yang mencapai 3,38 juga menunjukkan ketergantungan perusahaan terhadap utang dalam struktur modalnya. 

    Meskipun demikian, perusahaan masih mampu mencetak free cash flow positif sebesar 130 miliar rupiah dalam 12 bulan terakhir, menandakan stabilitas arus kas yang cukup baik.

    Dalam hal pertumbuhan, pendapatan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 35,35 persen secara tahunan pada kuartal terakhir. Namun, laba bersih mengalami penurunan sebesar 59,80 persen yang bisa menjadi perhatian bagi investor terkait efisiensi dan margin keuntungan yang semakin menurun.

    Dari sisi dividen, MREI tetap membagikan dividen sebesar Rp15 per lembar saham dengan dividend yield sebesar 1,61 persen dan payout ratio sebesar 8,37 persen. 

    Tren dividen menunjukkan stabilitas, meskipun dalam beberapa tahun terakhir jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2020 dan 2019 yang mencapai Rp50 per lembar saham.

    Kinerja harga saham dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren yang kurang menggembirakan. Dalam satu tahun terakhir, harga saham turun 32,12 persen, sementara dalam lima tahun terakhir telah mengalami penurunan sebesar 84,24 persen. Namun, dalam jangka pendek, harga saham mengalami kenaikan 32,86% dalam seminggu terakhir, menunjukkan adanya potensi rebound.

    Secara keseluruhan, saham MREI memiliki valuasi yang menarik dan stabilitas keuangan yang cukup baik. Namun, tekanan pada profitabilitas serta tren harga saham yang masih dalam fase pemulihan menjadi faktor yang perlu diperhatikan oleh investor sebelum mengambil keputusan investasi.

    SONA: Tantangan pada Profitabilitas dan Valuasi

    Saham SONA mencerminkan karakteristik perusahaan yang mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa aspek, meskipun terdapat tantangan dalam profitabilitas dan valuasi. Berdasarkan data fundamental, SONA menunjukkan kinerja yang unik dalam beberapa metrik keuangan yang patut diperhatikan oleh investor.

    Dari sisi valuasi, saham SONA saat ini memiliki rasio Price-to-Earnings (P/E) yang sangat tinggi, dengan angka 86,00 untuk PE tahunan dan 120,80 untuk PE berbasis trailing twelve months (TTM). 

    Angka ini jauh di atas median IHSG yang hanya 7,69. Earnings yield SONA juga cukup rendah, yaitu 0,83 persen, mengindikasikan bahwa saham ini dihargai dengan premium yang tinggi di pasar. 

    Rasio Price-to-Sales (P/S) tercatat 3,59, sementara Price-to-Book Value (P/B) berada di 4,84, menunjukkan valuasi yang relatif mahal dibandingkan dengan nilai aset bersih perusahaan.

    Dari perspektif solvabilitas, SONA menunjukkan tingkat likuiditas yang kuat dengan current ratio sebesar 4,75 dan quick ratio 4,18. Hal ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan mudah. Perusahaan memiliki total liabilitas terhadap ekuitas sebesar 0,46, yang menandakan struktur keuangan yang sehat dengan tingkat utang yang rendah.

    Dari sisi profitabilitas, SONA mencatatkan margin laba kotor sebesar 47,23 persen dan margin laba bersih sebesar 6,83 persen. Meskipun margin laba operasional hanya 7,75 persen, perusahaan tetap mampu membukukan pertumbuhan laba bersih yang sangat tinggi secara tahunan, mencapai 835,64 persen. 

    Kinerja keuangan ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan kuartalan yang mencapai 29,27 persen secara year-on-year (YoY). Namun, return on equity (ROE) masih relatif rendah di angka 4,00 persen, menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu mengoptimalkan penggunaan ekuitasnya untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi.

    Dari laporan arus kas, SONA mencatatkan arus kas operasional sebesar Rp91 miliar dan arus kas bebas (free cash flow) sebesar Rp84 miliar, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kapasitas yang cukup untuk mendanai ekspansi tanpa bergantung pada utang. 

    Perusahaan juga memiliki cadangan kas yang sangat besar sebesar Rp550 miliar, yang memperkuat daya tahan keuangannya di masa mendatang.

    Dari perspektif harga saham, SONA mengalami volatilitas yang cukup tinggi. Dalam satu tahun terakhir, harga sahamnya naik 544,29 persen, sementara dalam enam bulan terakhir melonjak 199,67 persen. 

    Meskipun demikian, dalam tiga bulan terakhir, saham ini mengalami koreksi sebesar -47,25 persen, yang bisa menjadi indikasi bahwa valuasi sebelumnya terlalu tinggi atau ada sentimen negatif di pasar.

    Secara keseluruhan, saham SONA menarik bagi investor yang mencari perusahaan dengan pertumbuhan pendapatan dan laba yang tinggi, serta likuiditas yang kuat. Namun, valuasi yang mahal dan volatilitas harga yang tinggi perlu menjadi pertimbangan utama sebelum mengambil keputusan investasi. 

    Investor yang tertarik pada saham ini sebaiknya melakukan analisis lebih lanjut terkait prospek bisnis jangka panjang perusahaan dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan ke depan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".