Logo
>

IHSG Ditutup Perkasa di Level 7,109, Tidak Terpengaruh January Effect

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Ditutup Perkasa di Level 7,109, Tidak Terpengaruh January Effect
IHSG hari ini ditutup perkasa. (Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup perkasa di level 7,109 atau naik 0,50 persen, setara dengan 35 poin pada perdagangan Jumat, 31 Januari 2025. Mengutip data perdagangan RTI business, pergerakan ini tampak konsisten dengan level tertinggi 7,174 dan level terendah di angka 7,095.

    Selain itu, volume perdagangan hari ini tercatat sebanyak Rp14,145 miliar saham dengan transaksi mencapai Rp9,955 triliun, dengan frekuensi perdagangan mencapai 1,105,311 kali. Adapun sebanyak 330 saham terpantau berada di zona hijau, 277 saham melemah, dan 196 saham mengalami stagnan.

    Merujuk data perdagangan Stockbit, ECII (34,01 persen) terpantau berada di posisi teratas top gainer. Di posisi kedua ada SHID (24,64 persen), lalu RIGS (24,63 persen), GPSO (24,57 persen), dan RANC (24,45 persen).

    Tidak hanya berada di posisi top gainers, beberapa saham juga mengalami koreksi. Adapun lima top loosers adalah OBAT (-24,86 persen), NOBU (-24,66 persen), DATA (-16,74 persen), BMBL (-9,52 persen), dan MEJA (-9,27 persen).

    Di sisi lain, indeks LQ45 terpantau mengalami kenaikan dengan performa 0,75 persen. Adapun penopang kenaikan indeks ini adalah saham BBCA (3,28 persen) dan AMRT (3,99 persen). Sedangkan dari sisi sektoral, mayoritas sektor yang mengalami kenaikan adalah energy, finance, industrial, non cyclical, teknologi, dan transportasi.

    Tidak Terpengaruh January Effect
    CEO Tiamo Capital Hendra Martono Liem mengungkapkan, IHSG pada awal tahun ini tidak mengalami January effect. Alih-alih menunjukkan performa apik, pasar modal justru tengah dalam kondisi menurun.

    “January effect itu biasanya terjadi ketika tanggal 15 (Januari) sudah mulai naik, namun melihat kondisi terakhir per kemarin sudah turun lumayan banyak. Maka sudah definetly, tetap tidak bisa dikatakan January effect,” ujarnya dalam dialog bersama Bursa Pagi-Pagi secara daring di kanal YouTube KabarBursaCom, Jumat, 31 Januari 2025.

    Ia pun membeberkan ciri-ciri dari January effect tersebut, yang antara lain performa positif IHSG bulan Desember berlanjut pada Januari. Meski begitu, Hendra memberi isyarat lain yang akan terjadi Juni tahun ini.

    “January effect itu biasanya terjadi bukan secara keseluruhan bursa itu naik. Ini kan sudah dari Desember, bursa sudah bagus, tapi biasanya Januari enggak jalan (bagus), maka Juni-nya itu baru mulai bagus,” jelas CEO Tiamo Capital itu.

    Sebagaimana diketahui pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup melemah 92 poin atau turun 1,29 persen ke level 7.073 pada perdagangan Kamis, 30 Januari 2025.

    Merujuk data perdagangan RTI Business, pergerakan IHSG hari ini terpantau bervariasi, dengan level tertinggi di 7.168 dan terendah di 7.042.

    Pada perdagangan hari ini, volume transaksi tercatat sebanyak 18,459 miliar saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp12,071 triliun. Adapun frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 1.231.378 kali.

    Sebanyak 206 saham terpantau menguat, 389 saham melemah, dan 213 saham stagnan.

    Saham INET mencatat kenaikan tertinggi sebesar 35,00 persen, menjadikannya pemimpin dalam daftar top gainer kemarin.

    Sementara itu, saham BSML mengalami koreksi terdalam dengan penurunan 26,06 persen.

    Di sisi lain, Indeks LQ45 juga terkoreksi, melemah 1,67 persen. Saham dengan penurunan terdalam dalam indeks ini adalah ANTM, yang turun 6,38 persen.

    Adapun dari sisi sektoral, mayoritas sektor berada di zona merah. Hanya dua sektor yang mengalami penguatan, yaitu non-siklis dan teknologi.

    Saham Lapis Dua dan Tiga Bisa Dilirik 
    Liem juga menyoroti tantangan dan peluang bagi para investor ketika Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dalam kondisi melemah.

    Ia menjelaskan tantangannya adalah bahwa saham-saham sektor perbankan dan blue chip perlu dihindari saat ini karena berisiko terus turun. Sementara peluangnya, melakukan pembelian saham pada emiten lapis dua dan tiga.

    “Lebih bagus kalau kita melihat bahwa bursa lagi sedang turun berarti Anda dan para trader jangan sekali-kali trading pada saham perbankan, blue chip, dan sebagainya karena LQ45 turun,” kata Liem.

    “Jadi kita fokusnya pada saham-saham lapis dua, lapis tiga, karena memberikan lebih banyak kesempatan, namun dengan sejumlah perhatian,” saran dia.

    Oleh karena itu, ia memberikan sejumlah rekomendasi saham yang dapat dijadikan pilihan para investor. Yang pertama adalah PT Sariguna Primatirta Tbk atau CLEO.

    “CLEO, areanya masih bisa kurang lebih sekitar, sekarang 1.505 masih bisa 1.530-1.540,” terangnya.

    Kemudian ada PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) yang juga direkomendasikan.

    “Ini juga kemarin sudah banyak yang sudah masuk dan naik 20 persen, jadi bagi yang mau masuk jangan dulu terburu-buru. Biasanya bagi saham yang naik 20 persen pelan, enggak mungkin langsung lebih jauh lagi,” tuturnya.

    Lebih lanjut, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk atau LSIP. Hendra menilai  harga saham ini masih bisa naik pada level 1.050 pada penutupan sebelumnya di level 1.200.

    “LSIP ini barusan naik, hargnya di 1.050 masih kemudian masih lumayan bisa naik jauh, bisa 1.200,” tuturnya.

    “Kemudian MIKA kemarin tutup di harga di 2.470. Ini lumayan enak untuk trading-nya. Dan selanjutnya BRPT,” sambung Hendra.

    Ia pun memberi perhatian khusus pada saham PT Indika Energy Tbk (INDY). Saham ini perlu disoroti lebih saksama kerena pergerakan transaksi yang cukup cepat, sehingga memerlukan fitur chart dengan rentang waktu lebih sempit, bukan daily atau harian.

    “INDY, karena saya sarankan jangan pakai chart daily, boleh pakai hourly dan 15 menit karena INDY ini pergerakannya sangat-sangat cepat. Karena pergerakannya ini, saya sarankan Anda pilih yang saham INDY pakai hourly atau 15 menit,” pungkasnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.