KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu indeks saham yang mengalami pelemahan terdalam belakangan ini. Sejak awal tahun, IHSG telah mengalami penurunan sebesar 6,50 persen, atau kehilangan 460,22 poin (year to date/ytd) sehingga tertahan di sekitar level 6.500.
Menurut pengamat pasar modal Ibrahim Assuaibi, pelemahan IHSG disebabkan dua faktor, yakni global dan domestik. Dari mancanegara, Ibrahim menyebut perang dagang jilid II antara Amerika Serikat (AS) dan China masih menjadi pemicu utama. Pemerintahan Presiden Donald Trump yang mempertahankan kebijakan tarif 25 persen untuk aluminium dan tembaga, bahan dasar yang dibutuhkan banyak sektor, menyebabkan lonjakan harga di pasar.
"Tembaga dan aluminium adalah bahan dasar yang sangat dibutuhkan untuk rekonstruksi dan pembangunan,” ujar Ibrahim ketika dihubungi oleh Kabarbursa.com lewat sambungan telepon, Rabu, 12 Februari 2025.
“Hal ini membuat pasar infrastruktur, perbankan, dan komoditas mengalami tekanan," tegasnya.
Dari dalam negeri, Ibrahim berpendapat bahwa pelemahan IHSG disebabkan sikap pemerintahan Prabowo Subianto yang terkesan tak acuh terhadap saham. Prabowo sempat menyampaikan bahwa saham serupa dengan praktik perjudian karena penuh risiko dan cenderung merugikan.
Kondisi ini layak diartikan bahwa Presiden Republik Indonesia alih-alih menaruh perhatian pada investasi pasar modal, justru tak memperdulikannya. "Apalagi bersamaan dengan informasi dari Presiden Prabowo Subianto yang acuh-tak acuh dengan Bursa Efek Indonesia," ujar dia.
Ibrahim menilai memang pernyataan Prabowo soal kepemilikan saham itu benar, mayoritas pemiliknya masyarakat di kalangan perkotaan. Kendati demikian, efek dari pernyataan itu memperparah kondisi IHSG di Indonesia yang kian terjun bebas.
Selain itu, investor juga saat ini mengalami ketakutan dalam berinvestasi mengingat pemerintah Indonesia tengah melakukan pemangkasan anggaran besar-besaran.
"Kondisi ini menyebabkan IHSG tertekan, bahkan sempat berada di bawah level 6.500," ungkap Ibrahim.
Kekhawatiran investor semakin meningkat dengan adanya pemangkasan anggaran yang cukup besar di dalam negeri.
"Pemangkasan anggaran hampir 50 persen pada beberapa departemen menambah ketidakpastian, yang membuat banyak investor merasa khawatir," ujarnya.
Ia memprediksi pelemahan IHSG ini akan bertahan cukup lama terlebih Presiden Amerika Serikat Donald Trump masih empat tahun lagi menjabat.
"Jika situasi perang dagang ini terus berlanjut hingga 2029, maka tantangan bagi IHSG akan semakin berat," ucap dia.
IHSG vs Indeks Dunia
Kinerja IHSG Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu yang terburuk. Berdasarkan data indeks pasar saham berbagai negara dalam periode ytd), Indonesia tercatat mengalami penurunan signifikan dibandingkan negara-negara lain.
Sementara itu, beberapa negara mencatatkan kinerja yang lebih baik dengan angka pertumbuhan positif. Jerman mencatatkan pertumbuhan tertinggi dengan 9,5 persen, diikuti oleh Inggris yang tumbuh sebesar 6,9 persen. Amerika Serikat mengalami pertumbuhan sebesar 4,1 persen, sementara Australia mencatatkan angka pertumbuhan 3,9 persen. Negara-negara lain seperti Brazil dan Singapura masing-masing mencatatkan pertumbuhan 3,6 persen dan 2,3 persen.
Data ini memberikan gambaran mengenai perbedaan kinerja pasar saham di berbagai negara dan dapat digunakan sebagai acuan untuk membandingkan kinerja pasar saham antar negara.
IHSG Dibuka Menguat
IHSG dibuka menguat sebesar 23 poin atau naik 0,36 persen ke level 6.555 pada perdagangan.
Merujuk data perdagangan RTI Business, volume perdagangan pada pembukaan sesi I pagi ini sebesar Rp337.041 juta dengan transaksi 226.678 miliar dengan frekuensi 15,027.
Sementara itu 166 saham terpantau menguat, 68 saham melemah, dan 245 saham mengalami stagnan.
Mengutip Stockbit, saham ASBI terpantau menjadi top gainer dengan kenaikan harga saham sebesar 23,86 persen. Di posisi kedua ada SKLT yang naik 21,05 persen, diikuti GPSO yang melonjak 13,12 persen, BBRC 11,76 persen, dan SHID 10,60 persen.
Dari sisi top loser, saham POLU terpantau terkoreksi paling dalam dengan penurunan -12, 24 persen, diikuti NAYZ -9,76 persen, ISAP -8,33 persen, DMMX -6,63 persen, dan DAYA -6,29 persen.
Di satu sisi, IHSG diprediksi berpeluang bangkit dalam jangka pendek. Analis Teknikal MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, memperkirakan IHSG akan menguji area 6.671–6.829 dalam rangka membentuk wave (iv) dari wave [c] pada skenario hitam.
“Kami perkirakan, terdapat peluang penguatan IHSG dalam jangka pendek, paling tidak untuk menguji rentang area 6.671-6.829,” ujar Herditya dalam riset harian yang diterima KabarBursa.com di Jakarta, Rabu, 12 Februari 2025.
Sementara itu Reliance Sekuritas memproyeksikan IHSG akan bergerak pada kisaran support pada level 6,481 dan resistance pada level 6,598 dengan kecenderungan menguat.
“Secara teknikal, candle IHSG berbentuk black spinning top, serta indikator Stochastic dead cross. Dengan kondusifnya bursa saham regional, maka IHSG berpeluang besar mengalami kenaikan,” tulis Reliance dalam risetnya. (*)