KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup koreksi sebesar 0,10 persen atau turun 6 poin ke level 6.788.
Mengutip data RTI Business, IHSG hari ini bergerak fluktuatif dengan level tertinggi 6.836 dan terendah 6.755. Melemahnya IHSG membuat 337 saham di zona merah, sementara 245 saham menguat, dan 207 saham stagnan.
Volume perdagangan hari terpantau sebesar Rp18.553 miliar, sementara transaksi Rp11.895 triliun dengan frekuensi perdangan senilai 1,272,253.
Mengutip Stockbit di Jakarta, Kamis 20 Februari 2025. Saham DWGL berada di puncak top gainer dengan kenaikan sebesar 54 poin atau 25,00 persen, sehingga diperdagangkan pada level 270. Sementara itu, SKBM juga mencatatkan lonjakan serupa sebesar 90 poin atau 25,00 persen, dengan harga saham mencapai 450.
Lonjakan harga juga terjadi pada saham RSCH yang naik sebesar 60 poin atau 24,79 persen, dengan harga saham mencapai 302. Di sisi lain, saham EDGE mengalami peningkatan signifikan sebesar 1.105 poin atau 24,72 persen, dengan harga saham kini berada di level 5.575.
Terakhir, DATA juga mencatatkan pertumbuhan yang cukup besar, naik sebesar 315 poin atau 20,00 persen, dengan harga saham mencapai 1.890.
Di sisi lain, beberapa saham mengalami penurunan tajam dalam perdagangan hari ini. BUVA misalnya, mengalami koreksi terbesar dengan penurunan sebesar 31 poin atau 27,43 persen, sehingga diperdagangkan pada level 82.
Saham PURI juga mencatatkan penurunan signifikan sebesar 62 poin atau 19,25 persen, dengan harga saham turun ke level 260. Saham KDSI turut mengalami penurunan sebesar 84 poin atau 17,00 persen, dengan harga saham kini di 410.
STTP juga masuk dalam daftar top loser dengan penurunan sebesar 2.250 poin atau 15,85 persen, sehingga kini berada di level 11.950. Terakhir, MMIX mengalami koreksi sebesar 20 poin atau 10,42 persen, dengan harga saham turun menjadi 172.
Indeks LQ45 juga terpantau mengalami koreksi pada hari ini sebesar 0,29 persen. Adapun MAPA menjadi saham yang paling turun siginifikan di indeks ini sebesar 5,75 persen.
Adapun pada pagi tadi, IHSG dibuka menguat tipis dengan kenaikan 1,80 poin atau 0,03 persen ke level 6.796,67. Sepanjang sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.808,42 sebelum terkoreksi hingga level terendah 6.792,42.
Total volume transaksi pagi ini mencapai 1,52 miliar lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp184,67 triliun dari 11.960 transaksi.
Proyeksi IHSG Usai BI Tahan Suku Bunga Acuan
IHSG menjadi sorotan setelah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 5,75 persen pada Rabu, 19 Februari 2025.
Pasca BI menahan suku bunga, IHSG ditutup melemah signifikan turun 78,69 poin atau 1,14 persen ke level 6.794,87. Sepanjang sesi, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.880 sebelum terkoreksi hingga level terendah 6.780.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan keputusan ini sebenarnya sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun tekanan jual tetap terjadi, terutama dari investor asing yang mencatatkan net sell sebesar Rp964 miliar.
“Saham perbankan besar seperti BBCA (-Rp690M) dan BMRI (-Rp218M) menjadi sasaran utama aksi jual, menekan indeks lebih dalam,” ujar dia saat dihubungi Kabarbursa.com di Jakarta, Rabu, 19 Februari 2025.
Hendra memperkirakan pasar masih bersikap hati-hati di tengah ketidakpastian global dan pergerakan nilai tukar rupiah meskipun suku bunga tetap sama.
Secara teknikal, lanjut dia, IHSG kini menguji area support krusial di kisaran 6.719 (MA10). Jika level ini mampu bertahan, ada peluang IHSG mengalami teknikal rebound dalam beberapa hari ke depan.
“Namun, jika tekanan jual terus berlanjut, IHSG berpotensi turun lebih lanjut ke area 6.500 – 6.600,” jelasnya.
Hendra menilai masih ada secercah harapan bagi IHSG untuk kembali menguat, terutama jika investor kembali masuk ke saham-saham defensif yang masih menarik.
Dia menerangkan, asing mencatatkan net buy di TLKM (Rp116M), ASII (Rp66M), dan INDF (Rp49M), menunjukkan sektor telekomunikasi, otomotif, dan consumer goods masih memiliki daya tarik.
“Selain itu, jika sentimen global membaik, seperti adanya sinyal dovish dari The Fed atau stabilisasi rupiah, potensi rebound IHSG bisa semakin terbuka,” pungkasnya.
Sementara itu Pengamat pasar modal Wahyu Laksono meskipun IHSG melemah dalam kisaran 6.700 hingga 6.800, masih ada sektor-sektor saham yang cukup menjanjikan, terutama sektor teknologi, perindustrian, dan bahan baku.
“Meski melemah pada kisaran 6.700 sampai 6.800, masih ada saham-saham yang lumayan, itu teknologi, perindustrian, dan bahan baku,” ujarnya dalam Dialog Analis Kabar Bursa Hari Ini saat live di YouTube Kabar Bursa, Rabu, 19 Februari 2025.
Sektor teknologi saat ini mendapat keuntungan dari perkembangan digitalisasi serta persaingan di industri semikonduktor yang terus meningkat. Kondisi ini membuat sektor teknologi memiliki prospek cerah dalam jangka pendek hingga menengah.
“Teknologi sedang diuntungkan, karena digital dan perang chip berdampak bagus pada short term dan medium term,” tambahnya.
Namun, tidak semua sektor menunjukkan performa positif. Wahyu menyoroti bahwa sektor keuangan menjadi salah satu yang terdampak akibat kebijakan moneter yang diterapkan Bank Indonesia serta keluarnya modal asing dari pasar domestik.
“Tetapi kita dirugikan pada sektor keuangan dengan kebijakan moneter Bank Indonesia dan serangan kapital keluar. Jadi, sektor keuangan ini juga diikuti sektor kesehatan, sektor infrastruktur, dan sektor barang konsumsi primer melemah, serta properti,” jelasnya.
Dalam kondisi seperti ini, investor disarankan untuk tetap berhati-hati, namun tetap mempertimbangkan saham-saham yang memiliki fundamental kuat dengan valuasi menarik.
“Ini menjadi watchout untuk investor tetapi bukan berarti kita tidak menunggu fundamental yang bagus tetapi yang murah,” pungkas Wahyu.