Logo
>

IHSG Koreksi Tajam, Peluang Investor Serok Saham LQ45

Saham-saham berfundamental kuat seperti BBCA, TLKM, UNTR, dan ASII mulai menarik untuk dikoleksi secara bertahap

Ditulis oleh Hutama Prayoga
IHSG Koreksi Tajam, Peluang Investor Serok Saham LQ45
Papan pantau IHSG di Bursa Efek Indonesia. Foto: doc KabarBursa.com.

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjungkal hingga 2,57 persen ke level 7.915,66 pada perdagangan Jumat, 17 Oktober 2025. Meski indeks terkoreksi dalam, kondisi ini dirasa menjadi momentum bagus bagi investor.

Pengamat pasar modal sekaligus founder Republik Investor, Hendra Wardana menyebut koreksi ini membuka peluang bagi investor untuk mulai mengakumulasi saham-saham unggulan LQ45 yang kini sedang terdiskon.

Menurutnya, saham-saham berfundamental kuat seperti BBCA, TLKM, UNTR, dan ASII mulai menarik untuk dikoleksi secara bertahap, terutama bagi investor jangka menengah hingga panjang.

"BBCA direkomendasikan speculative buy dengan target harga Rp7.950, seiring prospek perbankan yang solid dan likuiditas sistem keuangan yang masih longgar," ujar dia dalam risetnya yang diterima Kabarbursa.com dikutip, Minggu, 19 Oktober 2025.

Sementara itu, tambah Hendra, TLKM berpotensi buy on weakness di kisaran Rp2.780 dengan target Rp3.100, ditopang oleh  pertumbuhan bisnis digital dan data center yang terus meningkat.

Untuk sektor otomotif, Hendra menyarankan saham ASII  buy on weakness di area Rp5.400 dengan target Rp6.000, seiring ekspektasi pemulihan penjualan kendaraan pada semester mendatang.

Adapun UNTR direkomendasikan buy dengan target harga Rp27.450, didukung prospek stabil dari lini bisnis alat berat dan kontribusi sektor tambang emas yang kian signifikan.

"Koreksi pasar kali ini dapat dimanfaatkan investor sebagai momentum akumulasi bertahap pada saham-saham berkapitalisasi besar dengan fundamental kokoh," ungkap Hendra. 
 

Di sisi lain, Hendra menilai koreksi IHSG kali ini juga mencerminkan penilaian pasar terhadap satu tahun pemerintahan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka.

Menurutnya, investor menilai arah kebijakan ekonomi dan fiskal masih menunggu kejelasan, terutama dalam menjaga defisit APBN dan mempercepat realisasi proyek strategis nasional.

"Namun demikian, faktor global tetap menjadi pendorong utama pelemahan saat ini, bukan murni akibat kebijakan pemerintah," jelasnya.

Dalam konteks ini, lanjut dia, koreksi IHSG justru bisa dianggap sebagai healthy correction yang diperlukan untuk membentuk fondasi baru sebelum melanjutkan tren kenaikan berikutnya.

"Dengan kata lain, IHSG memang sedang “beristirahat” setelah mendaki terlalu tinggi—bukan memasuki fase bearish yang berkepanjangan," pungkasnya.

IHSG Diproyeksi Masih dalam Trend Bullish Pekan Depan

IHSG dinilai masih dalam trend yang bullish meski mengalami penurunan pada minggu ini. BRI Danareksa Sekuritas menyebut IHSG saat ini  berhasil menutup gap di angka 7.885 dan telah memasuki area lower band.

"Potensi resistance terdekat kembali menuju level psikologis 8.000," tulis BRI Danareksa dalam risetnya pada Minggu, 19 Oktober 2025.

Meski begitu, IHSG juga masih berpotensi mengalami penurunan pada pekan depan. BRI Danareksa menyampaikan, indeks berpeluang berbalik arah setelah membentuk pola head and shoulders dengan neckline di level 8030.

"Potensi pelemahan ditargetkan akan menuju level 7.767 - 7.626," tulis BRI Danareksa.

BRI Danareksa kemudian membeberkan katalis yang patut diperhatikan pekan depan, terutama tentang rencana pertemuan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping dalam dua minggu mendatang.

Dalam riset BRI Danareksa, Trump menyebut pertemuan tersebut akan menjadi ajang penting untuk membahas hubungan dagang dan ekonomi antara Amerika Serikat dan China.

Trump juga menegaskan bahwa kebijakan tarif impor 100 persen terhadap barang asal China bukan langkah permanen, melainkan strategi sementara untuk menekan Beijing dalam negosiasi. Ia optimistis pembicaraan nanti akan menghasilkan kesepakatan yang konstruktif.

"Pertemuan ini menjadi sorotan global karena dinilai dapat meredakan ketegangan dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia dan membuka peluang stabilisasi di pasar keuangan internasional," tulis BRI Danareksa.

Sentimen lain yang perlu dicermati ialah terkait pasar keuangan Amerika Serikat yang kembali bergejolak lantaran meningkatnya kekhawatiran atas risiko sistemik, terutama terkait kredit macet di sektor non-bank yang dinilai memiliki potensi menular ke lembaga keuangan lainnya.

"Analis mencatat bahwa kombinasi antara ketidakpastian suku bunga, likuiditas yang mulai menipis, serta eksposur lembaga keuangan terhadap aset berisiko membuat investor menjadi lebih hati-hati dan cenderung melakukan aksi jual," tulis BRI Danareksa.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.